Pesugihan Milik Istriku

Sela yang sudah di bonceng dengan selamat oleh Bastian langsung masuk kedalam rumah dengan tergesa gesa, bahkan sejak tadi air mata nya tidak berhenti berderai membayangkan nasib nya bila Bastian terlambat sedikit saja. di tambah Sela juga cemas bila terjadi apa apa pada Teguh dan Juragan, biar pun mereka sudah punya niat jahat pada nya.

Namun Sela masih juga kepikiran akan nasib nya mereka, apa lagi tadi dia baru ingat bahwa iblis kuda itu sama persis dengan iblis yang sudah menjilati darah dan otak nya Bu RT satu bulan yang lalu. tentu nya dia kian panik, namun tidak tau juga mau berbuat apa sekarang.

"Kenapa dengan Sela, Bastian?" Rosana dan Halim sesang ngobrol sangai di ruang tamu setelah tadi mereka sempat membersihkan kamar dari bau amis.

"Anu, Tante! eh bagai mana saya mau cerita ini." Bastian bingung sendiri jadi nya.

"Apa yang terjadi, Bastian! kenapa Sela menangis begitu?" sentak Rosana sudah kemana mana pikiran nya.

"Dik, tenang dulu. Bastian tolong jelaskan ya, biar kami paham." Halim bicara pelan.

Bastian padahal penolong nya di sini, namun dia jadi gugup juga seolah dia adalah pelaku. apa lagi Rosana menatap dia tanpa berkedip, wajar saja seorang Ibu sangat cemas bila melihat anak nya pulang pulang dalam keadaan kotor serta menangis juga.

"Saya mau cerita tapi takut nya Sela keberatan, bagai mana kalau menunggu Sela saja?" tawar Bastian agak bingung.

"Ada apa sebenar nya? Sela tidak akan cerita sampai nanti beberapa hari, Bas!" Halim juga mulai tidak sabar melihat gelagat yang tidak baik sekarang.

"Tadi saat pulang sekolah kan Sela pulang duluan, Om! mungkin saja dia tidak tau kalau saya juga mau kesini untuk ambil gaji, lalu dia pulang dan saya juga tidak tau jelas bagai mana keadaan nya." Bastian mulai cerita.

"Oh kamu menemukan dia?" tebak Halim.

"Benar! saat di hutan jati itu saya mendengar suara yang sedang teriak minta tolong, merasa seolah kenal dengan suara nya maka saya pun mendatangi nya kearah sumber suara." Bastian berhenti lagi karena tenggorokan terasa sangat kering.

"Saya melihat Sela akan di perkosa oleh dua orang pria, saya sempat memukul kepala salah satu nya dengan kayu!" ujar Bastian.

"Apa?!" Rosana sampai bangkit sangking kaget dan juga marah nya.

"Salah satu nya itu Mas Teguh, tapi yang satu nya saya tidak kenal! dan demi Allah saya tidak mengada ada, tadi di sana ada iblis yang sangat mengerikan dengan badan separuh manusia tapi separuh nya lagi kuda." Bastian pucat mengingat sosok itu.

Sekarang Rosana lah yang pucat karena dia kenal dengan iblis yang Bastian sebut kan, mungkin saja iblis kuda memang mengikuti kemana pun Sela pergi karena sudah naksir dengan gadis cantik itu. maka nya saat Sela mau di perkosa dia langsung muncul, Rosana sudah tau nasib dua orang itu.

"Maksud mu hantu, Bastian?" Halim mengulang nya tak percaya.

"Demi allah saya melihat nya, Sela juga melihat!" Bastian takut bila Halim tidak percaya.

"Apa itu tempat angker, tapi rasa nya selama ini biasa saja." Halim bicara dengan nada bingung dan rasa tidak percaya.

"Kami tidak tau apa yang terjadi selanjut nya, karena tadi langsung pulang." ucap Bastian.

"Apa pun yang terjadi dua pria itu sungguh kurang ajar!" Rosana marah mengingat bagai mana orang akan memperkosa Sela.

"Coba panggil Sela nya, Dik." pinta Halim karena dia ingin semua nya lebih jelas.

"Mungkin Sela sedang syok, Om! dari tadi dia menangis saja, saya sampai takut kena tuduh karena tadi sempat di lihat Bu Juminten." ujar Bastian.

Baru saja Rosana akan bangkit memanggil Sela, pintu kamar anak nya sudah terbuka lebar dan muncul lah Sela dengan wajah pucat dan kurang semangat, mata nya juga bengkak karena sejak tadi menangisi nasib nya yang hampir rusak.

"Sini, Nak!" Rosana mengajak anak nya duduk di sebelah.

"Sudah tidak apa apa, untung ada Bastian yang menolong Kakak." Halim mengusap tangan putri nya.

Tak tahan juga Sela akhir nya dan kembali menangis dalam pelukan sang Ibu, siapa pun pasti akan sangat ketakutan karena mau di perkosa oleh dua pria dan mereka juga sudah pria dewasa.

"Ada iblis yang akan memakan mereka, Bu." isak Sela mencengkeram baju Rosana.

"Tidak usah pikirkan mereka, itu adalah karma karena mereka punya pikiran jahat padamu." sahut Rosana.

"Aku takut sekali, sudah tiga kali aku melihat sosok itu." Sela baru tadi melihat dengan sangat jelas.

"Dia berbuat baik kan? mungkin dia hantu baik sehingga menolong kamu, sudah lah tidak usah di pikirkan lagi." Rosana memeluk erat.

Halim menyenggol kaki istri nya karena bicara seolah malah mendukung kelakuan iblis itu, padahal dia mungkin saja iblis jahat yang sangat kejam. namun Rosana mengedip kan mata agar Halim diam dulu, dia bicara begitu agar anak nya tenang juga.

Sela yang sudah selesai menangis perlahan mulai tenang karena dia memang butuh pelepasan dengan menangis agar hati nya bisa plong, kejadian tadi sangat lah mengerikan untuk nya. selain karena mau di perkosa, dia juga takut melihat setan nya.

"Assalamualaikum, maaf mengganggu ini tak antar bakwan jagung." Juminten datang membawa piring.

Padahal semua orang di rumah ini tau bahwa bakwan jagung hanya lah alasan dia untuk kepo dengan Sela yang pulang sekolah menangis, susah sekali memang bila punya tetangga kepo begini karena mereka harus ekstra hati hati menjaga rahasia

"Walaikum sallam, terima kasih." Halim cepat menerima nya dan berharap Juminten segera pergi.

"Loh Sela kenapa kok nangis begitu?" Juminten malah duduk tanpa di persilahkan.

"Tadi di sekolah dia jatuh, maka nya menangis, Bu." Bastian yang menjawab.

"Walah cuma jatuh saja nangis nya sampai di bawa kerumah, sudah seperti orang mau di perkosa saja." Juminten berkata sambil tertawa.

"Jatuh nya lumayan parah, Bu! itu dengkul nya sampai luka." Bastian agak geram juga lama lama.

"Oh gitu cuma jatuh, ya sudah kalau begitu saya permisi dulu, Mbak Ros." Juminten tampak kecewa setelah tau.

"Kenapa pulang sekarang, apa kau sudah tidak ingin tau lagi masalah nya?!" Rosana bangkit mendekati Juminten.

"Ah enggak kok, aku cuma kebetulan saja bertanya." cengir Juminten malu.

"Bawa bakwan jagung mu ini lagi, lebih kau kau berikan pada anak mu! kau pikir aku tidak tau bahwa kau hanya pura pura memberikan bakwan yang cuma dua biji ini?!" geram Rosana.

Melihat Rosana yang sungguh marah akan sikap nya, maka Juminten pun segera pulang dan tak lupa mengambil kembali piring kecil yang berisi bakwan jagung dari tangan nya Halim.