Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - 2M
"Ini sendoknya, Mas." Ayna menyodorkan sendok pada Alex.
"Terima kasih, cantik." Ucap Alex sambil memuji sang istri.
"A-aku makan." Ayna yang mulai kikuk melahap makanan yang dipesan Alex. Pria itu tidak jadi menyuruhnya memasak, karena tidak mau membuatnya kecapekan. Ia kan baru saja pindah.
'Ternyata ia tampan!' Ayna baru menyadari pesona suaminya itu. Ia menatap pria yang lahap makan di sampingnya.
"Baru sadar aku tampan." Ucap Alex tiba-tiba.
"Ti-tidak." Ayna segera menyendokkan makanan ke mulutnya.
"Maksudmu aku tidak tampan gitu?"
"Bu-bukan-" Sanggah Ayna cepat sambil melihat pria yang sudah memasang wajah tersenyum.
"Jadi, aku tampan atau tidak?"
"I-itu.." Ayna bingung menjawab apa. "Aku lapar!"
Alex tersenyum lalu mengelus kepala istrinya itu.
"Uhuk uhuk..."
Perlakuan Alex malah membuat wanita itu tersedak.
"Pelan-pelan makannya, sayang." Alex pun menyodorkan minuman dan dengan cepat Ayna menenggaknya hingga habis.
Beberapa waktu berlalu mereka telah selesai makan. Keduanya tampak saling diam dalam pikiran masing-masing.
"A-aku mau cuci piring." Ayna bangkit dari kursinya tapi tangannya ditahan Alex.
"Duduklah!" Ucap Alex menyuruh Ayna kembali duduk.
"Ini untukmu." Alex menyerahkan sesuatu dari dompetnya.
"Apa ini?"
"Menurutmu?"
"Tapi yang tadi sudah." Ayna sudah menerima kartu ATM, kenapa Alex memberikannya lagi.
"Yang itu untuk uang belanja bulanan. Yang ini memang ingin kuberikan padamu."
"Tidak usah, Mas." Ayna mengembalikan kartu ATM itu. Alex terlalu berlebihan.
"Aku harap kamu mau terima, sayang. Memang isinya tidak banyak. Tapi ini bisa untuk beli rumah standar atau terserahlah kamu mau beli apa." Alex menyerahkan kembali kartu itu ke tangan Ayna.
Mendengar itu Ayna jadi sungkan. Ia pun terpaksa memegang kartu itu. Tidak mau Alex kecewa karena menolak pemberiannya.
"Kalau boleh tahu isinya berapa?" Tanya Ayna penasaran.
"2." Jawab Alex cepat.
"2 apa?" Tanya Ayna kembali.
"2 M."
Ayna mengangguk lalu tak lama ia langsung mendelik pada Alex.
"Ma-maksud Mas 2 M. 2 milyar gitu?" Ayna kembali memastikan.
Alex mengangguk. "Iya. Apa kurang ya?"
"Bu-bukan! Itu terlalu banyak. Maaf, aku tak bisa menerimanya, Mas." Ayna mengembalikan kartu itu. Tadi ia berpikir mungkin 20 juta atau 200 juta, itu saja menurut Ayna sangat banyak baginya. Tapi pria ini bilang 2M. Alex memberikannya uang sebanyak itu.
'Bisa membeli rumah standar? uang sebanyak itu bisa membeli rumah mewah.'
Ternyata perbedaan standar Alex dan dirinya berbeda. Standar yang Ayna pikirkan seperti rumah-rumah tipe 36. Tapi standar pria ini adalah rumah mewah bagi Ayna. Bagaimana jika rumah mewah yang Alex maksud, apa mungkin seperti istana ya?
"Sayang, tolong jangan ditolak!" Alex tetap memaksa.
"Ta-tapi-" Ayna tidak mau menerimanya. Itu terlalu berlebihan baginya.
Alex menunjukkan wajah berharap membuat Ayna jadi mengangguk.
"Aku akan simpan saja ya." Ayna terpaksa menerimanya. Ia akan menyimpan pemberian Alex. Mana tahu sewaktu-waktu Alex membutuhkannya.
"Dipergunakan saja. Tiap bulan aku akan kirim juga untuk kebutuhan kamu."
"Mas-"
"Sudahlah. Jangan terus menolak!" Alex meletakkan jarinya di bibir Ayna.
Alex kini menarik tangan Ayna, membuat wanita itu makin mendekat.
Ayna menghela nafasnya berkali-kali saat telah duduk di pangkuan pria itu.
"Tenanglah, sayang. Aku ingin kita lebih dekat." Ujar Alex.
