NovelToon NovelToon
Kaisar Petarung : Perjalanan Zhang Yu

Kaisar Petarung : Perjalanan Zhang Yu

Status: tamat
Genre:Tamat / Kebangkitan pecundang / dan budidaya abadi / Epik Petualangan
Popularitas:14.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: Sayap perak

Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.

Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.

Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.

Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter... 15 : Mendominasi

Setelah Zhang Yu memastikan diri ke babak empat besar, sekarang giliran Zhang Feng yang naik ke atas panggung pertarungan setelah namanya disebutkan.

Tidak lama berselang, seorang pria muda juga ikut naik sambil membawa sebuah pedang di tangannya.

"Zhang Feng, Zhang Xin, apa kalian sudah siap?" Zhang Yan bertanya pada dua generasi muda yang akan bertarung.

Namun bukannya menjawab, Zhang Xin menyimpan pedangnya dan mengangkat kedua tangannya. "Tetua Keempat, aku menyerah!"

Ketika kalimat ini keluar dari mulut Zhang Xin, tidak ada yang tidak terkejut. Zhang Yan, menatap lekat pria gemuk itu dan bertanya padanya. "Zhang Xin, kenapa kau tiba-tiba menyerah?"

Zhang Xin beberapa saat diam, kemudian berkata, "Tetua Keempat, pertarungan ini dapat ditebak akhirnya. Dari pada membuang waktu, lebih baik putuskan saja lebih awal."

Zhang Yan sedikit bingung untuk mengambil keputusan, jadi dia melirik patriark untuk bertanya. Ketika melihat tanda darinya, Zhang Yan langsung mengesahkan Zhang Feng sebagai pemenang.

"Selamat Zhang Feng! Kau maju ke babak empat besar."

Zhang Feng menyimpan pedangnya dan berjalan turun. Ketika bersimpangan dengan Zhang Xin, dia mengejeknya. "Pengecut!"

Zhang Xin hanya bisa bergeming ketika mendengarnya. Tatapan matanya tertuju pada salah satu tempat duduk tetua dan dengan cepat memalingkannya kembali.

Hahahaha...

Suara tawa terdengar dari tempat duduk tetua. Zhang Xu, atau yang lebih dikenal dengan Tetua Pertama tampak begitu puas melihat sikap menyerah Zhang Xin.

"Zhang Wen, putramu melakukannya dengan baik. Aku sangat mengapresiasinya."

Pria setengah baya bernama Zhang Wen itu tak bisa mengatakan sesuatu dan hanya tertunduk lesu. Demi untuk membalas budi, dia memaksa putranya untuk menyerah jika berhadapan dengan Zhang Feng. Tidak dipungkiri, ini membuatnya sangat menyesal dan merasa bersalah terhadap putranya. Namun ia juga tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak tahu balas budi karena dua tahun lalu Zhang Xu telah menyelamatkan nyawanya.

Babak delapan besar berlanjut. Sesudah Zhang Yu dan Zhang Feng memastikan tiket menuju empat besar, dua orang lainnya menyusul setelah mengalahkan lawan masing-masing. Mereka adalah Zhang Da dan Zhang Hou. Sama-sama berusia 24 tahun dan sama-sama berada di tingkat ahli bintang satu.

Pada saat ini, Tetua Keempat kembali mendatangi tempat juri untuk mengacak empat nama yang akan bertanding dalam babak empat besar.

Keempat peserta yang masih bertahan sudah menunggu di atas panggung pertarungan. Berdiri di empat sudut berbeda dan menghadap pada ratusan penonton yang berkumpul tepat di bawah mereka.

Tentu saja setiap penonton memegang nama yang dijagokan. Tanpa segan mereka berseru memberi dukungan dan tak lupa nasehat-nasehat yang belum tentu berguna.

Tapi inilah kemeriahannya. Suasana yang tak mungkin didapatkan jika bukan pada saat acara seperti ini.

"Kalian berempat dengar, ...." Tetua Keempat mendarat di tengah-tengah panggung dengan secarik kertas berwarna putih.

Empat peserta, tak terkecuali Zhang Yu spontan membalikkan badan berganti memandang pada Tetua Keempat. Tatapannya fokus pada kertas putih tersebut, berharap dapat melihat siapa yang akan menjadi lawannya.

Namun karena tulisan terlalu kecil dan jarak yang lumayan jauh, Zhang Yu kesulitan untuk menyimpulkannya.

"Kenapa kau begitu gelisah? Takut?" Zhang Feng mengira keingintahuan Zhang Yu adalah bentuk kegelisahan. Dia memanfaatkan hal itu untuk mencari masalah.

"Jika kau takut kalah, kenapa tidak mengundurkan diri saja? Setidaknya dengan begitu kau tidak akan berakhir babak belur."

Zhang Yu menanggapi santai kalimat Zhang Feng. "Tidak ada yang tahu siapa yang akan babak belur nantinya. Kau juga harus berjaga-jaga karena mungkin kau adalah orang pertama yang akan berakhir mengenaskan."

Kening Zhang Feng mengerut mendengar ucapan Zhang Yu. Dalam sekejap wajahnya memerah marah. Namun saat akan membalas ucapannya, Tetua Keempat telah menyebutkan satu nama.

"Zhang Yu!"

Zhang Feng spontan mengalihkan pandangannya kepada Tetua Keempat.

