Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh
"Kak Aaro? Berarti mulai hari ini Cia bakalan tinggal sama Kakak? Tapi Cia kan masih mau tinggal sama Mama." Cia menatap cemberut kepada Aaro yang tengah duduk di atas ranjang rumah sakit.
Hari ini Aaro sudah di izinkan pulang oleh dokter setelah sekian lamanya dia di rumah sakit. Aaro bahkan sudah hampir hafal pada semua perawat yang pernah mengontrolnya.
Sekarang dia tengah dalam misi membujuk istrinya ini agar mau tinggal bersamanya di apartemen. Gambate Aaro.
"Kan Cia bisa mampir ke rumah Mama buat nginep Ci, Kita udah nikah Yang, Gak boleh pisah rumah lagi." Ujar Aaro mengusap kepala Cia yang berada di atas pahanya.
Posisi mereka sekarang memang aneh. Cia yang sedang duduk di atas kursi samping ranjang Aaro sedangkan Aaro yang sedang duduk di pinggir ranjangnya. Kepala Cia sudah sejak tadi di letakkannya di atas paha suaminya itu membuat Aaro gatal ingin selalu mengusap rambut lebat itu dengan lembut.
"Cia kan masih mau bobok sama Mama Kak, kalau Cia tinggal sama Kak Aaro, Nanti siapa yang bakalan peluk Cia waktu tidur?" Tanya Cia menatap Aaro cemberut.
"Nanti kan aku yang peluk kamu Yang, Aku yang tidurin kamu kalo perlu." Ujar Aaro dengan seringaian kecilnya.
"Cia udah gede tau, gak perlu Kak Aaro tidurin. Tapi kalo peluk, Mama selalu peluk Cia sebelum tidur sampe Cia bangun." Ujar Cia dengan sombongnya.
"Dih bocil satu ini emang sombong banget ya gaes?" Ujar Aaro kemudian menyentil kening Cia pelan membuat gadis itu berteriak karena kaget.
"Kak Aaro doyan banget sih ngagetin Cia?" Kesal Cia memukul paha Aaro pelan kemudian mengusap keningnya.
Dia kan takut. Jika dia memukul Aaro dengan kencang, bagaimana jika Aaro kembali berdarah dan kesakitan? Pikir Cia.
"Ya engga Yang, lagian kamu aja yang suka bengong. Jadi kaget kan?" Tanya Aaro sembari membantu Cia mengusap keningnya.
"Cia gak bengong ya kak. Bilang aja Kak Aaro emang sengaja mau nyentil kening Cia kan?" Tanya Cia dengan mendongakkan kepalanya menatap tepat pada kedua bola mata tajam Aaro.
Tatapan tajam namun terselip rasa sayang di dalamnya.
"Engga Yang, astagfirullahalazim. Kamu pikirannya kotor mulu Yang." Ujar Aaro.
Kemudian tangan Aaro merangkum pipi Cia dengan gemas, menurunkan badannya menyejajari pipi itu,
Hap
"Kak Aaro!" Kesal Cia ketika dia merasakan pipinya yang sakit karena di gigit oleh suaminya itu.
"Sorry Yang, abis pipi kamu gembul banget, bikin gemes." Ujar Aaro dengan tawanya.
"Pipi Cia sakit tau!" Ujar Cia kesal.
"Tadi kening, sekarang pipi, nanti Kak Aaro bakalan gigit apalagi?" Kesal Cia sambil mengusap pipinya yang sakit.
"Aduh, Sayangnya aku, sini aku bantuin usap-usap pipi kamu. Sakit ya Yang?" Tanya Aaro ketika melihat Cia yang sedari tadi tidak berhenti mengusap pipinya pelan.
"Sakit banget tau Kak." Ujar Cia yang hanya mendapatkan cengiran dari Aaro.
"Sini aku bantuin." Ujar Aaro kemudian menyingkirkan tangan Cia dari pipinya dan menggantikannya dengan tangan Aaro.
Di usapnya pelan pipi gembul Cia hingga yang punya melepaskan tangannya yang bearti sudah tidak sakit lagi.
"Kak? Pulangnya masih lama gak sih? Perasaan Cia dari tadi belum ada yang jemput juga. Apa kita naik taksi aja ya?" Tanya Cia kembali meletakkan kepalanya di atas pangkuan Aaro.
"Jangan Yang, nunggu mereka aja. Aku gak mau kamu nanti di liatin sama bapak-bapak supirnya." Ujar Aaro yang membuat Cia memutar matanya malas.
"Mereka gak bakalan liatin Cia tau Kak! Kan mereka udah punya keluarga mereka sendiri Kak, gak bakalan jelalatan matanya." Ujar Cia meyakinkan Aaro.
"Udah! Kita tunggu aja. Bentar lagi juga bakalan datang Yang." Ujar Aaro yang di angguki oleh Cia.
Ceklek
"Assalamualaikum!"
Mereka berdua pun menoleh ke arah pintu dengan cepat.
"Waalaikumsalam!" Ujar keduanya dengan kompak.
"Sorry Aa, Ci, gue telat. Soalnya kan mau siap-siap abis ini mau kencan sama Ayang." Ujar Rion yang mendapatkan tatapan kesal Aaro.
"Lama! Lo gak tau kita berdua udah mau lumutan nungguin lo disini?" Tanya Aaro.
