Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Akan Memilikimu 'Belahan Jiwaku'
Semua orang baru saja keluar dari masjid selesai menunaikan shalat Ied. Senyum Alvin mengembang melihat sosok gadis cantik dengan gamis dan hijabnya tengah berjalan dengan Mommy nya. Ia segera menghampiri Aya untuk membantunya berjalan.
"Om gendong ya By."
"Ih malu. Banyak orang tau."
"Masih Lumayan jauh Lo."
"Gapapa."
"Lagian kita kenapa sih sholat di masjid ini ga di masjid rumah aja. Kasian kan By jalannya jauh."
"Ayah kan temennya Imam masjid sini Vin. Katanya sekalian silaturahmi."
"Lagian kamu By. Diantar pake mobil ga mau."
"Sesekali jalan ga papa dong Om lagian ga terlalu jauh juga."
"Yang lain kemana kak?"
"Masih di dalem. Kita tunggu sambil jalan aja."
"Iya deh."
Semuanya tengah berkumpul di ruang tengah.
"Mom, Dad, Kakek, Nenek. Aya minta maaf ya. Aya banyak salah. Aya suka bandel dan ga nurut sama kalian." Aya mencium tangan dan memeluk mereka satu per satu. Mereka memberi gadis itu usapan lembut pada kepalanya. Ciuman bertubi tubi juga mendarat di kedua pipi dan kening Aya dari masing masing orang. "Kami orang tua juga tidak luput dari kesalahan. Kami juga minta maaf sayang."
"Mommy jangan nangis." Aya mengusap air mata wanita yang telah membesarkannya itu.
"Mommy terharu sayang."
Aya beralih pada Alvin, Ia menatap Om nya itu sesaat. Ia ingin minta maaf pada lawan debatnya itu.
"Om Aya juga minta maaf sama Om. Suka ngebantah, suka ngedumel kalo Om nasihatin. Aya banyak salahnya. Tolong di maafin ya Om." Alvin memeluk Aya dan mengecup pucuk kelapa gadis itu untuk ke sekian kalinya.
"Iya Om juga minta maaf sayang."
"Ih Om cengeng." Ledek Aya melihat Alvin meneteskan air matanya.
"Astaga By. Om terharu tau."
"Dek kakak minta maaf ya."
"Iya kak. Kami juga minta maaf." Keduanya memeluk Aya erat. Semuanya bermaaf maafan untuk merayakan lebaran yang begitu indah ini.
Keluarga besar sudah berkumpul lengkap. Mama, Papa, Adam dan Istrinya juga merayakan lebaran bersama. Untuk pertama kalinya mereka berlebaran dengan Aya. Suasana meja makan menjadi ramai karena makan siang mereka di selingi obrolan obrolan.
"By kamu mau makan apa lagi?" Tanya Alvin.
"Enggak Om. Udah kenyang aku."
"Sayang kamu baru makan sedikit."
"Udah kenyang Ma."
"Om.."
"Ya....Mau apa?"
"Om makannya udah selesai belum?"
"Udah."
"Aku pengen es krim."
"Om ambilin."
"Jangan. Aku pengen makannya di teras belakang aja."
"Ayo kalo gitu."
"Dek, kalian ga ikut?"
"Nanti nyusul. Daddy marah nanti kalo makannya ga di habisin."
"Ok." Alvin membantu Aya berjalan karena menolak untuk di gendong. Daripada harus berdebat apalagi baru saja bermaaf maafan Alvin hanya bisa menuruti kemauan Aya.
"Ini By eskrimnya."
"Makasih Om."
"Sama sama sayang." Alvin mencium kening Aya dan duduk di sampingnya.
"By.."
"Ya..."
"Kamu sayang nggak sama Om."
Aya diam. Tidak ada jawaban darinya.
"By..."
"Ya...." Masih fokus dengan es krimnya.
"Kamu kok ga jawab."
"Enggak."
Alvin mengangkat dagu Aya membimbing gadis itu untuk menatap matanya dalam dalam.
"Tatap mata Om dan katakan lagi." Tutur Alvin serius.
