Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. merasa sendirian.
Adel memicingkan matanya, Bu Endah langsung pergi dari hadapan Adel.
'ternyata tikus ini yang sedang bermain di rumah ini, tapi aku tidak boleh gegabah bisa saja siapa tersangkanya, siapa juga yang kena' batin Adel.
Adel mengambil air lalu kembali ke kamar tamu, dilihatnya Albert sudah memejamkan matanya dan Adel pun ikut tidur di sampingnya.
Tengah malam Al kembali bermimpi buruk, dia bergerak gelisah dan mengeluarkan keringat dingin. Adel bangun dari tidurnya karena terganggu oleh pergerakan Al, dia menepuk-nepuk pipi Al agar bangun.
"Hei bangunlah, bangun.. Huuh mulai lagi dehh." Ucap Adel membuang nafasnya kasar.
"Baangguunnn...!" Pekik Adel.
Al membuka matanya, Adel menghela nafas lega dia langsung mendudukkan Al dan memberikannya minum. Nafas Al memburu seperti ketakutan, Adel menenangkannya dan mengusap keringat yang bercucuran di wajah Al.
"Tenangkan dirimu, ada aku disini bersamamu." Ucap Adel seraya memeluk Al.
"Dia datang lagi." Ucap Al dengan suara gemetar.
"Dia siapa?" Tanya Adel.
"Dia, wanita sihir itu datang padaku...! Dia ingin membunuhku." Jawab Al.
Adel tidak mengerti siapa wanita yang di maksud oleh Al, perlahan dia akan menanyakan semua kekepoan dalam dirinya namun melihat terlebih dahulu respon Al.
"Apakah dia pernah menemuimu? Atau mengancammu?" Tanya Adel.
"Iya, di rumah sakit. Dia mengancamku karena telah menyebabkan Daddy meninggal, dia marah padaku mencaci makiku dan.. Dan..." Ucap Al mengantungkan kata-katanya.
"Minum lagi agar lebih tenang." Ucap Adel menyodorkan gelas minumnya.
Glukk .. Gluukkk..
Al menenggak minumnya sampai habis setengahnya, sisanya Adel yang meminumnya, Al menatap heran pada Adel dilihatnya Adel seperti orang yang sudah tidak minum selama satu tahun.
"Jangan menatapku seperti itu, bukan dirimu saja yang haus, aku juga haus bertanya juga butuh tenaga jangan sampe lemes." Ucap Adel.
'kenapa dia selalu minum bekasku?' batin Al bertanya-tanya.
Kini kondisi Al sudah membaik, Adel memposisikan dirinya duduk menghadap ke arah Al.
"Tolong dengarkan aku, aku disini akan membantumu. Jangan merasa sendirian jika memang kamu ingin sembuh maka ikuti semua ucapanku, tanpa obat kamu bisa keluar dari depresimu. Aku tidak tau wanita yang kau maksud tadi, jadi untuk itu setiap kamu ingin tidur baca doa terlebih dahulu, jangan begadang, berpikirlah positif jangan berpikir negatif karena itu akan semakin menyakitimu, mengerti!" Ucap Adel menekan kata terakhirnya, Albert harus selalu diingatkan agar perlahan emosinya bisa stabil.
"Tapi semuanya terjadi tanpa bisa ku kendalikan, jika aku tertidur maka aku seperti diam di tengah-tengah banyaknya mulut yang menghakimiku." Ucap Al.
"Aku kan sudah bilang padamu berpikirlah positif, apa kamu tidak kasihan kepada ibumu? Dia juga merasakan hal yang sama denganmu, namun dia tetap berpikir positif, apa kamu tidak pernah berpikir bagaimana hancurnya seorang ibu dan seorang istri melihat suaminya yang sudah tiada, dan jika dia ingin bertemu hanya lewat gundukan tanah lah dia bisa meluapkannya, melihat anaknya lumpuh dan depresi apa dia tidak hancur? Jangan merasa dirimu lah yang paling hancur, lihat ibumu!! Apa dia mengeluh? Apa dia membencimu karena kecelakaan itu membuat nyawa ayahmu melayang? Tidak bukan? Dia dengan ikhlas mengurusmu, dia percaya pada tuhannya dan menerima semua takdir yang sudah di gariskan. Kamu adalah anak sulung, ada dua adik dan juga ibumu yang membutuhkanmu, bukankah kamu adalah seorang CEO di perusahaanmu? Apa kamu juga tidak memikirkan bagaimana nasib ribuan karyawan di luaran sana? Mereka menggantungkan hidupnya di tempat yang sudah kamu bangun. " ucap Adel panjang kali lebar, dia tidak ingin suaminya merasa terpuruk terus menerus.
Sebagai seorang istri, pasti ia tidak tega melihat Albert yang terus meracau hal yang sama dan berulang-ulang. Memang Adel tak tahu bagaimana sakit dan hancurnya seorang Albert, tapi setidaknya Tuhan mengirimkannya agar ia bisa menarik suaminya keliar dari lubang ketakutan. Tidak peduli ia di nikahkan secara paksa, toh keluarga suaminya juga baik padanya. Dia juga bisa menjalankan tugasnya dengan rasa ikhlas seperti yang sudah diajarkan oleh orangtunya.
Al mencerna setiap kata-kata yang keluar dari mulut Adel. Semua ada benarnya. Dia merasa sendirian, selalu berfikir yang berlebihan sampai dia tak bisa mengontrol dirinya yang bisa menyakiti orang lain.
semua sudah mendukung pernikahan kalian.