seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Isi perjanjian
Juno Hampir tak percaya mendapat permintaan dari wanita itu, menceraikan sisil di masa sekarang ini adalah sesuatu yang tidak mungkin yang dilakukan olehnya. Terlebih lagi mereka masih terikat perjanjian, setidaknya setelah kelulusan tiba.
Sementara Sisil yang masih mematung di tempatnya berdiri . Kemudian segera beranjak saat tersadar bahwa tidak baik baginya menguping pembicaraan orang, meskipun yang dibicarakan adalah dirinya. Terserah jika memang Juno akan menjatuhkan talak kepadanya atas permintaan Alya.
"Aku nggak bisa, Al"
"Kenapa nggak bisa?" Alya meninggikan suara. Ini Ia merasa tubuhnya bak di lahap api, matanya melirik ke arah ruang tengah gimana tadi Sisil berdiri terpaku. Tetapi kini gadis belia itu Tak Terlihat Lagi di sana
"Kalau aku yang melakukannya sekarang, Ipin akan menyebarkan video itu dan kamu tahu kan seperti apa akibatnya nanti"
"Kamu takut dengan ancaman orang kampung itu?"
Juno benar-benar kehabisan akal dalam hadapi Alia "aku bisa saja melakukannya, tetapi Kamu bisa menebak maka Seperti apa"
Sejenak Alyah terdiam sambil menimbang ucapan Juno dalam hatinya, meskipun kesal namun Ia tak menampik bahwa ucapan sang kekasih memang benar adanya, jika video itu tersebar maka semua orang akan tahu hubungan jurnal dan Sisil, Saya tidak ingin itu terjadi .
Wanita itu menarik nafas dalam-dalam demi mengurai amarah yang meledak di kepala .
"Lagi pula aku sudah terikat perjanjian dengan Sisi. kami baru akan berpisah setelah kelulusan nanti".
"Tapi itu masih lama banget Juno! Segala kemungkinan masih bisa terjadi sebelum kelulusan", ucapannya khawatir kita Juno akan lupa diri Suatu Hari Nanti
"Hanya tersisa beberapa bulan kan?"
"Kalau begitu kamu harus janji sama aku!" ketusnya kemudian . "Kamu harus janji tidak akan pernah meninggalkan aku dan berjanji akan menceraikan Sisil setelah kelulusan nanti"
Juno terdiam, Entah mengapa segenap Hati terasa berat untuk mengucapkan janji itu, meskipun ia sendiri memiliki perjanjian tertulis dengan bunyi hampir sama.
"Kenapa kamu diam? Jangan-jangan semua yang kamu ucapkan tadi hanya pura-pura!"
Juno menghembuskan nafas panjang, rasanya mulai tak tahan dengan sikap posesif Alya yang dinilainya terlalu berlebihan .
"Terserah kamu deh! Asal kamu tahu saja, aku mulai capek sama kamu!"
Sikap ketus Juno membuat sepasang mata Ayah terkejut, melihat reaksi kesal sang kekasih wanita itu pun menurunkan sedikit egonya. Jangan sampai sikap keras kepalanya cara membuat juno Jengah dan malam memutuskan hubungan mereka.
"Ya udah, aku minta maaf. Aku akan menunggu kamu sampai bisa menceraikan Sisil!"
Tak ada sahutan lagi dari juno membuat lya menggeser posisi duduknya untuk mengikis jarak, Ia genggam tangan lelaki itu tetapi langsung di tepis oleh Juno.
"Lebih baik kamu sekarang pulang, kamu butuh waktu untuk menenangkan diri"
"Tapi, Juno..."
"Please, Al! aku Capek butuh istirahat"
Mata Alya memicing, Juno seperti sedang mengusirnya secara halus . Namun dirinya Takkan Pernah Menyerah ataupun kalah dari Sisil. Akan ia bentangkan jarak antara juno dan gadis belia itu.
