Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Perilaku Berbeda.
Kedua bocah kembar itu tidak mau beranjak pergi dari Yura, untung saja dalam keluarga nya Yura juga mempunyai adik laki-laki dan perempuan jadi dia mungkin bisa meng-handle si twins.
“Bunda, mau pipis.“ Rengek Nessa.
“Nes, tangan Bunda kan lagi sakit. Pipis sendiri sana, kan Bunda udah ngajarin kamu.“ cebik Nevan, anak itu memang lebih dewasa pemikiran nya.
Puk!
Nessa menepuk jidatnya sendiri, “Nessa lupa, Bunda. Nessa kan udah bisa pipis sendiri, xixixi...“
Anak perempuan itu berlari ke kamar mandi sendiri.
Bibir Yura tersenyum melihat kelucuan Nessa, setidaknya ada hiburan disaat jiwanya tiba-tiba terlempar ke tubuh orang lain.
“Bunda, udah nggak sakit ya? Bunda bisa senyum,“ Nevan mengelus pipi Yura.
“Nevan sayang Bunda, ya?“
Nevan mengangguk, “Mama Nevan udah nggak sayang, Papa juga sibuk sendiri... Nenek suka galak, katanya kami anak-anak dari wanita mata duitan. Apa itu wanita mata duitan, Bunda?“
Yura menghela nafas pelan, ternyata di dunia ini ada orang-orang yang begitu menyebalkan seperti Yoga dan Ibu mertua Aruna.
“Pesan Bunda, jangan pernah menjadi orang lemah. Apapun kata dunia... penentu hidup kalian adalah kalian sendiri. Jika ada yang berbuat jahat pada kita, lawan. Namun, kita jangan menjadi orang jahat lebih dulu.“
Mesti bocah laki-laki itu tidak mengerti, Nevan tetap mengangguk.
“Bundaaaaaaaaa!!! Susah cebokkk nya!“ teriak Nessa dari dalam kamar mandi, membuat Yura tertawa dengan lepas.
Deg!
Yoga yang baru masuk ke kamar karena ingin mengambil dompet yang ketinggalan, seketika mematung mendengar suara merdu dari tawa renyah istri kecilnya. Bahkan meski di wajah Aruna ada beberapa bekas lembam akibat kekasaran dirinya, namun saat ini Aruna begitu terlihat cantik alami di mata pria itu.
“Ekhm!“ Yoga menelan saliva dengan susah payah, selama ini setelah menikahi Aruna dia tidak pernah mendengar Aruna tertawa seperti saat ini, Aruna hanya tersenyum tipis seadanya.
Mendengar deheman Yoga, Yura mengehentikan tawanya. Dia hanya melirik tajam sekilas ke arah suami dari si pemilik tubuh, lantas Yura turun dari ranjang berjalan pelan ke arah kamar mandi untuk membantu anak sambung Aruna.
Yoga mematung mendapatkan sikap yang berbeda dari Aruna, selama ini istrinya itu tidak pernah mengacuhkan nya. Bahkan selalu bertanya lebih dulu, menanyakan tentang kebutuhan Yoga.
Namun barusan, istrinya melirik tajam padanya dan sepenuhnya mengacuhkan nya.
Tap
Tap
Dengan langkah lebar, Yoga masuk ke dalam kamar mandi dan berkacak pinggang di ambang pintu.
“Hei! Aruna! Kau pikir kau sedang apa? Kenapa kau pergi begitu saja ke dalam kamar mandi dan mengacuhkan ku!“
Yura membiarkan Yoga marah-marah, dia membantu Nessa membersihkan diri setelah buang air kecil.
“Bunda Una... nanti kalau Bunda udah sembuh beli es krim di tempat kemarin ya.“ Ucap Nessa, untung saja di usia nya ke lima tahun ucapan si kembar sudah lancar dan tidak cadel.
“Oh, di Nick's Creamery itu. Yang abang-abang penjualnya ganteng,“ Yura memakaikan celana pada Nessa meski dengan sebelah tangan, karena sebelah tangannya lagi di gips.
“Kapan kalian pergi kesana? Kenapa Papa nggak tau?“ tiba-tiba Yoga ikut nimbrung.
Mata Nessa mendelik tak suka pada sang Ayah, “Papa kan lupa... minggu kemarin Nessa sama Nevan ulang tahun. Jadi, Nessa dan Nevan pakai uang tabungan dari pemberian Papa buat beli es krim kesana.“
“Ck! Papa emang lupa!“ tak ada raut bersalah di wajah Yoga, seolah perkataan kesal putrinya hanyalah angin lalu dan tak berarti.
Padahal bagi kedua anak itu mendapatkan ucapan selamat ulang tahun saja, Nessa dan Nevan akan bahagia sekali. Namun sayang, jangankan perhatian dengan merayakan ulang tahun anaknya, bahkan ucapan selamat pun tidak keluar dari mulut Yoga.
“Udah selesai, ayok!“ Yura berdiri dari jongkok nya setelah membantu memakaikan celana pada Nessa.
Yura menggandeng tangan Nessa menuju keluar kamar mandi, Yoga berdiri tepat di ambang pintu. Dengan sengaja Yura menabrakkan pundaknya pada lengan Yoga dengan keras hingga tubuh Yoga yang berdiri menghalangi jalan terdorong ke samping.
“Hei!“ protes Yoga.
“Ups, sorry! Makanya Pak Yoga, jangan berdiri di ambang pintu. Selain menghalangi jalan, kata emak... itu pamali! Nanti Pak Yoga berjodoh dengan makhluk halus serupa Kunti!“ cibir Yura seraya mele-letkan lidah mengejek.
Yoga tercengang, baru pertama kalinya istrinya itu berani bersikap kasar dan mengejeknya. Tapi anehnya, jantungnya tiba-tiba berdesir.
Tunggu! Apa kepala Aruna terbentur keras, jadi perilakunya berbeda dan kasar? Pikir Yoga karena kelakuan Aruna tak masuk akal.
.
.
Di sebuah rumah sakit, tubuh asli Yura sudah mendapatkan penanganan. Namun Dokter mengatakan, jika Yura koma.
“Pak Alaric, Cctv dijalan tersebut tidak ada. Kebetulan jalan itu adalah jalanan kecil menuju jalan raya. Tapi kami masih mencari apapun untuk mencari pelaku tabrak lari pada Nona Yura.“
Seorang pria memakai jas mahal, selama ini dia mencari indentitas Yura karena Yura pernah menolongnya beberapa bulan lalu. Sayangnya, baru saja menemukan keberadaan Yura namun gadis itu malah menjadi korban tabrak lari.
“Kabari keluarga nya, bawa mereka melihat anaknya. Katakan, jangan mengkhawatirkan biaya.“ Ucap pria itu pada assisten pribadinya.
“Baik, Pak.“
Alaric meninggalkan rumah sakit, dia akan terus mencari siapa pelaku tabrak lari pada Yura.
Di rumah mewah Alaric, seorang wanita sedang menunggunya. Dia adalah tunangan Alaric, hasil perjodohan dua keluarga.
“Al, kamu baru pulang. Capek, ya? Aku bikinan teh madu anget, oke.“
Wanita bertubuh ideal dengan wajah menawan itu mendekati Alaric dengan berjalan melenggak-lenggok, lalu dia mengusap pundak pria itu. “Aku udah nunggu kamu hampir satu jam, loh.“
Alaric mengangkat tangannya dan menghempaskan tangan wanita itu dari pundaknya. Pria itu tidak suka disentuh sembarangan meski oleh tunangan nya sendiri.
Bibir wanita bernama Sabrina itu cemberut saat Alaric melepaskan tangannya dari pundak pria itu, namun Alaric tidak perduli dan melanjutkan langkah menuju kamarnya.
“Al!“ teriak Sabrina kesal seraya menghentakkan sepatu hak tingginya.
“Menghadapi dia itu harus sabar, kamu juga sudah mengenal nya sejak kecil. Putra Tante kan emang pendiem dan dingin.“ Ujar Mama Alaric.
Sabrina menghela nafasnya, jika bukan karena citra orang kaya yang melekat pada diri Alaric tidak mungkin dia mau bertunangan dengan pria sedingin Alaric.
_____
Ceritanya melebar dulu ya, biar tokoh-tokohnya nanti sambung menyambung 🤭🙌
bodoh bangt tuh laki