Ling Zhi seorang Ratu kerajaan besar, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang terbaring di sebuah ruangan bersalin. Dirinya berpindah ke masa depan, sebagai seorang ibu dan istri yang tidak diinginkan bernama Shera.
"Aku tidak pernah menunduk pada siapapun!"
Ikuti perjalanan nya menjadi seorang Ibu dan wanita hebat di masa depan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi Hari
Dengan santainya, Shera menutup pintu dan duduk manis sambil bersiap menikmati buah-buahan segarnya. Manik coklat itu tampak berbinar-binar melihat kumpulan buah ditangannya. "Disini, aku tidak sulit mendapatkan buah. Lihat! Tanpa pelayan ataupun memetik di hutan aku dapat banyak!" Shera memegang buah pir yang begitu segar dan langsung melahapnya.
"Luar biasa! Sangat menyegarkan! Dan tidak ada gangguan." Beberapa kali kunyahan, Shera tampak berpikir akan sesuatu.
"Aku baru dapat informasi kedua orang tua ku saja baru, apa aku memiliki saudara? Sungguh, jika seperti itu aku singkirkan saja!" Mendadak suasana hati Shera tidak baik, jika kembali mengingat kata saudara dan perlakuannya di masa lalu.
"Akan aku cari tau nantinya. Sekarang, tiga bulan disini.... Aku harus melihat dunia ini lebih banyak. Dan mempelajari nya, ada beberapa hal yang mungkin aku belum ketahui. Tidak apa, aku mempelajari dengan cepat." Setelah menikmati semua buah yang dibawanya, Shera akhirnya memilih tidur.
**********
"Abra, kau belum tidur? Ada apa nak?" Viola yang bangun, dikagetkan dengan kehadiran putranya di sofa ruang tamu.
"Kenapa kakimu?" Viola menajamkan penglihatannya dan terlihat kaki putranya memerah.
"Abra, kau kenapa?"
"Tidak apa ma, aku hanya tersandung. Ya, tersandung. Aku ingin mengambil air di dapur. Tapi tersandung, jadi aku duduk sebentar." Ucap Abra membuat Viola mengamati wajah putranya.
"Sungguh? Kau seperti anak yang baru tiba disini, tidak tau jalan. Biar Mama lihat! Mama akan obati dulu. Kau ini....." Viola mendumel dan mengambil kotak p3k untuk mengobati kaki putranya.
"Abra, kapan kau akan memberikan surat perpisahan, ingat! Semakin cepat semakin baik."
"Ma, aku......"
"Shera bahkan memintanya pada papamu." Ucapan Viola tentu langsung membuat Abra langsung kaget.
"Apa? Shera meminta pada Papa?"
"Ya, Mama mendengar nya. Dulu dia bersikap tidak bisa hidup tanpamu, sekarang dia ingin membuang mu." Ujar Viola semakin menjadi-jadi.
"Shera tidak...."
"Tidak mungkin? Kau sendiri yang mengatakan pada Mama perubahan nya ketika melahirkan. Dan juga kita melihatnya disini. Wanita itu bersikap seolah mampu dan hebat dengan kakinya sendiri. Akan lebih baik, kalau kau segera mewujudkannya Abra! Tekankan padanya, setelah ini tidak ada tempat dan kesempatan untuknya kembali padamu. Meksipun dia menjual putranya untuk itu nantinya."
Abra masih terdiam, dan Viola terus memprovokasi putranya. "Bukankah dia sudah tidak menghargai mu? Wanita seperti itu tidak layak untuk ditahan meksipun sejenak. Kau bisa mendapatkan siapapun Abra, tapi.... Wanita itu, siapa yang mau dengan wanita sepertinya? Dia hanya mengikat mu dengan rantai yang besar. Mama tidak mau putra Mama ini hidup dengan pernikahan seperti ini. Mama ingin kebahagiaan mu, Abra."
"Aku akan mengurus nya, Mama jangan khawatir!" Abra bangkit dari sofa dan melenggang pergi dengan sebuah senyuman manis dari Viola.
"Benar, itu yang terbaik!"
Sebelum matahari terbit, Shera sudah bangun dan memeriksa putranya yang menangis. "Apa putra Ibu buang air? Biar ibu lihat, hmmm." Dengan telaten, Shera mengganti popok putranya dan menyusuinya.
"Setelah ini, ibu akan siapkan air hangat untuk mu, hmmmm." Sambil merapikan rambut tebal putranya, Shera mengajak bicara putranya.
Kamar mandi di dalam kamar itu juga luas, membuat Shera melihat sebuah tempat untuk berendam dengan alat diatasnya. Mata coklatnya membaca huruf disana. "Air hangat, ini berukuran besar untuk putraku mandi. Air nya sedikit saja." Shera segera menyiapkan air mandi untuk putranya.
Leo membuka mata keabu-abuan nya yang masih belum sempurna, membuat Shera dengan riang mengajak putranya berinteraksi. "Waktunya mandi sayang...." Dengan telaten, Shera memandikan putranya. Tampak Leo tidak berulah ketika air menyapa tubuhnya.
"Kau senang? Hmmmm...."
" Putra ibu sudah wangi!" Waktu masih belum menunjukkan matahari untuk muncul, dan Leo kembali tertidur pulas.
"Sekarang giliran ku untuk bergerak!" Dengan lemari yang terbuka, Shera memilih pakaian yang bisa ia gunakan untuk kegiatan di pagi buta ini.
"Ini lebih cocok!"
*********
Abra tidak dapat tidur dengan nyenyak setelah perkataan ibunya semalam. Menyibak selimut, ia menuju balkon kamarnya yang masih terlihat temaram karena lampu.
Matanya melihat pemandangan dan dirinya menghirup udara yang begitu segar, berharap kepalanya juga ikut segar. Tapi sejenak, matanya tertuju ke arah bawah yang memperlihatkan seseorang tengah melakukan gerakan disana.
"Shera?" Ucapnya setelah menajamkan penglihatannya.
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
ternyata tuan josept tau abra pergi dg kekasihnya