Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Mimpi
"Sah."
"Sah."
Ucap para saksi dari keluarga pasangan sejoli yang akhirnya menikah dengan pakaian ala kadarnya. Pernikahan sederhana yang di gelar dadakan atas permintaan pasien laki-laki, tepat saat Ayah kandung Zea datang menjenguk.
Ruang rawat itu menjadi sempit karena saudara-saudara Zea juga keluarganya juga datang menyaksikan pernikahan saudara wanita satu-satunya yang belum menikah.
"Ini konyol sih, tapi selamat ya." Ucap Kak Intan memeluk Zea hangat.
"Aku pikir hanya pernikahan ku yang unik, ternyata ada yang lebih unik, selamat my twins. "Ucap Zia memeluk gantian kembarannya itu.
"Terimakasih ya Kak, kamu sudah memberi jalan untuk diriku. " Kata Kean lalu memeluk Zea juga.
"Ckkk, jangan lama-lama! " Tegur Al Jovano di sisi Zea.
"Hahaha, nikah sama brondong emang beda ya kak, lebih posesif, adik sendiri di cemburui. " Kata Kean sambil tertawa.
"Ini gimana cara unboxing nya, kalau pentantinya pasien semua??? " Kata Reihan suami Intan yang langsung di sahut tawa semua yang hadir.
"Astaghfirullah!!! Kak suamiku masih kecil jangan pada berpikir kemana-mana! " Kesal Zea namun justru membuat semua yang hadir tertawa lagi.
Hanya Al Jovano yang cemberut di tempatnya, di anggap anak kecil oleh istrinya sendiri itu menyakitkan, awas saja nanti jika dirinya sudah sembuh, Al Jovano akan membuktikan jika dirinya sudah dewasa.
"Sudah-sudah, kasian Al. " Tegur Bunda Mutia pada semuanya.
"Selamat ya Zea Al. Udah seperti yang kalian mau ya. Sah. " Ucap Bunda Mutia.
"Makasih Bun. " Kata Al Jovano sambil tersenyum cerah.
"Sebenarnya pernikahan impian Zea gak kaya gini sih Bun." Jujur Zea.
"Tapi ya udah deh, besok bisa kan ya nikah ulang di Stable kuda, biar Sanja jadi saksinya juga. " Kata Zea sendu.
"Astaghfirullahhhh, Zea aneh-aneh aja ih." Tegur Kak Intan yang langsung di jawab cengiran Zea.
Ayah Arsya yang semula diam kini memberi wejangan, pada mempelai dadakan itu, " untuk kalian pengantin baru, Ayah harap dapat bersikap sabar dan memahami bahwa pernikahan bukanlah perjalanan tanpa tantangan. Tantangan dan perbedaan adalah bagian alami dari hidup berdua, dan melalui kesabaran, mereka dapat tumbuh bersama dan memperkuat ikatan cinta kalian. Dengan kondisi kalian saat ini, kalian harus saling mendukung dalam setiap situasi, baik suka maupun duka, itu sebagai cara menjaga keharmonisan rumah tangga kalian nanti." Nasihat Ayah Arsya.
Al Jovano maupun Zea mengangguk lalu mengingat baik-baik pesan dari Ayah Arsya untuk mereka, Zea ingin pernikahan mereka bisa seperti Bunda dan Ayah sambungnya itu dalam menerima kekurangan pasangan menjadi kelebihan.
"Al Zea ingat pesan Bunda ini, luruskan niat kalian saat menikah, jangan salah mengambil niat saat menikah, Jika seseorang niatnya salah maka siap-siap akan sengsara. Kalian harus punya niat menikah untuk beribadah, menjalankan perintah agama, ingat pernikahan adalah ibadah panjang yang mungkin nanti akan banyak ujiannya." Nasihat Bunda Mutia.
"Jika kalian lihat kakak-kakak kalian dulu banyak masalah maka jangan takut, karena setiap pernikahan akan adanya masalah masing-masing, tidak ada keluarga yang sudah menikah bebas dari masalah namun ingat apa pun nanti masalah kalian selesaikan dengan baik-baik, jadilah pasangan yang saling setia dan menguatkan." Lanjut Bunda Mutia lalu memeluk Zea hangat, akhirnya putri keras kepalanya sudah menikah.
"Mama hanya bisa bilang titip Al ya Zea sayang, Maafin dia dan terima dia dengan segala keadaannya. " Ucap Mama Hany dan memeluk Zea bergantian dengan Al Jovano.