"Oke.. tapi aku ada sedikit usul!"
"Heem...." Juno masih bersikap acuh tak acuh
"Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Gimana kalau sisir tinggal sama aku saja? Terus terang aku khawatir soal dia, kamu tenang saja aku akan jaga dia. jadii beban kamu sedikit berkurang".
Sudut bibir Juno terangkat membentuk senyum sinis, "kamu yakin bisa menjaga sistem dari adikmu Shiera ?"
Alya seketika terdiam, hatinya meruntungi perbuatan jahil Shiera nyaris membahayakan Sisil
"Dia akan tetap tinggal di sini sampai perjanjian Kami selesai"
"Oke..." mengalah hanya bisa dilakukan oleh Alyaa demi menghindari Prahara, Ia menyematkan tali tas ke bahu. "Ya udah aku pulang dulu"
"Iya"
Alya bangkit dari sofa, berdiri sejenak menunggu Juno namun malah lelaki itu bersandar di sofa. seolah tidak ada niat dirinya Untuk mengantarkan ke depan.
Dengan sangat terpaksa dan memendam kecewa Di Hati , Alya meninggalkan Juno langkahnya terhenti saat mendapati Sisil sedang duduk sendiri di teras rumah. Tapi ia memilih keluar agar tidak perlu mendengar pembicaraan sepasang kekasih itu.
Alya memandang Sisil dari ujung kepala sampai ujung kaki, dilihat dari sisi manapun Gadis itu sama sekali tidak memiliki sesuatu yang menarik, Juno pasti sekedar khilaf Semata
"Sisil.. Saya harap kamu tahu diri, Juno menikahi kamu karena terpaksa jadi jangan berharap banyak dan gak usah cari perhatian Juno. Karena kamu sama sekali enggak layak untuk dia"
Mungkin dengan cara ini mampu membuat Sisil menjaga jarak dari juno, namun ia terkesan tak begitu mengidahkan sikap Alya ketus terhadapnya.
.
***
.
Mobil di bawah kendali Alya melaju pelan malam itu, ingatannya terus tertuju pada kejutan pahit yang ia temukan, rasanya begitu sulit menerima kenyataan bahwa kasihnya itu sudah menjadi suami orang,
"Tuh kan niko?" gumam Alya, seketika mendapati Niko berada di depan toko khusus gift tak jauh dari Komplek Perumahan Juno .
Alya menepikan mobil sambil mengamati Niko yang baru saja keluar dari tokoh dengan membawa bunga dan coklat .
"Hai Niko, ngapain Di Sini?" Tanyanya langsung turun dari mobil dan menghampiri lelaki itu
"Eh Alya, ini aku mau ke rumah Juno, nengok Sisil". Jawab niko tanpa basa-basi
"Nengok Sisil?" Sudut mata Alya memicing curiga, terlebih setelah mengetahui bahwa bunga dan coklat yang ia masukkan ke mobil adalah hadiah untuk Sisil
Alya mulai menyimpulkan bahwa nikah sama sekali belum mengetahui status Juno dan Sisil. Tidak mungkin ia berani membawakan bunga dan coklat jika tahu yang sebenarnya, bukan ?
"Tumben bawa bunga sama coklat"
"Namanya juga nengok orang sakit, masa nggak bawa apa-apa"
"Aku juga habis ke rumah Juno, sepertinya sisil baik-baik saja"
"Juno ada?" Tanya Niko ingin memastikan, sebab tak ingin bertamu jika sisil yang di rumah sendirian.
