Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Kenyataan Yang Pahit
1 Minggu kemudian.
Rumah sakit
Di ruangan perawatan terdapat pasien yang berada di atas ranjang. Nasya yang sudah seminggu ini mengalami kritis atas luka-luka parah yang dia dapatkan akibat kecelakaan itu. Kepalanya yang diperban dengan punggung jari-jarinya diberi infus dan juga alat pernapasan di bagian hidungnya.
Suara mesin jantung yang terdengar begitu kencang di keheningan di dalam kamar itu. Kedua orang tuanya dan Andre tidak pernah lepas untuk melihat Nasya.
Selalu memantau dan memang tidak ada larangan dari Dokter yang kapan saja boleh melihat Nasya. Sama dengan hari ini. Mereka bertiga yang berada di ruangan Nasya.
Malika yang duduk di samping Nasya dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Mereka juga kerap kali mendoakan Nasya agar cepat siuman.
Dalam situasi itu dengan perlahan kelopak mata Nasya bergerak dan jari-jarinya juga mulai bergerak. Andre yang kebetulan melihat sang adik memperhatikan hal tersebut dengan teliti.
"Nasya sadar," ucap Andre yang mengejutkan Malika dan juga Raden.
"Nasya!" Malika yang langsung berdiri agar bisa lebih dekat lagi dengan Nasya dengan memegang bahu Nasya, wajahnya mendekat yang memperhatikan gerak mata putrinya itu yang memang ingin terbuka.
Andre juga mendekati memperlihatkan gerak-gerik jari Nasya.
"Andre kamu cepat panggil Dokter!" titah Raden dengan cemas.
"Baik!" Andre yang tidak membuang-buang waktu langsung keluar dari ruangan tersebut dan tidak lama Dokter pria sekitar berusia 60 tahunan langsung memasuki ruangan itu.
"Dokter bagaimana anak saya?" tanya Malika.
"Saya akan periksa sebentar," ucap Dokter tersebut yang langsung memeriksa kondisi Nasya. Dokter tersebut mengecek mata Nasya yang sudah terbuka dan juga mengecek detak jantung Nasya.
Keluarga Nasya yang terlihat harap-harap cemas. Andre yang mencoba untuk menenangkan Malika.
"Ya. Allah beri keselamatan ketuk putri hamba," ucap Mallika.
"Alhamdulillah Nasya sudah sadar dari komanya," ucap Dokter tersebut memberikan kabar baik.
"Apa kata Dokter?" tanya Malika yang ingin memastikan agar tidak salah pendengaran.
"Suatu keajaiban dengan Nasya yang sudah melewati masa kritisnya dengan peningkatan kondisinya yang sangat baik," jawab Dokter.
"Alhamdulillah!" sahut keluarga Nasya yang begitu merasa bersyukur dengan mengusap wajah mereka menggunakan tangan.
"Nasya!" Malika langsung mendekati putrinya yang memang perlahan membuka mata. Nasya masih terlihat begitu lemas.
"Alhamdulillah kamu akhirnya siuman juga," ucap Malika yang tidak bisa berkata-kata dengan air matanya yang jatuh.
****
Setalah Nasya di nyatakan bangun dari komanya yang ternyata bukanlah kabar baik bagi Nasya. Nasya yang sekarang masih berada di atas ranjang yang diam seperti patung dengan air mata yang terus saja keluar.
Bagaimana tidak saat mulutnya ingin bersuara tiba-tiba saja tidak bisa keluar dan saat dia ingin turun dari ranjang dan kakinya tiba-tiba saja tidak bisa digerakkan. Nasya harus menerima takdir atas kecelakaan itu yang ternyata merenggut seluruh fisiknya yang membuat Nasya mengalami kelumpuhan berbicara dan juga kelumpuhan pada kakinya.
Mallika, Raden dan Andre sudah menjelaskan semua itu kepada Nasya yang memberikan semangat kepada Nasya jika semua yang dialami Nasya hanya bersifat sementara dan pasti akan sembuh.
Tetapi tetap saja tidak mudah dia menerima kondisi seperti itu yang tidak bisa berbicara dan tidak bisa berjalan.
"Mama tahu ini sangat berat untuk kamu sayang. Tetapi apa yang terjadi memiliki hikmah tersendiri. Percayalah kamu akan secepatnya sembuh.Seperti apa yang Mama katakan jika semua ini hanya sementara dan banyak pengobatan yang bisa membuat kamu kembali bisa berbicara dan berjalan," ucap Malika mengusap-usap pucuk kepala Nasya.
Kepala Nasya yang menoleh serius ke arah Malika seperti dia ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa Nasya, kamu ingin mengatakan apa?" tanya Andre yang sangat peka.
