Dia yang memberiku kehidupan.. tapi justru dia sendiri yang menghancurkan hidupku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Aprinsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 3
“Mas, Sebenarnya aku sudah tau semuanya tentang masalah keuangan perusahaan ini. Tapi aku diam karena berharap kamu bisa menjelaskan semuanya tanpa aku minta. Jadi sekarang tolong jelaskan tentang penarikan uang yang ternyata sudah kamu lakukan sebanyak tiga kali dalam tiga bulan terakhir ini. Dan juga kerjasama perusahaan ini dengan perusahaan Adipura, kenapa mereka bisa menuntut perusahaan ini dengan nominal yang sangat fantastis?”
Keheningan terjadi di sebuah ruangan pribadi di kantor tempat Bagaskara bekerja setiap harinya. Ada perasaan marah dan juga kecewa yang dirasakan Sinta terhadap suaminya Bagas.
Bukan hanya perkara uang atapun perusahaan yang ternyata sedang bermasalah, tapi tentang kejujuran dan saling terbuka antar pasangan. Semenjak Bimo dan Bibi Salamah menginginkan rumah mewah seharga 5milyar yang kemudian di tolak oleh sinta, sejak itupula Bagas suami Sinta mulai berubah. Terutama tentang perusahaan. Dulu, tanpa Sinta minta Bagas selalu rajin melaporkan keuangan dan kemajuan perusahaan. Tapi semenjak tiga bulan terakhir ini seakan banyak sekali yang Bagas sembunyikan dari sinta. Setiap kali di tanya tentang perusahaan Bagas hanya menjawab singkat bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi kini Bagas sudah tidak bisa menyembunyikan apapun lagi karena Sinta sudah mengetahui semuanya.
“Mas minta maaf, sama kamu sayang. Mas benar-benar minta maaf”
“Hanya itu mas?”
“ Sebenarnya, Dalam tiga bulan terakhir ini mas sedang banyak masalah. Untuk penarikan yang kemaren memang mas yang melakukan nya. Mas ambil 500 juta untuk biaya pembebasan Bimo dari penjara..”
“Lalu yang dua kali sebelumnya? Juga masalah dengan perusahaan Adipura?”
“Yang dua kali sebelumnya Bimo yang melakukan nya. Saat itu dia sedang ada masalah. Dia melakukan penarikan secara diam-diam atas namaku dengan nominal 300 juta dan 1 milyar. Saat itu mas sudah menegurnya. Tapi dia bilang bahwa dia terpaksa jika dia ingin tetap hidup. Sementara bibi, dia juga mengancam untuk bunuh diri jika terjadi sesuatu terhadap Bimo.
Mas bingung. Mas tidak ingin kehilangan mereka berdua. Mas tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain mereka. Mas coba menutupinya darimu karena tidak ingin ada masalah antara kamu dan keluarga mas. Mas benar-benar minta maaf.”
“Lalu bagaimana dengan perusahaan Adipura? Kenapa mereka menuntut kita ganti rugi dengan nominal yang sangat besar? 20 milyar bukan uang yang sedikit mas. Dan jika itu terjadi maka perusahaan ini bisa bangkrut.”
“Mas tau. Ini semua salah mas. Mas tidak bisa mengirim pesanan barang kepada mereka sesuai kesepakatan kontrak karena terkendala produksi. Dimana keuangan perusahaan yang terganggu hingga menghambat produksi. Tambah lagi pemasukan dari perusahaan lain mengalami penurunan. Dan-”
“Bimo? Karena Bimo? Mas sadar ga si, semenjak Bimo masuk ke perusahaan ini banyak sekali masalah yang ia timbulkan. Penarikan uang 300 juta, 1 milyar, belum lagi dia sangat ceroboh dalam bekerja menyebabkan kerugian hingga ratusan juta. Masuk kerja tidak tau waktu, pulang kerja juga seenaknya. Minta gaji tinggi bahkan setara dengan gaji mu. Mentang-mentang kamu kakak sepupunya, minta di belikan mobil mewah seharga milyaran tapi mana? Dia jual juga habis. Sekarang masuk penjara karena ketahuan mencuri. Hutang dimana-mana, dan mas masih membelanya. Astaga mas!”
Sinta tidak bisa lagi membendung amarahnya. Dia menangis sambil merancau karna begitu kesalnya terhadap suaminya yang selama ini di anggap nya terlalu berlebihan memanjakan adik sepupunya itu.
“Mas, aku ingin melaporkan masalah ini ke pihak berwajib. Aku ingin Bimo bisa menyadari kesalahan nya dan kamu mas berhenti membelanya, atau perusahaan ini akan hancur.”
“Tidak! Tolong jangan lakukan itu Sinta mas mohon! Bimo baru saja keluar penjara. Mas yakin setelah ini dia akan berubah. Percayalah! Mas mohon Sinta. Tolong keluarga mas.”
“Apa yang harus aku katakan tentang kehancuran perusahaan ini kepada kak Arya?”
“Sinta, mas tau perusahaan skincare kamu sedang naik daun. Bukankah penghasilan perusahaanmu mengalami kenaikan. Bisakah kamu membantuku membayar ganti rugi terhadap perusahaan Adipura? Setelah ini mas janji akan memperbaiki lagi perusahaan ini agar kembali bangkit dan sukses kembali. Mas mohon Sinta.”
Sinta terdiam. Bukan ia enggan menolong suaminya, tapi masalahnya dengan dia membantu keuangan suaminya, maka Bimo akan merasa bahwa apa yang ia lakukan selama ini baik-baik saja. Tidak ada efek jera. Tapi sisi lain, suami yang ia cintai sedang mengalami masalah,. Sudah seharusnya ia membantu tapi, ini terlalu rumit. Sinta berfikir sejenak hingga akhirnya.
