Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Yang Berubah-ubah
"Memangnya kapan dia mengungkapkan rasa cinta kepadamu?" Tanya Aga. Masih memasang ekspresi datar tak terbaca.
Amara diam sambil mengingat-ingat kapan momen Rendra mengungkapkan cinta kepadanya. "Sudah beberapa kali tapi aku tidak tahu pasti beberapa kalinya. Yang aku ingat jelas hanya pada saat semester enam dan di hari wisuda." Jawab Amara.
"Sudah sebanyak itu dia mengungkapkan cinta kepadamu namun kau tidak menaruh perasaan juga kepadanya?" Aga sedikit tak habis pikir.
Amara mengangguk mengiyakannya. "Begitulah. Karena saat Renda mengungkapkan cinta kepadaku, aku sudah mencintai pria lain." Jawab Amara.
"Siapa pria itu?" Aga jadi kembali penasaran.
"Tentu saja Kak Aga." Jawaban yang keluar dari mulut Amara berhasil membuat Aga menepikan mobilnya secara tiba-tiba.
*
Mobil milik Aga nampak sudah sampai di depan kediaman Papa Andrew. Daniel dan Papa Andrew yang sudah sampai lebih dulu nampak sudah sibuk mengeluarkan barang-barang Aga dari dalam mobil mereka masing-masing.
Amara dan Aga yang baru saja keluar dari dalam mobil Aga nampak saling memasang wajah datar.
"Ada apa dengan Kak Aga dan Mara. Kenapa wajah mereka seperti itu?" Gumam Agatha seraya menatap wajah Aga dan Amara secara bergantian.
"Amara," suara Agatha yang terdengar memanggil namanya membuat pandangan Amara tertuju ke sumber suara. "Kemarilah!" Pinta Agatha seraya melambaikan tangan pada Amara.
Amara mengiyakannya lalu melangkah mendekati Agatha.
"Ada apa kau memanggilku?" Tanya Amara bingung.
"Aku hanya ingin bertanya kenapa wajahmu dan wajah kakakku nampak kusut setelah keluar dari dalam mobil. Apa terjadi sesuatu dengan kalian di dalam mobil tadi?" Tanya Agatha.
Amara menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Hanya saja Kak Aga jadi tidak banyak bicara lagi sejak aku memberitahukan kepadanya jika aku menyukainya sejak kita masih kuliah dulu."
Agatha mengangguk paham. Ia pikir saat ini Aga masih terkejut mendengar kenyataan jika sosok Amara yang sejak dulu dianggap adik oleh dirinya ternyata menyukainya secara diam-diam.
"Kalau hanya seperti itu maka tidak perlu terlalu memikirkannya. Kakakku itu memang bisa berubah menjadi patung secara tiba-tiba."
Amara jadi tertawa mendengarnya. Ia pun mengangguk mengiyakan perkataan Agatha. Sudah lima tahun belakangan ini mengenal sosok Aga, sedikit banyaknya Amara sudah hapal dengan sikap Aga.
"Ayo kita masuk ke dalam!" Ajak Agatha setelah tidak ada lagi yang ingin mereka bahas.
Amara mengangguk mengiyakannya. Keduanya pun melangkah masuk ke dalam rumah dengan saling bercanda tawa.
*
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya di rumah Papa Andrew, akhirnya Daniel pun mengajak Amara dan Zeline untuk pulang karena putra bungsunya sudah mulai mencari keberadaannya di rumah.
Selama berada di dalam perjalanan pulang menuju rumah orang tuanya, Amara terus memikirkan sikap Aga yang mudah berubah-ubah dalam suatu waktu.
"Sungguh unik dan membingungkan." Lirih Amara.
Daniel yang mendengarkan perkataan Amara pun menoleh ke kursi belakang dimana kini Amara sedang duduk sambil melamun.
"Apa kau baik-baik saja, Mara?" Tanya Daniel pada adik iparnya itu.
Amara segera merubah posisi dari bersandar menjadi duduk tegap. "Mara baik-baik saja. Kenapa Kakak bertanya seperti itu?" Tanya Amara.
"Karena sejak tadi kau terlihat termenung dan berbicara sendiri. Apa saat ini kau sedang memikirkan Kak Aga?" Tanya Daniel.
Amara tersenyum kaku. Dan senyuman Amara pun sudah dapat diartikan oleh Daniel jika Amara memang sedang memikirkan sosok sepupunya yang dingin dan datar itu.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka