Karena penghianatan sang ibu di masa lalunya, membuat seorang Zayyan Erik Mahesa (30) menutup dirinya pada semua wanita dan menjadikannya pria dingin dan anti wanita.
Namun ia terpaksa menikah dengan Mia Azzura (26) demi memenuhi permintaan terakhir sang ayah.
Mia tak keberatan dengan hal itu karena sudah lama sekali Mia menaruh hatinya pada Erik, namun mampukah Mia meluluhkan hati dan mendapatkan cinta Erik? bagaimana kisah mereka berlanjut?
"Aku tidak pernah percaya pada cinta dan wanita." Erik.
"Menaklukan hatinya adalah sebuah tantangan bagiku!'' Mia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Malam telah larut namun Mia masih terjaga duduk menunggu suaminya pulang, ia terus melirik ke arah jam dinding dengan cemas. ''Kemana Erik? kenapa sudah selarut ini tapi dia belum pulang juga.''
Mia terus menguap namun matanya tak bisa terpejam karna suaminya belum juga menampakan diri.
"Apakah dia masih marah padaku?'' Mia menghela nafas panjangnya dengan lemas ia pun duduk di samping tempat tidurnya dan memeluk lututnya dengan erat.
''Kenapa kisah cintaku serumit ini? apakah aku pernah melakukan kesalahan yang patal di masa lalu? ataukah aku pernah menyakiti hati seseorang dengan begitu dalam hingga akhirnya aku mengalami masib buruk seperti ini?'' Mia bertanya dalam hatinya dengan hati yang teramat sedih.
''Ini adalah pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta. Tapi cintaku tak pernah bisa aku gapai walau aku dudah berusaha keras untuk mendekat, namun dia bagaikan derasnya air sungai yang tak bisa aku lewati dengan mudahnya.''
Brakk...
Suara mengejutkan menyadarkan Mia dari lamunannya. "Apa itu? apakah Erik sudah pulang.'' Gumam Mia. Kini ia pun melihat apa yang sedang terjadi di luar ruangan yang terdengar semakin riuh.
"Erik?'' Mia berjalan menghampiri sang suami yang kini bersama dengan pengawal dan asisten pribadinya sesang menari dengan asyik layaknya anak tujuh tahun.
''Apakah dia mabuk?'' tanya Mia pada asisten Liam yang kini sedang kebingungan dengan sikap aneh bosnya.
"I-iya.'' Jawab Liam gugup ia takut jika Mia akan murka padanya karena tak bisa mencegah bosnya untuk minum terlalu banyak. Namun Liam tercengang saat melihat reaksi Mia yang biasa saja.
"Berikan padaku, aku akan mengurusnya sendiri.'' Ucap Mia yang langsung menarik tangan Erik dan memapahnya dengan susah payah.
''Nona biarkan aku membantu mu.'' Ucap Jhon menawarkan bantuannya.
''Tidak terima kasih aku bisa mengurus suamiku sendiri.'' Jawab Mia ketus.
"Ini adalah kesempatan terbaikku untuk mencari jawaban atas pertanyaan ku.'' Mia tersenyum penuh arti menatap sang suami yang kini tengah mabuk.
"Erik sayang apakah kau butuh sesuatu?" tanya Mia setelah sampai di kamar dan mengunci pintunya. Namun Erik tidak menjawab pertanyaan Mia karna dia terus sibuk mengendus leher jenjang istrinya.
"Erik aku sangat mencintaimu. Sayang apakah kau marah padaku hingga kau mabuk seperti ini?'' tanya Mia dengan nada lembutnya.
"Kau sangat candu, aku sangat suka ini.'' Jawab Erik yang sudah berhasil mencetak beberapa gambar di leher sang istri.
"Baiklah aku akan memberikan dan membiarkan apapun yang kau inginkan tapi aku ingin bertanya apakah kau mulai mencintai aku?'' tanya Mia penuh harap.
Erik tertawa dengan keras membuat Mia merasa sangat kesal karna tingkah konyol suaminya saat sedang mabuk.
"Cinta itu tidak ada dalam kamusku, tapi aku mulai...'' Erik terdiam saat Mia munggu apa yang akan di katakan Erik padanya.
''Mulai apa?'' tanya Mia penasaran.
"Aku sedang ingin ini,'' tunjuknya manja pada dua gundukan kenyal Mia.
''Baiklah lakukan saja apa yang kau mau." Ujar Mia pasrah dengan apa yang suaminya inginkan. Sedangkan Erik menikmati dirinya menjadi layaknya seorang bayi.
