Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 (kepergian lagi)
Tatapan nanar mata Alisya tujukan pada Revan yang tengah berdiri di depan dirinya.
"Aku janji nggak bakal nyakitin kamu, kita bicara di luar kalau kamu nggak percaya." Imbuh Revan serasa paham akan apa yang Alisya fikirkan untuk saat ini.
Mendapati seakan tak ada niat jahat dari Revan untuk dirinya, membuat Alisya pun akhirnya luluh.
"Kita ngomong di luar aja," sahut Alisya.
Revan menganggukkan kepalanya, raut wajah yang terpancar sama sekali tak keberatan dengan tawaran Alisya.
Langkah kaki Alisya melangkah kearah keluar dari apartemen. sedangkan Revan mengekor di belakang Alisya.
******
(Taman yang kebetulan tak jauh dari apartemen)
"Mau ngomong apa?" Tanya Alisya, tanpa basa-basi.
"Aku mau minta maaf," jawab Revan.
"Hem, aku maafin."
Mata Revan menatap dengan lekat manik mata Alisya, menelisik adakah ketulusan dan ketidak terpaksaan pada Alisya saat berucap memaafkan nya.
Membuat Alisya merasa terusik akan tatapan Revan yang terbilang tak mengenakkan bagi dirinya. "Ngapain lihat aku kayak gitu?" Tanyanya dengan nada tak nyaman.
Tak disangka Revan menangis. Meski kepalanya tertunduk. Akan tetapi, Alisya dapat melihat dengan jelas. Melalui dari gestur tubuh pria di depannya itu.
"Re-revan, kamu nangis?" Alisya bertanya, dengan gerakkan yang sedikit membungkuk menyesuaikan kepala Revan yang tertunduk, diimbangi dengan matanya pun yang terlihat cukup menelisik.
Sontak pria itu mendongak menatap Alisya. Sisa air mata pun ia usap dengan cepat. "Aku sangat mencintai mu, tapi aku nggak nyangka, kalau ternyata sampai detik ini kamu tidak juga mencintaiku, dan buruknya malah... Cinta ku yang bertambah."
Alisya memposisikan tubuhnya kembali, bibirnya terasa keluh, fikiran nya memutuskan untuk tetap diam sekaligus menyimak curahan hati pria yang sangat mencintai nya dengan tulus tapi sayangnya tak dapat Alisya balas perasaan itu.
"Kamu gadis tercantik yang pernah aku temui Sya," imbuh Johan.
Deg
'Kata itu, mas Adriel. Kenapa Revan juga mengatakan itu?' ucap Alisya dalam hatinya.
"Aku akan nerusin S2 aku di luar negeri. Besok aku akan segera berangkat. Makasih udah jadi wanita tercantik selama ini. Dan sekali lagi aku minta maaf, belum bisa jadi pria idaman kamu." Kembali akan kalimat yang menjurus pada perpisahan.
Revan menjeda ucapannya, kembali ia usap air mata yang sedari tadi keluar dengan bebasnya. Sembari tersenyum, pria itu melanjutkan ucapannya tadi. "Aku pamit pergi yah Sya, semoga tahun depan kamu dapat lulus tepat waktu, dengan nilai yang memuaskan."
Alisya masih memilih diam, binar matanya ingin sekali ikut menangis, terasa perlakuan Revan selama ini memang murni karna pria itu tulus mencintai dirinya.
Meski dijuluki pria yang playboy dengan hubungan yang terbilang terlalu bebas dalam pacaran, tapi jika di depan Alisya, Revan sangat menjaga hasrat liarnya itu. Meski terakhir kali waktu itu ia hampir melewati batas, akibat dari pengaruh alkohol.
Ketika langkah kaki Revan hendak melangkah pergi. Akan tetapi, dihalau oleh Alisya
"Revan!"
Terhenti, sembari menatap kearah wanita pujaan hatinya yang tak lain adalah Alisya.
"Kamu nggak mau meluk aku sebelum pergi?" Tawar Alisya, sambil merenggang kan kedua tangannya agar Revan berhambur memeluk nya.
Bukannya ingin memberi harapan, tapi lebih kearah memulai hubungan pertemanan dengan Revan, agar tak ada dendam di antara mereka di kemudian harinya.
Air mata pria itu menetes, dan memeluk tubuh Alisya.
Tak terasa, Alisya kini juga ikut kebawa suasana. Entah karna apa? Akan tetapi, Tiba-tiba ia mengingat kepergian Adriel dan Ronald.