"Aku......" Aya menjeda kalimatnya selama sesaat.
"Sayanglah sama Om. Masa enggak. Dari kecil kan Om juga ngerawat aku. Meski kadang aku jengkel sama Om. Tapi tatap aku sayang sama Om."
Alvin merasakan damai di hatinya. Pria itu membawa Aya dalam peluknya. Pelukan erat untuk mencurahkan rasa cintanya yang begitu dalam.
"By, janji ya sama Om. kamu ga akan ninggalin Om." Ucap Alvin sedikit sendu.
"Iya iya. Lepasin dulu Om es krim aku keburu cair ini."
"Maaf maaf. Lanjutin makannya." Alvin melepaskan pelukannya.
"Om nggak ada THR buat aku? Nenek sama Mommy udah kasih lo."
"Ya Allah By. Om lupa. Ayo ikut Om."
"Kemana?"
"Hadiah buat kamu ada di kamar Om."
"Sebentar aku habiskan es krimnya dulu."
"Iya. Pelan pelan aja makannya."
Alvin membawa Aya ke kamarnya. Ia mendudukkan Aya dengan hati hati di ranjang. Tak lupa Alvin menyangga kaki Aya dengan bantal agar merasa nyaman.
"Sebentar ya Om ambil dulu."
"Iya."
Alvin kembali membawa 2 kotak berukuran besar dan kecil.
"Ini untuk kamu By."
"Dua Om?"
"Iya."
"Makasih Om."
"Sama sama. Cium dulu dong." Aya mencium kedua pipi dan kening Alvin.
Aya membuka kotak itu. Sebuah kalung cantik ada di dalamnya.
"Kamu suka?"
Aya hanya menganggukkan kepalanya.
"Om pakein ya."
Aya menyibakkan rambutnya. Alvin memakaikan kalung itu pada leher jenjang Aya. Ia sedikit mendekatkan wajahnya. Menghirup aroma gadis itu dalam dalam.
"Sudah By. Kamu cantik." kata Alvin selesai memakaikan kalungnya.
"Makasih Om."
"Sama sama sayang."
Aya beralih menatap kotak yang ukurannya cukup besar. "Aku buka ya." Izinnya pada Alvin.
"Iya. Itu memang untuk kamu."
"Wah.." Mata Aya berbinar menatap sekotak penuh coklat kesukaannya.
"Aku makan ya Om."
"Iya. Om tinggal ke bawah sebentar ga papa kan. Om mau kasih ini ke Darren sama Ano."
"Ga papa Om."
Alvin mengecup kening Aya sekilas sebelum pergi.
Alvin menghampiri mereka semua yang tengah mengobrol di ruang keluarga.
"Nih untuk kalian."
"Wih makasih Om."
"Sama sama."
"Aya mana Vin?"
"Lagi makan cokelat di atas."
"Pantesan kita tadi cari di teras belakang ga ada."
"Aku ke atas dulu ya. Takutnya By butuh sesuatu."
"Iya."
"By kamu mau.." Alvin menghentikan ucapannya melihat gadis itu tengah tertidur dengan posisi bersandar.
Alvin membenarkan posisi Aya. Membaringkannya dengan hati-hati agar tidur gadis itu tidak terganggu.
Jemarinya menyusuri wajah cantik Aya. Membelainya mengikuti lekukan sempurna di wajah gadisnya. Alvin beralih ke bibir. Di usapnya lembut bibir Aya dengan Ibu jarinya. Sesuatu yang benar benar Ia rindukan kini sudah tak tertahan. Perlahan namun pasti bibirnya telah menyatu dengan bibir gadis yang tengah tertidur itu. Ia menciumnya beberapa kali, namun Aya tidak terganggu sama sekali. Alvin sedikit menyesapnya merasakan sensasi yang membuatnya berbunga bunga. 'Bibir ini candu. Aku bisa gila jika merindu. Kini aku telah menemukan obatku. Obat dari segala keluhanku. Hanya ada pada dirimu. Wahai malaikat kecilku. Aku akan memilikimu belahan jiwaku.' Bisik Alvin pada telinga Aya.