"Ada kok"
"Syukur deh, soalnya Juno sangat posesif banget, nggak biarin orang dekat-dekat sama ponakannya"
Alya merasakan Hawa sekitar memanas dalam seperkian detik . Apa istimewanya Sisil di mata Niko dan Juno? Bahkan alya sendiri bisa melihat betapa posisinya juno terhadap sisil
"Jangan bilang kamu suka sama Sisil"
"Kelihatan, nya?" tanya Niko menggaruk kepala, rasanya cukup memalukan Jika seorang guru menyukai muridnya sendiri
Alya mengangguk diiringi senyum di bibirnya, "Enggak masalah , justru kamu harus berusaha lebih keras lagi"
"Ini juga lagi usaha Al" Ia terkekeh "Ya udah aku duluan ya"
"Oke" Alya menatap Niko yang kemudian naik ke mobil melaju menuju Komplek Perumahan.
Ia mengulas senyum, setidana Ia bisa sedikit memanfaatkan keadaan ini dan mengompori Niko agar berusaha lebih keras.
***
"Sil, maaf soal tadi. Saya nggak sengaja" ucap Juno, merasa tak enak hati dengan gerakan refleknya saat menyatukan bibir mereka dan akhirnya diketahui oleh alya "Saya khilaf"
Tak ada sahutan dari sisil, Entah untuk alasan Apa kepedihan menyusup ke hati. Menikam sangat amat dalam dan menciptakan luka tak berdarah, dengan gampangnya Juno berkata khilaf
"Oh ya, soal Alya kamu tenang saja, Dia nggak akan membocorkan rahasia kita ke siapapun"
Sisil mengangguk, fokusnya setuju pada masakan yang sedang dibuatnya. Ia lantas memastikan kompor dan mematikannya pastikan bahwa makanannya sudah matang
Suara bel pun mengalihkan perhatian keduanya, juno langsung melangkah menuju pintu, namun seketika raut wajahnya perubahan data saat niko berdiri di sana dengan bunga mawar merah di tangannya.
Konon katanya Mawar Merah melambangkan cinta. Tidak mungkin munculnya membawakan Mawar Merah itu untuk dirinya, bukan ?
"Ngapain ke rumah orang malam-malam?" Ketus juno, tanpa membuka lebar pintu dan hanya menyisakan celah untuk tubuhnya .
"Galak amat Pak! Aku mau nengok Sisil Gimana keadaannya?"
"Sisil lagi butuh istirahat dan nggak bisa diganggu dulu!"
Niko tak langsung percaya, matanya celingukan di antara celah pintu yang ditinggalkan Juna
"Hai Sisil" Panggil Niko cepat, ketika melihat Sisil melintas di antara dapur dan ruang tengah. Terpaksa Juno membuka pintu dan mengizinkan lelaki itu masuk ke dalam.
"Bagaimana keadaan kamu? Aku agak khawatir dengan kejadian tadi, makanya aku ke sini. By the way... aku bawa ini untuk kamu"
"Makasih Kak, maaf ngerepotin". Balas Sisil
Tanpa sadar Juno menatap geram, melihat istrinya menerima Pemberian hadiah dari Niko
"Enggak ngerepotin sama sekali kok"
"Duduk dulu kak, saya buatin minum dulu"
"Nggak usah sih, jangan repot-repot kamu kan masih sakit"
"Nggak apa-apa kok Kak". Gadis itu mengulas senyum, lalu beranjak menuju dapur. Sementara Jono mengikuti langkah istrinya
Begitu tiba di dapur, Ia langsung menarik lengan . "Ngapain kamu mengambil hadiah dari Niko!"
"Memangnya kenapa mas?" Tanya Sisil menunjukkan sikap polos
Juno terdiam ia tak memiliki alasan masuk akal untuk melarang Sisil menerima hadiah dari lelaki itu
"Iya niko.... kan ngasih itu karena....!"
Sisil menarik nafas dalam, meletakkan bunga pemberian nikol di atas meja "mas juno lupa dengan poin ketiga dalam perjanjian kita?"
Juno bungkam seketika
"Dilarang mencampuri urusan masing-masing". Isi perjanjian yang terekam dalam ingatan lelaki itu
Ia mendesah kesal sedikit menyesal Mengapa menuliskan kalimat itu dalam perjanjian mereka .
.
.
Bersambung...