"Loh? Mana lumutnya? Kok gak ada?" Tanya Rion bergerak mengecek seluruh tubuh Aaro dan Cia membuat Aaro menjitak kepalanya kesal.
"Goblok!" Ujar Aaro.
"Heh! Lo yang goblok! Asal lo tau aja ..."
"Rion mau kencan? Emangnya ada yang mau kencan sama Rion?" Tanya Cia menatap Rion dengan polosnya.
"Wah!!! Aa! Bini lo ngada-ngada banget. Gak tau aja dia siapa gue." Ujar Rion memainkan rambutnya dengan PDnya.
"Dih emang Rion siapa?" Tanya Cia.
"Gue? Gue adalah cowok inceran semua cewek yang ada di dunia ini. Secara gue ganteng, gue tajir, gue famous. Siapa coba yang gak mau kencan sama gue? Siapa pun itu? Gue bisa tahlukin." Ujar Rion melebarkan tangannya dengan bangga.
"Apa?"
Suara itu mengalihkan perhatiannya ke arah belakangnya.
Mampus! Pikir Rion.
"Ohhh jadi lo bisa nahlukin semua cewek? Wah bangga banget lo? Bangga? Ganteng, tajir, famous? Idih sempurna banget." Ujar Risa menatap Rion dengan mengelilingi tubuh laki-laki itu.
"Kencannya batal! Gue gak doyan sama laki-laki yang obralannya murah." Ujar Risa kemudian mengampiri Cia yang sedang bermanja dengan Aaro itu.
"Loh Ris? Jangan gitu dong Ris. Lo gak kasian sama gue? Perjuangan gue terbuang sia-sia?" Rengek Rion menghampiri Risa panik kemudian memegang tangan Risa namun di tepis oleh gadis itu dengan kejamnya.
"Jangan pegang-pegang ya! Gak level di sentuh sama cowok murah!" Ujar Risa yang mengambil tisu dari dalam tasnya kemudian mengelapnya di hadapan Rion membuat laki-laki itu tercengang.
"Hahaha rasain tuh Rion! Lagian sombong banget. Rion sama Kak Aaro juga masih gantengan Kak Aaro tapi Kak Aaro biasa aja tuh, gak kaya Rion yang alay dan murah kalo kata Risa mah." Ujar Cia dengan terbahak.
"Ini gara-gara lo Ci, tanggung jawab lo!" Ujar Rion mencoba menggapai lengan Cia namun langsung di tepis oleh Aaro.
"Jangan pegang-pegang bini gue!" Ketus Aaro kemudian membawa Cia masuk ke dalam dekapannya.
"Ah elah! Curang banget dah kalian." Kesal Rion.
"Ris, jangan gitu Ris. Enggak Ris, tadi gue cuma sombong dikit aja sama si Cia, enggak gitu kok aslinya." Ujar Rion menggoyang-goyangkan tubuh Risa yang sedang duduk di atas sofa.
"Eleh! Cowok playboy murahan kayak lo mah banyak di pasar ikan, gak minat gue." Ujar Risa menepis tangan Rion.
"Lo kok gitu sih? Engga Ris, Swear, jangan gitu dong Ris." Ujar Rion masih dengan rengekannya yang membuat Risa kesal.
"Kan lo sendiri yang bilang! Gue cuma nafsirin aja. Udah deh, jangan buat orang kesel!" Ujar Risa kemudian kembali fokus pada ponselnya.
"Kita jadi pulang gak?" Tanya Aaro yang mendapatkan tatapan tajam dari Rion.
"Gara-gara lo! Gara-gara kalian berdua gue sama Risa jadi berantem." Ujar Rion dengan kesal.
"Salah sendiri sok-sok an. Udah tau udah punya pawang." Ujar Aaro yang mendapatkan dengusan kesal dari Rion.
"Bacot Aa." Kesal Rion kemudian kembali membujuk Risa.
"Ayolah Ris, kalau kamu ngambek mulu kapan kita pulangnya Ris?" Tanya Rion yang membuat Aaro terkikik geli.
Rasakan! Salah siapa mempunyai tingkat PD di atas rata-rata? Kikiknya
"Trus? Asal lo tau gue bisa pulang sendiri. Gue belum amnesia ya Yon, gue masih ingat jalan pulang ke rumah gue jadi gak harus minta anterin lo pulang." Ujar Risa yang membuat Rion bertambah panik.
"Bukan gitu Ris. Ah elah, ini semua gara-gara lo Aa." Kesal Rion yang membuat Cia dan Aaro tertawa kencang.
"Udah! Ayo pulang!" Ajak Aaro kemudian bangun dari tempat tidurnya.
Aaro pun mengambil tangan Cia kemudian menggenggamnya erat, membawa tangan Cia agar berjalan keluar ruang rawat itu.
"Tolong bawain tas gue Yon!" Ujar Aaro yang mendapatkan teriakan kesal Rion.
"Bawa sendiri babi!" Kesalnya namun tak urung membawa tas Aaro.
Rion mencoba mengambil tangan Risa untuk di genggamnya, namun, langsung di tepis oleh yang punya.
"Jangan pegang-pegang!" Ujar Risa kesal kemudian keluar kamar duluan meninggalkan Rion yang masih menjadi patung di sana.
"Woyy tungguin gue... Ayang Risa tungguin!" Teriak Rion kemudian berlari menyusul mereka dengan tergesa.