"Zhang Yu! Aku benar-benar akan membuatmu sengsara jika berhadapan dengan ku kali ini." Dia membatin berharap nanya yang akan disebutkan. Tapi sepertinya situasi sedang tidak berpihak padanya.

"Zhang Da!"

"Babak empat besar yang pertama, Zhang Yu akan berhadapan dengan Zhang Da. Kedua peserta diharapkan bersiap!" Kalimat Zhang Yan sangat jelas. Pendukung Zhang Yu dan pendukung Zhang Da langsung bergemuruh.

Tapi di antara mereka ada yang tidak puas. Siapa lagi jika bukan Zhang Feng. Sambil berjalan menuju ke arah tangga, dia sengaja memutar jalan lebih jauh hanya untuk menghampiri Zhang Yu.

"Kau beruntung karena tidak bertemu denganku. Tapi aku akan menunggumu di babak final. Itupun jika kau benar-benar mampu memenangkan pertarungan ini."

Setelah berkata seperti itu Zhang Feng meninggalkan panggung pertarungan dan kembali ke tempat tunggu.

Zhang Yu hanya tersenyum dingin tanpa mengucapkan satu pun kata. Dia mengalihkan perhatiannya pada sosok pria bertubuh tinggi yang akan menjadi lawannya dalam babak empat besar. Zhang Da!

"Di mana pedangmu?" Zhang Da telah mengeluarkan tombaknya. Dia menatap Zhang Yu dengan rumit karena lawannya ini tidak kunjung mengeluarkan pedang yang menjadi senjatanya.

Seperti permintaan lawannya, Zhang Yu mengeluarkan pedang semesta. Dia menoleh pada Tetua Keempat dan mengatakan jika dirinya sudah siap.

"Aku juga sudah siap!" sahut Zhang Da. Pria itu bahkan sudah mengalirkan Qi ke telapak tangannya dan sudah bersiap melakukan serangan.

Zhang Yan memberi aba-aba. Dalam tiga tarikan nafas dia lalu berseru dengan lantang.

"Mulai!"

Bersama dengan suara Zhang Yan yang menggema. Zhang Da langsung melepaskan energi kekuatan dari ujung tombaknya.

Cahaya hijau seperti bola melesat dengan cepat. Mengandung kekuatan yang cukup kuat hingga mampu meninggalkan goresan sedalam satu inci di permukaan panggung pertarungan. Namun, serangan itu tidak mampu memaksa Zhang Yu terlalu jauh. Hanya dengan menarik tubuhnya ke samping ia sudah berhasil menghindar.

Mengetahui serangannya meleset, wajah Zhang Da berangsur buruk. Padahal ia berharap serangan itu akan menyulitkan Zhang Yu. Siapa yang mengira bahkan tidak berefek padanya.

Tepat pada saat ini, Zhang Yu melapisi pedang semesta dengan Qi. Tidak memberikan tanda atau aba-aba, dia langsung melesat dengan kecepatannya.

Mata Zhang Da terbuka sempurna. Dia secara reflek menahan serangan pedang itu dengan tombaknya. Tapi dia lupa satu hal. Pedang Tetua Ketiga yang merupakan artefak kelas bawah berkualitas saja bisa hancur, bagaimana dengan tombaknya yang hanya artefak kelas bawah biasa?

Tidak dapat dipungkiri, meski berhasil menahan serangan itu, tombak Zhang Da langsung patah menjadi dua.

Ekspresi Zhang Da semakin buruk. Seolah masih tak percaya, dia mematung dengan kedua tangan membawa masing-masing bagian tombaknya yang patah.

"Kau masih ingin bertarung?" tanya Zhang Yu yang seketika menyadarkan Zhang Da. Pria 24 tahun itu menatap tombaknya dengan sedih, lalu memasukkannya dalam cincin penyimpanan.

"Aku menyerah!" Mungkin tidak ada orang yang tahu, tapi ketika menahan serangan itu tangannya benar-benar mati rasa. Selain sudah tidak memiliki senjata, ia juga sadar ada perbedaan besar di antara mereka.

Terlepas siapa Zhang Yu sebelumnya, saat ini Zhang Yu benar-benar berubah menjadi sosok yang luar biasa. Zhang Da sadar tidak mungkin dapat mengalahkannya. Jadi hanya bisa mempersilakannya melaju ke babak final.

1
Wachid Hasyim
pasti lawanya di biarkan kabur
Wachid Hasyim
budaaall
Siti Solekah
Luar biasa
Rakhmadi Enim
Biasa
Rakhmadi Enim
Kecewa
Wachid Hasyim
kayak pesawat aja. mengalami turbulensi
Wachid Hasyim
kenapa gk di hancurkan saja dentianya
Wachid Hasyim
kenapa harta klan wen gk di kuras
Wachid Hasyim
karene mengganggu saja.
Wachid Hasyim
hukuman yang adalah musnahkan dentianya
Wachid Hasyim
hancurkan
Wachid Hasyim
kenapa xiomei tidak menurunkan ilmunya kepda xua yin
Eka Haslinda
suka banget dgn sifat arogan dewa naga yg agung... terkesan lucu dan imut2.. wkwkwk
Wachid Hasyim
kadang daun jatuh pun bisa jadi tanda di mulainya pertempuran
Siti Solekah
12335678
djuk haltono
Luar biasa
Wachid Hasyim
ini jeleknya, pada kebanyakan melamun
Wachid Hasyim
gk komen, sudah masuk perangkapnya author.
Siti Solekah
👍👍👍👍👍👍
Eka Haslinda
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!