Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04
Berry kembali memasang senyum ala penjual kosmetik profesionalnya dan menyalimi para warga desa yang ingin pulang karena acara nya juga sudah selesai.
Ketika tiba giliran para penggosip, Berry memelototi mereka. Dia bahkan mengeluarkan aura pembunuhnya untuk menekan ketiga orang yang suka menjelekkan nya itu.
Cara itu cukup ampuh untuk membuat mereka kembali bergetar ketakutan, Berry pun menyalimi mereka dan mengatakan terimakasih telah hadir di acara 'sederhana' nya ini.
Berry sengaja menekan bagian itu, tentu saja bermaksud untuk menyindir si penggosip.
Bu Arin berjalan mendekati Berry, dia warga terakhir yang akan bersalaman dengannya, ngomong-ngomong kepala desa dan istrinya sudah kembali lebih dulu.
Tentu saja, Berry meminta pria tua itu untuk membawa sebagian makanan yang masih tersedia banyak di meja.
Meski sempat menolak, namun Berry berhasil meyakinkan nya. Akhirnya pria tua itu pun membungkus beberapa makanan. Tidak lupa mengucapkan terimakasih dan selamat pada Berry.
"Kamu sudah benar dengan bersikap tegas pada mereka"Ucap Bu Arin sambil menghela nafas entah untuk ke beberapa kalinya.
Berry menyipitkan matanya, apa Bu Arin memiliki stok nafas yang sangat banyak ya? Wanita paruh baya ini tidak bosan untuk menghembus nafas nya dengan boros.
Berry tersenyum tipis, dia mengangguk kan kepala nya setuju dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan di depan nya itu.
"Sebenarnya saya malas Bu tapi ada beberapa kata yang sangat menyinggung perasaan saya. Karena itu, saya turun tangan langsung untuk menegur mereka"Ujar Berry dengan pelan.
Jujur saja, tangan nya gatal tadi ingin menarik salah satu kalung emas besar yang ada di leher si ketua penggosip tadi. Namun, berhubungan sedang banyak orang di rumah nya, tidak mungkin dia bersikap bengis seperti itu.
Berry masih ingin hidup dengan damai dan tentram. Bu Arin mengangguk paham jika dia di posisi Berry.
Dia juga akan sangat marah dan tersinggung, "Sudahlah, lebih baik kamu beristirahat sekarang. Pasti sangat lelah harus bersikap dengan orang-orang yang membenci kita"Kata Bu Arin dengan sedikit kekehan.
Ya itu benar, sekarang Berry merasa kelelahan. Kesabarannya habis terkuras hari ini belum lagi mulut nya sakit karena terus menerus tersenyum cerah sambil mengucapkan terimakasih.
Mungkin ini pertama dan terakhir kali nya Berry membuat acara syukuran dirumah nya, tidak akan ada lagi namanya makan gratis disini, huh!
Berry memberikan bungkusan yang berisi makanan kepada Bu Arin. Wanita paruh baya itu menerima nya dengan senang hati tanpa banyak drama 'tidak usah tapi di terima juga'.
Setelah semua orang pergi Berry menatap halaman rumah nya yang masih sangat berantakan, dia akan menyewa beberapa ibu-ibu dan pemuda untuk membantu nya membersihkan semua ini.
Untuk sekarang dia hanya perlu membawa kembali makanan yang tersisa dan menyimpan nya jika dia rajin nanti, mungkin akan kembali ia bagikan pada warga sekitar yang tidak hadir di acara nya tadi.
Beberapa menit kemudian, semua makanan dan minuman telah bersih dari atas meja.
Berry mengambil sapu lidi dan mulai menyapu halaman nya yang penuh dengan sampah.
Tentu sambil mengomel kesal, kenapa warga disini tidak memiliki pengertian sedikit? Apa salah nya jika mereka memasukkan sampah yang mereka buat itu ke dalam tempat sampah.
Berry bahkan sudah menyediakan nya di setiap sudut, dengan tulisan besar 'TEMPAT SAMPAH!'
Dia curiga kebanyakan warga memiliki
mata minus akut sampai-sampai tulisan sebesar itu tidak terlihat.
"Menambah pekerjaan ku saja."Begitu lah gerutuan wanita cantik itu. Dia memasukkan semua nya ke dalam tempat sampah dan memijak nya agar muat.
Berry menghela nafas lelah, dia menatap sekitar nya yang telah bersih ia buat. Barang kali, dia memiliki bakat menjadi tukang bersih-bersih.
Mungkin dia akan melamar pekerjaan seperti itu jika dia tidak niat pensiun dan hidup damai.
Berry meletakkan sapu lidi nya dan berjalan masuk ke dalam rumah tentu saja setelah mengunci pagar.
Siapa tahu, ada orang iseng yang berniat masuk setelah melihat banyak makanan tadi.
Wanita itu segera membersihkan dirinya dan akan tidur dengan tenang. Tidak ada yang boleh mengganggu nya kali ini, dia
ingin damai.
Yah, begitu lah isi pikiran Berry sebelum dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Andai saja dia tahu, mungkin dia akan sangat menyesal telah mengucapkan kata-kata seperti itu dengan santai nya.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah