Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penderitaan Aleesya
Bastian menyusul bossnya ke rumah sakit. Dia juga sudah mendapatkan info tentang pria yang menjadi supir truck itu. Dia membawa rekaman video itu yang ada di tabletnya.
Alarich, mamah Winda masih menunggu dokter yang memeriksa istrinya. "Boss maaf saya baru datang." Ucap Bastian. Sembari menunduk hormat. Lalu Kenny sedang membeli makanan ke cafe di dekat rumah sakit untuk Aleesya karena tadi Aleesya belum sempat makan.
Dokter yang menangani Aleesya keluar, Alarich dan semuanya dihampirinya lah dokter itu. "Gimana istri dan anak-anak saya dok?" Tanya Alarich sangat cemas.
"Alhamdulillah istri anda kondisinya sudah stabil dan kandungannya mengalami shock ringan. Apa istri anda sebelumnya jatuh? Kalau jatuh, kedepannya tolong hati hati lagi beruntung janinnya kuat. Hanya shock ringan jadi perutnya nona Aleesya agak sedikit tegang! Tapi sekarang semua sudah aman. Untuk lebam yang ada di lehernya sudah kami berikan salep pereda nyeri." Ucap dokter Richard panjang lebar.
"Syukurlah kami udah bisa tengok kan dok?" Tanya mamah Winda. "Silahkan tapi jangan terlalu berisik yah agar pasien segera pulih. Permisi."
Alarich langsung masuk ke dalam dia memeluk istrinya yang masih tertidur itu. "Sayang...Alhamdulillah anak anak kuat. Kamu juga ibu yang kuat sayang. Terima kasih sudah bertahan!" Alarich meneteskan air matanya.
Mamah Winda mengelus punggung anaknya yang terlihat rapuh. Hanya pada Aleesya lah Alarich akan menjadi sosok yang rapuh dan manja.
Aleesya perlahan membuka matanya dia melirik ke arah orang yang menindihnya. "Eugh..." lenguh Aleesya. "Nak, kamu sudah sadar Alhamdulillah." Lirih mamah Winda.
Alarich seketika lansgung menatap istrinya yang terbaring lemah. Dia membelai leher istrinya yang masih lebam. "Maafkan aku sayang aku terlambat datang. Pasti sakit banget yah gara-gara aku telat kamu jadi_" Alarich menunduk dengan isak tangisnya.
"Mas...jangan nangis aku kuat kok. Anak-anak juga ku_" Aleesya baru sadar dia memegang perutnya. "Mas anak anak kita?" tanya Aleesya yang sudah beranjak bangun dari kasur. Alarich pun reflek menangkup wajah istrinya.
"Anak-anak kita baik sayang. Kata dokter janinmu kuat sayang seperti mamihnya." Alarich menenangkan istrinya yang sempat cemas.
"Janinmu kuat sayang Alhamdulillah mereka hanya shock. maafin mamah juga ya nak, mamah enggak bisa jagain kamu hiks hiks hiks..." Mamah Winda menangis sesegukan memohon maaf pada menantunya. "Mamah jangan menangis, Aleesya baik baik aja mah."
Aleesya bangun dari kasur lalu menghampiri mamah meertuanya dan memeluknya. Mereka menangis bersama. Tak lama Kenny masuk membawa banyak keresek makanan untuk majikannya juga dirinya dan Bastian.
-
BRAK
Lukman tengah mengamuk di ruang kerjanya. Gimana tidak? Alarich menarik semua sahamnya dari perusahaannya. Memang perusahaan Alarich lah yang menjadi donatur perusahaannya.
"SYALAN ALARICH !!! Ini semua gara-gara Mira. Bisanya hanya menyusahkan saja wanita itu." Geram Lukman
TOK TOK TOK
"Pak maaf ada tamu, beliau tuan Revan." ucap Anita sekertaris Lukman yang seksi itu. Lukman mengijinkan Revan masuk. Anita pun pamit dari sana.
"Lukman ...Lukman... Kau itu menangani Aleesya saja tidak becus." Ucap Revan yang duduk di sofa panjang itu dengan menopang sebelah kakinya.
"Diam kau!! Jika kau kemari ingin membahas hal itu aku tidak ada waktu." Geram Lukman dia menghela nafasnya kesal melihat Revan.
"Bukankah Alarich menarik semua sahamnya? Itukah yang membuatmu kesal Lukman? Dan ... Kalau kau tidak bisa menangani Aleesya, aku yang akan menyingkirkannya." Seringai Revan dengan senyum mengerikannya. Lukman menatap tajam Revan.
"Jangan coba-coba kau sentuh Aleesya. Aku masih membutuhkan dia untuk pengalihan perusahaan ini. Lebih baik kau singkirkan supir itu. Aku yakin kau belum menyingkir kan pria itu." Sahut Lukman membalas Revan.
"Jika saja kau tidak membawa Aleesya, mungkin papahku tidak akan pernah mencari anak itu. Bahkan sekarang posisiku ter an cam gara-gara Alesya." Geram Revan dia mengeraskan rahangnya.
Revan berdiri dia merapihkan pakaiannya. "Sebaiknya segera kau urus Aleesya. Jika tidak, aku sendiri yang akan turun tangan." Revan pergi meninggalkan ruangan Lukman.
Lukman mendengus kesal dia memijat kepalanya yang terasa pusing. Masalah saham saja belum selesai. Sekarang ditambah Revan.
-
Revan keluar ruangan itu terlihat Anita yang tengah memoles bibirnya dengan lipstick merah juga kancing kemeja yang memperlihatkan dadanya yang montok.
"Ekhem hai cantik..." Ucap Revan yang sedikit genit.
"Hai tampan.." Jawab Anita genit.
Revan membelai wajah cantik Anita. "Gimana kalau kita bersenang senang sebentar." Ucap Revan.
"Boleh... Tapi tarifku mahal om." Sahut Anita dengan suara genitnya tepat di telinga Revan. "Okey... Selagi kau bisa memuaskan ku. Datang ke hotel ini aku tunggu." Ucap Revan mengelus paha Anita.
Anita tanpa pikir panjang sepulang kerja langsung menuju hotel bintang 5 itu. Tidak seperti Lukman yang hanya melakukannya di kamar ruang kerjanya.
"Ternyata dia kaya raya aku akan memanfaatkannya." seringai Anita.
TOK TOK TOK
Revan membuka pintuna dengan memakai bathrobe. Tangan Anita langsung di tariknya. Mereka melakukan permainan panasnya di dalam kamar hotel itu.
"### Ahh om... Kau hebat sekali.. Ahhh... " Anita mendesah nikmat dibawah kukungan Revan. "Ahh kau seksi sekali ssshhh ahhh.."
-
-
Alarich dan Bastian ada di luar kamar perawatan Aleesya. Mereka tengah membahas kecelakaan maut itu.
"Tadi orang suruhan saya memberi kabar, bahwa ada Revan Bagaskara datang ke kantor Lukman. Setelah saya selidiki dia ternyata adik kandung dari pak Mario Bagaskara. Masih omnya non Aleesya." ucap Bastian
"Revan Bagaskara? Apa kita pernah bertemu dengannya?" Tanya Alarich penasaran. "Pernah boss, dulu sekali. Ketika pak Arya menjalin kerja sama dengan perusahaan Bagaskara" Jawab Bastian.
Alarich menopang dagunya sembari berpikir sejenak. "Ternyata mereka ada sesuatu. Baiklah...sepertinya ini menarik. Kita bisa mengadu domba Revan dan Lukman. Dan kita akan mencari celah untuk memecah belah mereka." Seringai Alarich dengan tatapan mengerikannya. Bastian juga setuju dengan rencana bossnya itu.
Alarich kembali ke dalam bersama Bastian. Dia menghampiri mamahnya dan istrinya. Sementara pak Arya dan Evan asistennya baru datang ke rumah sakit.
"Papah menemukan aliran dana gelap di perusahaan Lukman." Ucap pak Arya di hadapan istri dan anak juga menantunya. Alarich dan istrinya saling pandang. "Bastian akan menyelidikinya pah!"