''Erik apa kau ingin seorang bayi?''
"Tidak.'' Jawab Erik singkat. Membuat Mia mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban singkat dari suaminya.
''Kenapa?''
"Karena aku tak punya cinta dan seorang bayi harus memiliki banyak cinta dari kedua orang tuanya kan!''
"Tapi kita bisa memberikannya banyak cinta Erik, percayalah di dunia ini tidak semuanya sama seperti yang kau pikirkan. Kau mengerti maksudku kan Erik?" Mia ingin memberikan pengertian pada suaminya. Namun dengan cepat Erik menbungkam bibir mungil istrinya dan menyusuri setiap rongga di dalamnya dan menjadikan malam ini adalah malam terpanjang bagi Mia.
Setelah pergulatan panas mereka kini Mia pun tertidur pulas karena sangat kelelahan. Erik terbangun dan memakai celananya dan berjalan menuju balkon kamarnya setelah mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.
Erik menyalakan korek api dan membakar rokoknya ia menatap langit malam yang gelap. ''Aku tahu apa yang ku lakukan ini salah. Tapi jika kau mengatakan aku egois dan munafik maka itu benar. Ya, aku berpura-pura mabuk hanya ingin dekat dengan mu. Maaf mungkin aku sudah mempermainkan perasaan mu tapi satu hal yang pasti aku sangat membenci Adreas yang mencoba mendekatimu Mia, mungkin kau tidak memahami maksudnya tapi sebagai seorang pria aku tahu arti tatapannya saat melihat mu.'' Erik meniup asap rokoknya ke udara dan kembali ke kamarnya setelah selesai.
*
*
Pagi hari Mia terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang begitu lelah. Mia menatap sekelilingnya tak menemukan keberadaan suaminya di sana.
''Jam berapa ini?'' Mia menatap jam dinding yang menunjukan hari sudah hampir menjelang siang. Dengan sangat malas ia pun turun dari ranjangnya dan bersiap untuk membersihkan dirinya.
Setelah satu jam kemudian Mia pun sudah siap pergi ke rumah sakit untuk menemui Dokter Grace. "Aku yakin Erik sudah pergi keluar kota pagi ini." Gumam Mia yang berjalan terburu-buru meninggalkan kediaman suaminya.
Mia memesan taksi online untuk membawanya pergi ke rumah sakit seperti yang sudah di janjikan Dokter Grace padanya.
Setelah beberapa saat kini ia pun sudah berada di luar rumah sakit terkenal di kota itu. ''Sampai disini aku hanya mengharapkan kesembuhan agar aku bisa sedikit lebih lama menikmati hidup ini.'' Dengan langkah pasti Mia berjalan memasuki rumah sakit tersebut menuju ruangan Dokter Grace.
"Selamat siang dokter. Maaf aku sedikit terlambat!'' seru Mia yang kini sudah berada di ruangan dokter Grace setelah mengetuk pintunya terlebih dahulu. Namun Mia merasa aneh dengan sikap dokter Grace yang sedikit ketakutan saat melihatnya.
"Dokter apa kau baik-baik saja?'' tanya Mia dengan kening mengerut.
"Ahh.. Iya tentu saja,'' ucap dokter Grace yang langsung menyahuti pertanyaan Mia dengan gugupnya.
"Aneh kenapa sikap dokter Grace tiba-tiba berubah menjadi aneh seperti itu. Dokter Grace seperti sedang dalam tekanan seseorang bahkan ia berkeringat dalam ruangan ber-AC seperti ini. Apa yang sedang terjadi sebenarnya?'' tanya Mia membatin.
"Kita akan mulai beberapa pengobatan tapi apa kau sudah yakin dengan semua ini nyonya?'' tanya dokter Grace sedikit formal.
"Nyonya? Hm.... Baiklah dok, lakukan saja apa pun yang harus di lakukan. Aku hanya ingin sembuh dan kembali menjalani hidup dengan normal bersama dengan orang yang aku cintai.'' Jawab Mia dengan mantap.
Setelah melewati beberapa prosedur. Kini Mia pun sudah berada di ruang pengobatan dengan tangan yang saling meremas satu sama lain. Ia begitu gugup saat dokter Grace menyuntikan obat bius padanya.
Setelah beberapa menit kini obat bius itu pun mulai berreaksi padanya dan perlahan mata Mia pun tertutup rapat. Namun sebelum Mia mulai kehilangan kesadarannya ia merasakan seseorang menggenggam tangannya dengan sangat erat.
Bersambung