Pria itu perlahan mulai mendekatkan wajahnya pada Ayna. Mengikis jarak mereka. Tubuh Ayna mulai gemetar saat merasakan Alex yang makin mendekat.
Ayna ingin mendorong pria itu, tapi ia tidak tega. Ia tidak ingin membuat Alex kecewa, tapi ia juga butuh waktu agar mereka saling dekat.
Nafas Alex mulai berhembus di wajah Ayna. Jarak yang makin dekat membuat hidung mereka bersentuhan. Alex makin mengikis jarak mereka. Hingga akhirnya...
Ting Tong
Ting Tong
Ting Tong
"I-itu ada tamu. Aku akan membukanya!" Ayna beranjak dari pangkuan Alex. Suara bel membuatnya mempunyai kesempatan untuk menjauh. Ia dapat bernafas lega sejenak.
'Siapa sih? mengganggu saja.' Pria itu memasang wajah kesal.
###
"Kenapa kau?" Tanya Dafa melihat tampang Alex yang malas melihat mereka datang.
"Mungkin kita sudah mengganggunya." Ledek Jo.
"Ada apa?" Tanya Alex dengan nada sinis.
"Bukannya kau yang menyuruh untuk mengembalikan mobilmu." Jelas Jo tidak senang.
"Oh iya Lex, bagaimana malam pertamamu? masih perawan, kan?" Tanya Dafa penasaran.
"Kecilkan suaramu!" Ucap Alex sambil melihat sekitar. Ayna sedang di dapur membuat minum.
Alex mengangguk.
"Jadi sudah gol?" Tanya Dafa pelan.
Alex kembali mengangguk.
"Jadi kalian berapa ronde?"
Jo memukul kepala Dafa dengan bantal sofa.
"Apa sih, Jo? aku mau dengar cerita Alex, kalau kau tidak mau dengar tutup mata mu!" Cibir Dafa dengan wajah kesal.
"Kami cuma sekali melakukannya." Ucap Alex memberitahu.
"Sekali?" Dafa memastikan.
"Iya. Ia terus menangis aku jadi tidak tega. Pasti begitu menyakitkan." Alex berucap pelan sambil matanya masih memantau Ayna. Jika Ayna mendengar, istrinya itu pasti akan marah padanya.
"Pertama-tama memang sakit. Tapi lama kelamaan jadi nikmat. Wanita-wanita itu saja selalu ketagihan. Kau sepertinya harus banyak belajar, Lex." Ucap Dafa sambil terkekeh.
Sementara Jo menggeleng mendengar percakapan absurd keduanya.
"Aduh, Ayna. Jadi ngerepotin buat-buat minum."
Mendengar ucapan Jo keduanya langsung menjauh dan menjaga jarak. Alex melihat sekitar dan mendengus kesal. Jo ternyata mengerjai mereka. Ayna saja masih di dapur.
"Iri bilang!" Ejek Dafa menunjuk Jo.
"Untuk apa aku iri?!" Sanggah Jo cepat.
"Oh ya Lex, apa kau yakin akan cuti 30x24 jam? itu sebulan lho!" Ucap Jo memberitahu.
"Iya, aku akan cuti sebulan. Kenapa?" Alex malah balik bertanya.
"Apa cukup sebulan, Lex? sepertinya kau butuh cuti setengah tahun. Dengan begitu kalian akan saling mengenal." Dafa sengaja melirik Jo yang sudah memasang wajah kesal.
Jika Alex cuti maka Jo lah yang akan menghandle semua pekerjaan pria itu. Pekerjaan Jo akan makin bertambah banyak.
"Benar juga, Daf. Aku akan cuti setahun saja." Alex menyetujui ucapan Dafa.
"Tidak bisa!" Ucap Jo cepat. "Jika kau cuti setahun, kapan aku jalan sama kekasihku?" Jo kembali mengingat tadi saja ia sampai jam 7 malam baru keluar dari kantor.
Keduanya malah tertawa membuat Jo makin kesal sendiri.
"Ini minumnya. Silahkan diminum." Ayna datang membawa nampan. Ia lalu meletakkan cangkir di atas meja.
"Terima kasih, Ay. Tidak perlu repot-repot." Ucap Dafa dengan suara begitu lembut.
Nada bicara Dafa membuat Alex meliriknya tajam. Jo yang melihat itu jadi terkekeh.
"Minumannya manis seperti yang buat." Jo meminum teh buatan Ayna sambil melirik Alex yang bola matanya seperti sudah mau keluar.
"Benar. Selain Ayna manis juga menghangatkan, eh... salah maksudnya teh ini." Dafa ikut menggoda istri temannya itu, membuat Alex benar-benar kesal.
"Kapan kalian pulang?"
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