"Aku akan selalu di sisimu"
Benjamin Paul, seorang remaja berusia 17 tahun yang memilih untuk kembali ke kota kecil di Alaska tempat ia lahir. 5 tahun lalu ayah dan ibunya bercerai, lalu ia tinggal di Chicago bersama ibu dan ayah sambungnya. Di usia 17 tahunnya itu, ia memilih kembali ke Sitka, kota kecil di Alaska.
Sesaat ia kembali, tidak ada hal aneh. Sampai ketika ia bertemu sebuah keluarga misterius, ayahnya yang kecelakaan, Joseph dan Damian teman kecil Benjamin bukan manusia, dan seorang gadis cantik bernama Marella.
Bagaimana kisah Benjamin? Simak kisah si tokoh utama ini agar kalian tidak ketinggalan‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIMS OFFICIAL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trip
"Sekolah ternyata pandai memilih destinasi yang cocok untuk trip kita" ujar Jennifer di sebelah Carla. "Udaranya sangat sejuk" jawab Carla setuju.
"Mereka sangat lengket. Akan sangat menyedihkan jika takdir justru memisahkan mereka" ujar Carla memperhatikan Benjamin dan Marella.
"Hey, kalian mau coklat panas?" tawar Joseph pada mereka. Kedua gadis itu segera menerima dua cup coklat panas. Joseph memilih duduk di sebelah Carla. "Josh, apa kau tidak lelah melihat pemandangan itu? Kau sering bersama mereka bukan?" tanya Jennifer bermaksud meledek Joseph.
"Aku terbiasa. Ayah dan ibuku kadang terlihat romantis di rumah" jawab Joseph santai. "Aku terkejut keluarga Gerald ikut trip ini. Biasanya mereka menolak" ujar Carla memperhatikan Gerald bersaudara yang sedang berbincang satu sama lain.
"Hahaha. Anggap saja hari ini adalah hari baik mereka" jawab Joseph memaklumi pendapat itu. Hampir setiap kegiatan di luar sekolah, ditolak oleh keluarga Gerald. Karena itulah, kehadiran mereka di trip ini benar-benar membuat terkejut.
Joseph memperhatikan Esmeralda yang duduk sendirian. "Bahkan di saat seperti ini kau tetap membaca" ujar Joseph menghampiri Esmeralda lalu duduk sedikit berjarak dari gadis itu.
"Aku sudah menolak mentah-mentah ajakan mereka mengikuti trip ini. Tapi kakek dan nenek tua itu justru meledekku pecundang" jawab Esmeralda menatap dingin Patrick dan Patricia yang sedang asik berbincang dan tertawa.
"Sekali-sekali berbaur dengan orang-orang bukanlah hal yang sulit bukan?" tanya Joseph terkekeh mendengarnya. "Aroma manusia ada di mana-mana" jawab Esmeralda.
"Coklat panas?" tanya Esmeralda memperhatikan cup berisi cairan coklat hangat yang diletak Joseph di antara mereka. "Cuaca di sini dingin, jadi aku membawanya" jawab Joseph.
"Kau mau? Vampir tidak minum ini bukan?" ledek Joseph. "Tingkahmu seperti anjing" jawab Esmeralda segera.
"Hahaha. Kau sangat jelek dengan wajah datar dan dinginmu itu. Patricia yang jutek saja bisa memperlihatkan senyuman menyenangkan pada waktu tertentu" ujar Joseph memancing.
"Dia terlalu lembut" jawab Esmeralda lanjut membaca buku. "Ahk, aku teringat sesuatu. Bisakah kau menyimpulkan surat ini?" tanya Joseph menyerahkan surat yang diberikan Bernandez padanya beberapa waktu lalu.
Esmeralda menerima surat itu. Sejenak ia membacanya. "Dia punya ayah sambung?" tanya Esmeralda terkejut. Ia baru mengetahui Benjamin mempunyai ayah sambung.
"5 tahun lalu orang tuanya bercerai, ibunya menikah lagi sementara Bernandez tidak" jawab Joseph membenarkan fakta itu. "Dari aroma kertas ini, penulisnya berbeda dengan surat milikku dulu" ujar Esmeralda mengembalikan surat itu.
"Aku hanya mengkhawatirkan keluarganya di Chicago, mereka tidak ada kaitan dengan hal ini" gumam Joseph menatap lurus. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia bisa menghadapi mereka bagaimanapun ancamannya" jawab Esmeralda menutup bukunya.
"Dia manusia biasa" ujar Joseph memperhatikan Benjamin yang mengobrol dengan Damian. "Dia punya kelebihan lain" jawab Esmeralda. Joseph semakin penasaran dengan kelebihan apa yang sebenarnya dimiliki Benjamin.
"Sharon juga mengatakannya. Apa Sharon pernah memberitahumu? Kulihat kau sering bersama Sharon sekarang" ujar Joseph terheran. "Dia sudah punya anak manusia itu untuk menjaganya" jawab Esmeralda memperhatikan Marella.
"Mengenai Sharon, dia tidak menceritakan apapun" tambah Esmeralda lagi. "Jika kau memperhatikannya, maka kau akan tahu apa kemampuannya"
......................
"Jika pergi ke toilet, jangan sendirian!!" pesan seorang guru yang mendampingi mereka. Malam itu semuanya memasuki ruangan villa masing-masing.
"Kau mau ke mana?" tanya Benjamin terheran ketika Joseph justru melewati kamar mereka. "Menghirup udara segar. Masuklah lebih dulu" jawab Joseph. Benjamin menurut dan segera memasuki kamar. Joseph berjalan menuju halaman belakang villa itu. Ketika ia hampir sampai, "Jangan melantur, Ella," Joseph bisa mendengar suara yang ia kenal.
Ia mengintip sejenak. Marella dan Esmeralda sedang duduk santai di sana.
"Josh orang yang sangat baik. Setidaknya bertemanlah, aku melihat kalian sangat cocok untuk berkomunikasi tadi. Aku hanya ingin kau mengurangi rasa bencimu pada Canis"
Joseph terkekeh mendengarnya. Esmeralda tampak tidak menjawab. "Aku enggan mendekatinya" jawaban itu berhasil membuat Joseph terkejut.
"Tunggu... enggan? Jadi kau sebenarnya ingin berbicara banyak dengan Joseph?" tanya Marella tidak percaya. "Ya" jawab Esmeralda singkat.
"Kenapa enggan? Lihat, dia meresponmu baik. Kau tidak merasakannya?" tanya Marella terheran. Esmeralda terdiam. Joseph sudah menduga hal itu.
Lalu, "Aku punya masa lalu yang buruk terkait dengan kelompok Canis. Itu adalah alasan utama aku begitu membenci mereka," Marella yang mendengarnya menatap Esmeralda tertegun.
"Buruk?" gumam Marella menatap lurus. "Kau benar. Dia baik. Dia selalu punya ruang tersendiri untukku, tapi aku kehilangan rasa percayaku. Karena masa lalu yang tidak ingin kuingat" ujar Esmeralda akhirnya mulai terbuka.
"Ruang tersendiri?" tanya Marella penasaran dengan maksud kalimat itu. "Sejak awal aku bertemu dengannya, aku tidak bisa membencinya seperti aku membenci Justin ayahnya. Ada yang berbeda dari dia" jawab Esmeralda menyandarkan tubuhnya sejenak.
"Dia selalu menebar hal positif" gumam Marella terkekeh. "Jadi kau tidak mau menceritakan masa lalumu padaku, karena kau tidak percaya denganku?" tanya Marella penasaran.
Esmeralda menatapnya dengan tenang. "Hal yang sudah lampau dan tidak menarik, biar disimpan sendiri. Hanya membuang waktu jika kau mendengar kisahku yang dulu" jawab Esmeralda.
"Tersenyum? Kenapa kau tidak pernah tersenyum?" tanya Marella penasaran. "Itu juga ada hubungannya dengan masa lalu" jawab Esmeralda bangkit berdiri.
"Hey, tunggu. Katakan yang sejujurnya, mengenai perasaanmu!!" perintah Marella menahan tangan gadis itu. Esmeralda tidak peduli dan mencoba menariknya. Marella memeluk erat tangan Esmeralda. "Aku tidak pernah berlaku kasar padamu, Ella" gumam Esmeralda.
"Jika kau tidak menghilangkan rasa penasaranku, aku akan bilang pada ibu kau selalu bersikap kasar pada Joseph. Kau tidak suka diceramahi ibu, bukan?" tanya Marella mengancam.
Esmeralda menghela nafas. "Untuk apa kau tahu?" tanya Esmeralda terheran. "Kalian seperti mempunyai keterikatakan sesuatu" jawab Marella semakin kuat memeluk tangan gadis itu.