"Ayah juga hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk rumah tangga kalian. Titip putri Om ya Al! Jaga dia seperti apapun kondisimu! " Nasihat Ayah Haris lalu menepuk pundak Al Jovano dan beralih memeluk Zea hangat.
"Ayah tak bisa berkata apa-apa. " Ayah Hanan yang lebih cengeng dari tadi mengusap sisi matanya, Anak yang dia besarkan kini sudah besar dan menikah dalam kondisi yang memprihatinkan menurutnya.
Semua orang bergembira atas pernikahan pasangan ini, meski terbilang paling unik namun wajah mereka justru yang paling jujur, mereka menikah karena saling mencintai dan menerima keadaanya masing-masing.
***
Hening setelah semua pulang tinggal menyisakan Zea dan Al Jovano, kini ranjang mereka di dekatkan, namun anehnya justru kini mereka canggung dan membisu saling pandang.
Al Jovano merasa kakinya semakin lemas, jantungnya berdegup sangat keras, lidahnya terasa amat sangat kelu saat bertatap sangat dalam seperti ini.
Zea pun sama mendadak rasanya begitu berbeda, dadanya bergetar luar biasa, seluruh persandian pada tubuhnya seperti terkunci namun matanya hanya ingin menatap wajah tampan di hadapannya ini.
Al Jovano melawan rasa di dadanya, memaksa jarinya bergerak dan meraih tangan putih lembut di hadapannya, nyata, ini nyata sungguh-sungguh nyata, seperti mimpi Al Jovano kini bisa menyentuh jari ini tanpa di omeli sang pemiliknya.
"Ekhm. Serius nanya, ini nyatakan?? Bukan mimpi??" Ucap Al Jovano setelah mampu bersuara.
"Bangun! Jadi kamu pikir tadi akting? Atau kamu ngigo ucap ijab qobul??" Jawab Zea setelah kelu nya lambat laun hilang.
Zea merasakan sengatan dari sentuhan Al Jovano pada jarinya, rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, namun bibirnya tak bisa jika diam saja.
"Hahaha, sumpah masih kaya mimpi, jadi ini tubuh udah sah di sentuh." Ucap Al Jovano sambil membelai pipi Zea yang langsung berubah warna.
"Alhamdulillah, Makasih Zea, udah terima aku jadi suami brondong kamu. " Kata Al Jovano lalu mengecup tangan Zea sambil berkaca-kaca.
Al Jovano merasa jika kondisinya saat ini mungkin skenario sang penulis takdir yang menginginkan Zea untuk melepas gengsi dan keras kepalanya, melalui kondisinya ini Zea jadi menyadari perasaanya dan mau menerima kehadiran dirinya.
Zea mengambil tangan Al Jovano untuk dia sungkem , meski Al Jovano lebih muda namun Zea tetap berusaha menghargainya.
"Terimakasih juga ya udah mau sama aku yang seperti ini." Kata Zea menatap Al Jovano.
Al Jovano tersenyum sambil membelai wajah Zea, lalu mengikis jarak hingga nafas keduanya saling bertukar, mendadak keduanya merasa hawa di sekelilingnya menjadi berbeda.
Cup
Kecupan singkat di kening Zea dari Al Jovano, ingin lebih namun kasurnya mendadak seperti bergerak dan membuat mereka tak nyaman, takut terjatuh.
"Aaaa, Aku bisa gila kalau di sini lama-lama. " ucap Al Jovano sambil menjambak rambutnya frustasi.
Zea tertawa untuk menutupi rasa risi dan malunya. "Ya udah sih sabar. " Ucap Zea sambil tertawa lalu membenarkan posisi tidurnya.
"Ckkk, pengen peluk, besok kita pesan kasur yang besar biar gak geser-geser. " Ucap Al Jovano yang di jawab tawa Zea hingga perutnya sakit.
"Eh, pasien! sadar diri kali emang situ mau ngapain?? " Zea berkata sambil geleng-geleng kepala melihat wajah suami brondongnya.
"Mau ngapain kamulah. Udah sah! " Jawab Al Jovano tanpa malu namun bikin malu Zea sendiri.
"Dasar Bocah! " Kata Zea tak habis pikir, jangan-jangan benar kata Mama Hany yang kemarin itu, nikah di rumah sakit hanya akal-akalan Al Jovano saja.
***
Yuk kasih selamat dengan dukungan juga jejaknya dong... 😍😍🙏
Makasih ya yang udah kasih dukungan selalu 🙏🙏🙏❤❤❤
semoga alka memang kk nya Al jadi dia msh punya kluarga