Andre yang bahkan memberikan buku dan pulpen kepada Nasya agar Nasya bisa mengatakan apapun yang dia inginkan. Karena kata Dokter jika segala sesuatu ditahan juga akan mempengaruhi lambatnya kesembuhan Nasya.
Untung saja tangan tangan Nasya masih berfungsi dan walau dia mengalami kesulitan untuk menuliskan apa yang diinginkan dan sampai akhirnya bisa yang menunjukkan kepada keluarganya.
"Di mana Radit?" pertanyaan itu yang membuat dia tiba-tiba saja kepikiran.
Karena sejak dia sadar tidak melihat calon suaminya itu berada sisinya yang seharusnya menjadi orang pertama menemaninya.
Orang tuanya terlihat diam saling melihat. Jantung Nasya sudah merasa tidak tenang yang bergetar begitu kencang. Dia ingin sekali berteriak untuk mempertanyakan semua itu. Tetapi diamnya orang tuanya yang menunjukkan wajah sedih sudah menjawab semuanya.
Tanpa mendengar jawaban itu yang tiba-tiba membuat Nasya menangis tanpa suara dengan gerak tubuh yang sesenggukan.
"Nasya!" Malika yang langsung memeluk putrinya itu merasakan tubuh bergetar putrinya. Dia tahu sekarang Nasya benar-benar sangat hancur.
Bukan hanya kehilangan suaranya kehilangan kakinya dan dia juga telah kehilangan calon suaminya untuk berlama-lamanya. Kecelakaan naas telah merenggut kebahagiaannya dalam sekejap.
***
Setelah kondisi Nasya sudah membaik dan sudah diperbolehkan pulang. Dengan berpakaian serba hitam yang berada di kursi roda. Nasya untuk pertama kalinya mengunjungi makam calon suaminya. Radit yang memang tidak dapat diselamatkan dan bahkan Nasya masih mengingat saat mobil itu mengalami kecelakaan dan melihat di depan matanya bagaimana mobil itu terbakar.
Nasya hanya menangis yang menabur bunga di pusara makam itu. Dia benar-benar tidak percaya jika nasibnya akan seperti ini ditinggal orang yang telah dia cintai di saat hari pernikahan mereka tinggal menghitung hari.
Hanya beberapa hari lagi mereka seharusnya menjadi pasangan suami istri dan ternyata tidak. Mereka bisa melanjutkan hubungan itu yang mana takdir telah memisahkan kehidupan mereka berdua.
Andre mengusap-usap bahu sang adik yang memberikan kekuatan sang adik yang berusaha untuk mengerti perasaan adiknya. Nasya merasa jauh lebih sakit karena tidak bisa mengeluarkan suara untuk menangis yang ingin berteriak dan semua itu hanya bisa dilakukannya di dalam hati. Karena keterbatasan fisik yang sekarang dia alami.
Tiba-tiba di tengah ziarah itu. Terlihat ada yang datang. Dokter yang menangani Nasya di rumah sakit yang di dampingi seorang wanita yang usianya sama dengan Malika.
Dengan diikuti pria yang sangat tidak asing, pria memakai kemeja putih yang berkacamata. Mata Nasya melihat kedatangan tiga orang tersebut. Dia berusaha untuk mengingat-ingat siapa orang tersebut. Karena pria yang tampak tidak asing itu membuat dia merasa sangat pernah melihatnya.
"Untuk apa mereka datang?" tanya Andre membuat Nasya menoleh ke arah sang kakak yang sepertinya orang-orang tersebut sangat dikenali keluarganya
"Assalamualaikum!" sapa pria tua itu yang tak lain Dokter Ibrahim
"Walaikum salam," sahut Malika, Andre dan Raden.
"Dokter Ibrahim ada apa ini?" tanya Raden.
Sementara Nasya hanya fokus pada pria yang berdiri di belakang Dokter yang sejak tadi berbicara itu yang masih berusaha mengenali laki-laki tersebut.
"Maaf jika kedatangan kami mengganggu kalian. Kami datang ke tempat ini juga ingin sekalian berziarah kepada korban kecelakaan tersebut," ucap Dokter Ibrahim.
"Apa urusan mereka?" batin Nasya yang bertanya-tanya.
"Silahkan Dokter. Kami sama sekali tidak punya kapasitas apapun untuk melarang kalian berziarah. Apa yang terjadi sudahlah menjadi takdir tidak ada yang menginginkan kecelakaan ini. Kami hanya ingin mengantarkan putri kami untuk menemui calon suaminya," sahut Malika.
Bersambung...