Berlangsung tak lama. Kini pelukan itu pun mereka lepaskan.
Revan melangkah pergi dan masuk kedalam mobil. Akan tetapi, bukannya melajukan mobilnya. Malah kini pria itu membuka jendela kaca mobil. Dan berkata pada Alisya. "Sya, aku lihat pak Adriel orang yang baik, Cocok lah sama kamu," ucapnya.
Setelah mengatakan itu Johan pun langsung melaju kan mobilnya pergi.
Sementara itu, Alisya masih tertegun akan apa yang di katakan Johan padanya. Sembari berkata, "Apa selama ini ia tau kalau aku pacaran sama mas Adriel?"
"Lalu kenapa ia diam saja? Apa dia.... " Ucapan Alisya terjeda. "Ahh, bodoh amat lah. Ngapain juga aku mikir lagi."
******
(5 bulan berlalu)
Ketiga gadis cantik tengah berada di kafe.
Lontaran candaan yang mengisi obrolan mereka bertiga.
"Setelah ini lo mau kemana Sya?" Tanya Kiran.
"Pulang." Jawab Alisya, sembari tangan dan mata yang terfokus pada laptop di depannya.
"Anjing lo, nggak gitu maksud gue."
Ira tertawa lepas. "Yah tapi, emang bener jawaban Alisya kali ran," sahut Ira.
"Ohh... Sekarang udah mulai berpihak ke Alisya, bukan ke gue."
"Bukan gitu tapi.... " Ucapan Ira terhenti.
Mata Ira menatap kearah pria tampan yang ternyata mahasiswa kedokteran di kampus mereka.
Kiran yang terheran akan tatapan Ira. Langsung mengikuti pandangan temannya itu.
"Yaelah Ra, lihat cowok ganteng gitu amat tuh mata," celetuk Kiran.
Seakan tak mengindahkan celetukan Kiran. Kini Ira memilih merapikan rambutnya, yang padahal sudah rapi.
Alisya akhirnya ikut menatap gelagat Ira. "Nggak biasanya kamu kayak gitu ra," ucap Alisya.
Sambil tersenyum, Ira berkata. "Yah karna tahun ini kita mau lulus dan aku juga pengen punya pacar secepatnya."
"Apa?" "Bukannya fokus skripsi, malah sibuk nyari pacar. Kayak nggak Ira yang selama ini aku kenal," imbuh Alisya.
"Ssstttt.... Diem, dan do'ain biar dia mau kenalan sama aku, Ok!" Sahut Ira.
Dibuat bingung akan sisi lain dari Ira.
Berbeda dengan Kiran yang menatap penuh antusias kearah Ira berada.
Tanpa memindahkan pandangannya. Kiran pun berucap pada Alisya. "Udah Sya, nggak usah kaget gitu. Akhir-akhir ini mamanya Ira nyuruh dia buat cari pacar. Kalau nggak, dia mau langsung di jodohin nanti setelah lulus kuliah."
"Apa? Kok gue nggak tau."
Mata Kiran menatap kesal kearah Alisya. "Mana sempet lo dengerin curhatan gue ataupun Ira? Orang pikiran lo cuman skripsi doank."
"Iyah sih. Ok! Sekarang gue mau fokus ke Ira kalau gitu." Balas Alisya, sembari menutup laptop nya.
Kini mata Alisya dan Ira menatap Ira yang menyapa pria tampan di depannya.
"Hay!" Sapa Ira.
Sontak pria yang tadinya terfokus pada ponsel. Kini menatap lekat kearah Ira.
"Hem... Hay," Sapa balik pria itu sambil memperlihatkan senyuman manisnya.
"Boleh aku duduk disini?"
Pria itu menatap nanar mata Ira.
Belum sempat mereka melanjutkan ucapannya lagi. Tiba-tiba suara wanita menghampiri Ira dan pria itu.
"Sayang!" Panggil wanita itu, sambil merangkul pundak pria yang ingin Ira ajak kenalan.
Dengan nada bicara terkejut, Ira berkata. "Sa-sayang?"
Pria itupun langsung berdiri dan memperkenalkan wanita di sampingnya. "Oh iya, Kenalin ini pacar aku."
"Apa?" Sentak Ira.
.
.
.
Bersambung.
Dimohon jangan lupa untuk like, beri kritik dan sarannya yah bebs 🥰