Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.
Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.
Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Melamar Kirana
Sejak insiden penculikan itu, Kaelus tidak bisa tidur dengan tenang.
Dia memperketat keamanan Kirana.
Di mana pun gadis itu berada, setidaknya ada dua mata-mata tersembunyi yang mengawasinya.
Di kampus, di rumah, bahkan saat Kirana pergi berbelanja… dia selalu dijaga tanpa sepengetahuannya.
Namun, meski telah memasang begitu banyak pengawal dan teknologi keamanan canggih, Kaelus masih merasa kurang.
Ada ketakutan yang terus menghantui pikirannya.
Bagaimana jika suatu saat dia lengah? Bagaimana jika Kirana kembali dalam bahaya?
Satu-satunya cara untuk memastikan keamanan Kirana… adalah menjadikannya istrinya.
.
Suatu malam, Kaelus mengajak Kirana makan malam di sebuah restoran mewah di puncak gedung pencakar langit.
Langit malam bertabur bintang.
Lampu-lampu kota bersinar indah dari kejauhan.
Namun, di mata Kirana, hanya ada satu hal yang lebih indah dari semua itu—Kaelus.
Pria itu tampak luar biasa malam ini dengan jas hitamnya yang elegan.
Mereka berbicara seperti biasa, tentang kehidupan, tentang masa depan.
Hingga akhirnya, Kaelus menghela napas dalam dan menggenggam tangan Kirana dengan erat.
“Kirana…” suaranya terdengar dalam dan serius.
“Aku sudah lama ingin mengatakan ini, tapi setelah kejadian kemarin, aku tidak bisa menundanya lagi.”
Kirana menatapnya dengan bingung.
Kaelus tersenyum kecil, lalu berlutut di hadapan Kirana.
Dari saku jasnya, dia mengeluarkan sebuah kotak beludru merah.
Ketika dia membukanya, sebuah cincin berlian indah berkilauan di dalamnya.
Kirana terkejut.
Kaelus menatapnya dengan penuh ketulusan.
“Aku ingin kau menjadi istriku.”
Kirana membeku.
Jantungnya berdebar begitu kencang hingga dia hampir tidak bisa bernapas.
“A-apa?” suaranya bergetar.
Kaelus tetap tersenyum.
“Aku ingin melindungimu, bukan hanya sebagai pria yang mencintaimu, tapi sebagai suamimu. Aku ingin kau selalu berada di sisiku. Aku ingin kau tahu bahwa tidak ada yang bisa menyentuhmu selama aku masih bernapas.”
Air mata mulai menggenang di mata Kirana.
“Aku…” Kirana menggigit bibirnya, merasa terharu sekaligus tak percaya.
Kaelus menatapnya penuh harap.
“Kirana, bersediakah kau menikah denganku?”
Kirana tidak bisa menahan air matanya lagi.
Dia mengangguk berkali-kali, sebelum akhirnya berbisik, “Ya… Aku bersedia.”
Kaelus tersenyum lebar, lalu menyelipkan cincin itu ke jari manis Kirana.
Begitu cincin itu terpasang, Kaelus langsung menarik Kirana ke dalam pelukannya dan mengecup bibirnya dengan lembut.
Malam itu, langit terasa lebih indah dari biasanya.
Karena di bawah bintang-bintang, dua hati telah menyatu dalam janji suci.
.
Pernikahan mereka menjadi peristiwa besar.
Keluarga Kaelus yang terkenal sebagai penguasa di antara semua penguasa memastikan pernikahan ini berlangsung dengan megah dan spektakuler.
Kirana mengenakan gaun putih panjang yang begitu anggun.
Dia tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng.
Sementara itu, Kaelus berdiri gagah di altar dengan setelan tuxedo hitamnya, memancarkan aura seorang raja.
Alice, sebagai adik Kaelus sekaligus sahabat Kirana, menjadi pengiring pengantin wanita.
Alessia, sang ratu mafia, hanya tersenyum penuh kebanggaan dari kursinya.
Dia tahu bahwa putranya akhirnya menemukan kebahagiaannya.
Ketika Kirana berjalan menuju altar, mata Kaelus tidak pernah lepas darinya.