"Aku rasa.. aku mulai menyukainya, sedikit" Joseph yang mendengar itu terdiam. Marella menganga tidak percaya. "Kau.. serius dengan perkataanmu?" tanya Marella terkejut.
"Memangnya aku terlihat bercanda?" Marella tersenyum usil lalu melepas tangan saudarinya itu. Joseph tersenyum simpul, lalu memilih kembali ke kamarnya. "Aku tidak tahu apa yang diajarkan kekasihmu padamu, sampai kau jadi ingin tahu segala hal" gumam Esmeralda akhirnya pergi.
"AGH, PRISLLY JATUH CINTA" teriak Marella spontan. "Jangan sampai aku mengunci mulutmu dengan perekat, nona" ancam Esmeralda.
Sementara Joseph kembali ke kamar dengan perasaan bahagia.
"Apa yang terjadi? Mengapa kau menyeringai seperti itu?" tanya Benjamin menghentikan acara menulisnya ketika melihat Joseph tersenyum.
"Sepertinya.. aku akan mendekatinya"
......................
"Hoam, udara di sini benar-benar membuatku tidak ingin bangun" gumam Benjamin segera mencuci wajahnya. "Hey, Josh ayo bangun. Sebentar lagi kegiatan sarapan" Benjamin mulai membangunkan Joseph dengan meneteskan air pada wajah Joseph.
"Aku masih mengantuk" gumam Joseph mengubah posisi tidurnya. "Jennifer lebih buruk dariku dalam membangunkan seseorang" dan seketika Joseph bangun. Ia beranjak menuju kamar mandi dan mulai membersihkan diri.
Benjamin menggeleng-geleng pelan, dan mulai merapikan tempat tidur. Setelahnya mereka keluar menuju kantin di villa itu.
Suasana kantin sudah sangat ramai oleh teman-teman mereka yang lain. "Tidurmu nyenyak?" tanya Jennifer ketika Joseph berdiri di samping gadis itu mengantri untuk mengambil makanan yang ada.
"Tentu saja, suhu di sini membantuku tidur" jawab Jennifer. "Di mana, Ben?" tanya Jennifer tidak melihat Benjamin bersama Joseph.
"Seperti biasa" jawab Joseph memperhatikan Benjamin yang memilih sarapan roti dan susu, lalu duduk di sebelah Marella. "Apa itu membuatmu kenyang?" tanya Marella terheran.
"Tentu. Aku terbiasa mengkonsumsi ini di pagi hari" jawab Benjamin terkekeh. "Kau tahu, semalam percakapanku dengan Prislly cukup serius" ujar Marella terlihat antusias. "Benarkah? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Benjamin penasaran.
Hobi mereka sama, bergosip. "Sangat serius, mengenai Joseph" bisik Marella ketika Joseph lewat dari mereka. "Sungguh? Kalian membicarakan apa tentangnya?" tanya Benjamin semakin penasaran.
Marella mulai menceritakan semuanya. Benjamin melotot tidak percaya. "Cinta mereka sangat menggemaskan" keduanya tampak sangat antusias dan kegirangan. Joseph memperhatikan mereka dengan tatapan takut.
"Percakapan mereka sepertinya sangat menyenangkan" ujar Jennifer tersenyum gemas memperhatikan sepasang kekasih itu. "Aku merasa tidak enak" gumam Joseph tiba-tiba merinding.
Siangnya, sekolah membebaskan mereka melakukan kegiatan apa sebelum kembali. "Kau tidak pergi berenang?" tanya Joseph pada Benjamin. "Tidak, cuaca di sini mendadak panas" jawab Benjamin memilih untuk berteduh dan menonton saja.
"Kekasihmu tidak ikut?" tanya Joseph penasaran. "Saudara-saudaranya saja tidak ikut, apalagi dia" jawab Benjamin terkekeh.
"Aku tiba-tiba saja teringat Damian, apa kau tahu dia sekarang sedang berkencan?" tanya Joseph teringat Damian. "Sungguh? Dengan siapa?" tanya Benjamin terkejut.
"Aku juga tidak tahu. Dia baru mengakuinya saat kami berbaikan" jawab Joseph tertawa kecil. "Kini hanya kau sendiri yang single, sobat" ledek Benjamin dengan jahil.