Dan saat akhirnya mereka berdiri berhadapan, pendeta mulai mengucapkan janji suci mereka.
“Kirana, bersediakah kau menerima Kaelus sebagai suamimu, dalam suka dan duka, hingga maut memisahkan?”
Kirana menatap Kaelus dengan mata berkaca-kaca, lalu mengangguk.
“Ya, aku bersedia.”
Pendeta menoleh ke Kaelus.
“Kaelus, bersediakah kau menerima Kirana sebagai istrimu, dalam suka dan duka, hingga maut memisahkan?”
Kaelus tersenyum, lalu menjawab dengan mantap.
“Ya, aku bersedia.”
Dengan kata-kata itu, mereka bertukar cincin, menandakan bahwa kini mereka telah terikat dalam pernikahan.
Dan saat pendeta mengucapkan kalimat terakhirnya—
“Kalian kini resmi menjadi suami dan istri. Kaelus, kau boleh mencium pengantinmu.”
Kaelus langsung menarik Kirana ke dalam pelukannya dan menciumnya dengan penuh cinta.
Sorakan dan tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.
Kembang api meledak di langit malam.
Mereka kini resmi menjadi suami istri.
Dan sejak hari itu, Kirana bukan hanya gadis yang dicintai Kaelus.
Dia adalah ratunya.
.
.
.
Setelah pernikahan megah mereka, Kaelus dan Kirana akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri.
Kaelus memutuskan untuk membawa Kirana ke Pulau Jeju, salah satu tempat paling romantis di dunia.
Dia ingin memastikan bahwa setelah semua kesulitan dan ancaman yang mereka hadapi, kini saatnya mereka benar-benar bahagia.
Dengan jet pribadi milik keluarga Moretti, mereka terbang ke Korea Selatan.
Sesampainya di sana, Kirana langsung dibuat terkesima dengan pemandangan indah pulau itu.
Pantai berpasir putih, air laut yang jernih, dan angin sejuk yang menyegarkan—semuanya terasa seperti surga.
“Ini indah sekali…” Kirana berbisik kagum.
Kaelus tersenyum, merangkul pinggang istrinya.
“Ini hanya permulaan. Aku ingin kau menikmati bulan madu ini sebaik mungkin.”
Kirana menatap suaminya dengan penuh rasa syukur.
Akhirnya, setelah semua penderitaan dan rintangan, mereka bisa menikmati kebahagiaan tanpa rasa takut lagi.
.
Kaelus telah menyewa sebuah villa pribadi di tepi laut.
Villa itu memiliki balkon luas yang menghadap langsung ke laut biru.
Kirana berjalan ke balkon, merasakan angin laut yang sejuk menerpa wajahnya.
“Rasanya seperti mimpi…” gumamnya.
Kaelus mendekatinya dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggang Kirana.
“Ini bukan mimpi, Sayang. Ini kenyataan kita sekarang.”
Kirana tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dada Kaelus.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa benar-benar aman.
Mereka menghabiskan malam pertama di bulan madu mereka dengan makan malam romantis di balkon.
Cahaya lilin menerangi meja makan mereka, sementara suara ombak menjadi musik latar yang sempurna.
Kaelus tidak pernah melepaskan pandangannya dari Kirana, seakan ingin mengukir setiap momen bersamanya dalam ingatannya.
“Apakah kau bahagia, Kirana?” tanyanya lembut.
Kirana mengangguk dengan mata berbinar.
“Aku sangat bahagia.”
Kaelus tersenyum, lalu mengecup dahi istrinya dengan penuh cinta.
.
Hari berikutnya, mereka memutuskan untuk menjelajahi pulau bersama.
Mereka mengunjungi Gunung Hallasan, sebuah gunung berapi yang kini menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di Jeju.
Saat mereka mendaki, Kirana merasa kagum dengan keindahan alam di sekitarnya.
“Hidup ini benar-benar indah, ya?” katanya sambil menggenggam tangan Kaelus.
Kaelus tersenyum, lalu mengusap lembut rambut Kirana.
“Hidup ini indah… karena aku menjalaninya bersamamu.”
Kirana tertawa kecil.
Kaelus benar-benar seorang pria romantis, dan dia sangat mencintainya.
Mereka juga mengunjungi Jeju Loveland, sebuah taman seni yang terkenal dengan patung-patung bertema romantis.
Kirana langsung tersipu malu melihat beberapa patung yang cukup eksplisit.
Kaelus, di sisi lain, hanya tertawa kecil melihat wajah istrinya yang merah padam.
“Kenapa malu? Bukankah kita sudah menikah?” godanya.
Kirana memukul bahu suaminya dengan gemas.
“Kau benar-benar menyebalkan, Kael.”
Kaelus hanya tertawa dan menarik Kirana ke dalam pelukannya.
.
Di hari ketiga, mereka menghabiskan sore di pantai Jungmun Saekdal.
Kirana duduk di pasir, membiarkan ombak menyentuh kakinya.
Kaelus duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat.
Saat matahari mulai terbenam, langit berubah warna menjadi oranye keemasan yang begitu indah.
Kaelus menatap Kirana, melihat cahaya matahari terpantul di wajah cantiknya.
“Kirana…”
Kirana menoleh, menatap suaminya dengan penuh cinta.
“Aku tidak pernah berpikir bahwa aku bisa mencintai seseorang seperti aku mencintaimu.”
Hati Kirana berdebar mendengar kata-kata itu.
“Aku juga tidak pernah berpikir bahwa aku bisa memiliki seseorang sebaik dirimu…” bisiknya.
Kaelus tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Kirana.
Dengan lembut, dia mencium bibir istrinya di bawah sinar matahari yang mulai tenggelam.
Itu adalah salah satu momen paling romantis dalam hidup mereka.
.
Di malam terakhir bulan madu mereka, Kaelus menyiapkan kejutan kecil untuk Kirana.
Di balkon villa mereka, dia telah menyiapkan makan malam dengan cahaya lilin dan taburan kelopak mawar di meja.
Kirana terkejut saat melihatnya.
“Kael… ini luar biasa.”
Kaelus menarik kursi untuknya dan membiarkan Kirana duduk.
“Aku ingin memastikan bahwa bulan madu ini menjadi kenangan terbaik dalam hidupmu.”
Mereka makan dengan suasana penuh cinta, berbicara tentang masa depan mereka bersama.
“Kau ingin punya berapa anak?” tanya Kaelus tiba-tiba.
Kirana terkejut, lalu tertawa kecil.
“Kenapa tiba-tiba bertanya soal anak?”
Kaelus tersenyum sambil meraih tangan istrinya.
“Karena aku ingin membangun keluarga yang bahagia bersamamu.”
Mata Kirana berkaca-kaca mendengar kata-kata itu.
Dia tidak pernah membayangkan bahwa seorang pria seperti Kaelus, yang dulu begitu dingin dan misterius, kini berbicara tentang keluarga dan kebahagiaan.
“Aku… ingin punya dua anak,” jawab Kirana dengan malu-malu.
Kaelus mengangguk puas.
“Itu jumlah yang bagus. Aku juga ingin anak-anak kita tumbuh dengan penuh cinta.”
Malam itu, mereka menghabiskan waktu dengan berbicara tentang masa depan, merencanakan hidup mereka bersama.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Kirana benar-benar merasa dicintai tanpa syarat.
.
Setelah bulan madu mereka berakhir, Kaelus dan Kirana kembali ke rumah dengan hati yang lebih tenang.
Tidak ada lagi ancaman.
Tidak ada lagi ketakutan.
Yang tersisa hanyalah cinta dan kebahagiaan.
Kaelus tetap menjadi CEO sukses yang dikagumi banyak orang.
Kirana, di sisi lain, memilih untuk mendalami passion-nya di bidang seni.
Mereka menjalani kehidupan pernikahan yang indah.
Tidak sempurna, tapi cukup untuk membuat mereka merasa cukup dan bahagia.
Alice dan Alessia sering berkunjung, membawa kehangatan dalam keluarga mereka.
Dan akhirnya, kisah cinta Kaelus dan Kirana benar-benar berakhir bahagia.
Tanpa ancaman.
Tanpa rasa takut.
Hanya cinta yang murni dan abadi.