Joseph menatapnya malas. "Hey, dia sendiri. Cepat hampiri dia" perintah Benjamin ketika melihat Esmeralda berjalan sendirian. "Untuk apa?" tanya Joseph terheran. "Apanya yang untuk apa? Cepat lakukan saja" Benjamin segera mendorong Joseph.
Joseph tanpa sengaja terjatuh akibat dorongan keras itu. Sebuah tangan terulur padanya lalu, "Apa yang kau lihat dari tanganku?" tanya orang itu. Tentu saja dia Esmeralda.
Joseph hendak meraih uluran itu. Ketika ia menerimanya, "Woh... dingin sekali," gumam Joseph terkejut. Ia akhirnya bangkit berdiri tanpa bantuan Esmeralda. Gadis itu memakluminya.
"Kau tidak tahu tubuh mayat? Suhu kami sama seperti mereka" ujar Esmeralda kembali berjalan. Joseph berjalan di samping Esmeralda. "Di mana keluargamu? Kalian tidak ikut bermain di sana?" tanya Joseph pada gadis itu.
"Tidak. Mereka di ruang gym. Lebih baik, daripada harus berbaur dengan mereka" jawab Esmeralda seraya mengikat rambutnya.
"Kau mau ke kamar?" tanya Joseph penasaran. "Tidak. Aku mau ke taman, kau ikut?" tawar Esmeralda. Joseph terkejut mendengarnya. "Boleh" jawab Joseph akhirnya ikut.
Tanpa mereka sadar, Benjamin dan Marella mengintip memperhatikan dari jauh. Keduanya saling menatap seraya tersenyum antusias.
"Tumben sekali kau mengajakku" ujar Joseph terheran. "Mencoba menebus kesalahanku yang sering menyebutmu anjing" jawab Esmeralda dengan enteng.
"Yang benar saja" gumam Joseph terkekeh. "Apa kau dan Damian sudah saling bertegur sapa?" tanya Esmeralda penasaran. "Sudah. Benjamin membawanya ke rumahku" jawab Joseph.
"Baguslah, kau tidak tahu dia berkencan dengan Patricia?" tanya Esmeralda. "Apa?!" gumam Joseph terkejut. "Sepertinya baru kau saja yang tahu, setiap hari pembahasan Patricia adalah Damian yang romantis. Patrick saja sudah muak mendengarnya" jawab Esmeralda menatap lurus.
"Dia pernah mengatakan ada wanita yang menarik perhatiannya, ternyata Patricia" gumam Joseph masih tidak percaya. "Sampaikan terimakasih padanya. Gadis itu bisa sedikit menjinak akhir-akhir ini" ujar Esmeralda. "Pasti. Aku juga akan segera menanyakan dirinya" jawab Joseph terkekeh.
"Kau mau?" Esmeralda menawarkan sebuah coklat. Joseph menerimanya dan segera memakannya. "Siapa yang memberikannya?" tanya Joseph. "Marella.. salah satu berandalan itu memberinya coklat. Dan dengan kepintarannya, ia memberikan coklat itu padaku" jawab Esmeralda enteng.
"Hahaha. Yang penting dia mau berbagi denganmu" gumam Joseph terkekeh. "Luka apa itu?" tanya Joseph ketika melihat lengan kanan Esmeralda. Luka itu terlihat jelas jika Esmeralda mengenakan baju berlengan pendek.
"Ini? Luka lama saat aku masih manusia" jawab Esmeralda memperhatikan lukanya yang tampak mencolok. "Lukanya panjang sekali. Kenapa kau tidak menutupinya dengan perban?" tanya Joseph terheran. "Aku menganggapnya tato" jawab Esmeralda memegangi lukanya.
"Pemikiran vampir benar-benar aneh" gumam Joseph. "Anjing juga" jawab Esmeralda segera. "Espe, jika aku menyukaimu apa kau akan semakin membenciku?" tanya Joseph tiba-tiba.
Esmeralda menatapnya terkejut. Namun gadis itu tetap tenang. "Sejak kapan aku membencimu?" tanya Esmeralda balik. "Kau membenci Canis bukan?" tanya Joseph memastikan. "Canis, tapi aku tidak pernah mengatakan aku membencimu" jawab Esmeralda santai.
Joseph mengangguk-angguk kecil. "Jika kau menyukaiku, aku akan coba lakukan hal yang sama" ujar Esmeralda berbalik hendak kembali ke kamarnya. Joseph terdiam mendengarnya. "Baiklah" jawab Joseph tersenyum.