“Baiklah. Aku akan membantu perusahaan ini, tapi mas bisa jamin kalau Bimo bisa berubah?”
“Tentu! Lihat, rumah Bibi sedang ada yang melakukan transaksi jual beli. Mereka berniat menjual rumah untuk membayar hutang Bimo senilai 700 juta. Selanjutnya Bimo akan bekerja keras untuk membayar sisanya.
Dan untuk sementara, mereka tinggal di rumah fasilitas karyawan perusahaan. Mobil mas sengaja pinjamkan dulu agar bisa mreka gunakan.”
“Baiklah mas. Untuk sementara mas bisa pakai mobil ayah dulu. Dan semoga kedepan nya Bimo bisa lebih bertanggung jawab lagi.”
“Terimakasih Sayang, kamu memang istri yang sangat pengertian. Mas sangat mencintaimu.”
“Aku juga mas.”
Merekapun berpelukan dengan perasaan lega. Mereka berharap akan ada perubahan kebaikan di masa mendatang mengenai keluarga dan juga perusahaan.
————
Satu bulan berlalu.
Perusahaan skincare Sinta semakin sukses di tambah peluncuran produk-produk baru yang membuat konsumen semakin tertarik.
Sementara perusahaan otomotif Bagaskara belum menunjukan peningkatan yang signifikan. Namun ada perbaikan dari sebelumya dan itu sudah membuat Bagas lega. Setidaknya perusahaan ini tetap berdiri dan tidak jadi bangkrut.
Di sisi lain Bimo dan ibunya merasa hidup mereka begitu membosankan.
Tinggal di rumah fasilitas perusahaan dengan fasilitas terbatas membuat mereka menginginkan kehidup yang lebih mewah.
“Bu, lihatlah! Gaji Bimo selalu di potong untuk membayar hutang dan sisanya hanya cukup untuk kita hidup sehari-hari. Semua orang memandang rendah kita dan menyamakan aku seperti karyawan lain karena harus tinggal di rumah fasilitas perusahaan seperti ini. Sementara mas Bagas hidup enak dengan tinggal di rumah mewah dan berstatus sebagai pengusaha hebat. Dia juga beberapa kali di sorot media sebagai suami dari pengusaha skincare ternama yang memiliki kehidupan bak sultan. Sementara kita? Cuih! Menyedihkan!”
“Bersabarlah nak. Ibu akan lakukan segala cara agar kita bisa hidup enak seperti Bagas dan istrinya.”
“Ibu, benarkah itu?”
“Iya, tentu saja. Ibu punya rencana.
Tapi sebaiknya kau hubungi Bagas sekarang dan bilang bahwa ibu sakit!”
—————
Keceriaan menyelimuti keluarga kecil Sinta. Dimana Bagas asik bercanda gurau dengan anak semata wayangnya Gabriel.
“Mom, Gabi sudah gak sabar ketemu opa sama oma di Amerika.”
“Sabar Gabriel sayang, tunggu dua hari lagi kita segera terbang ke Amerika buat ketemu oma sama opa.”
penjelasan Sinta membuat Gabriel senang.
“Yah! Papa sedih sekali harus di tinggal jagoan papa sama mama ke amerika.”
“Makanya ayo Papa ikut bersama kita,” sambung Gabriel kepada papanya.
“Ayo lah mas. Mumpung Gabriel liburan kamu juga perlu istirahat kerja kan? Biar nggak stress,”
Kemudian Sinta berbisik, “sambil kita honeymoon.”
“Hemm… pengen sekali Papa ikut, sayangnya ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Jadi papa minta maaf pada kalian berdua ya. Papa janji lain kali papa akan pergi liburan bersama kalian keliling dunia!”
“Yey! Asik. Papa janji ya,” jawab Gabriel kegirangan.
Telpon Bagas berdering tanda panggilan masuk dan Sinta pun segera memberikan nya kepada sang suami. Terlihat nama di layar yang menunjukan panggilan itu berasal dari Bimo.
Ada rasa kekhawatiran dan kecurigaan di hati Sinta kalau-kalu Bimo membuat masalah..namun ia coba untuk berfikir positif agar keadaan tidak menjadi buruk.
“Trimakasih sayang. Mas angkat telpon dulu ya.”
Sinta hanya mengangguk sembari tersenyum.
Tak lama terlihat raut wajah sang suami yang begitu khawatir.
Sambil tergesa-gesa Bagas segera menyambar kunci mobil dan berpamitan.
“Sinta, Bibi Salamah sakit, mas harus segera kesana.”
“Tapi kan ada Bimo mas.”
“Bibi Salamah membutuhkanku,” Bagas menjawab sambil berlalu pergi begitu saja.
Sementara Sinta hanya bisa memandang kepergian suaminya dan berharap tidak akan ada masalah di keluarga Bibi Salamah.
—————
Di kediaman Bibi Salamah.
“Bi, ayolah bi. Kita kerumah sakit. Saya takut bibi kenapa-kenapa.”
“Bagas, bibi tidak apa-apa nak. Hanya saja mungkin bibi tidak nyaman tinggal di rumah ini. Bibi merasa tertekan. Bibi kepikiran orang-orang memandang bibi dan Bimo sangat rendah karena tinggal di rumah ini, yang sebenarnya ini rumah untuk karyawan kamu,” ucap Bibi Salamah sambil berlinang air mata.
Bagas merasa begitu bersalah atas yang dirasakan bibi nya dan juga adik sepupunya Bimo.
“Bibi, saya mohon bertahanlah sebentar lagi. Saya sedang mengumpulkan uang untuk bisa membelikan rumah sederhana untuk bibi dan Bimo.”
“Sederhana seperti apa maksudmu nak? Kamu itu anak yang bibi besarkan dari bayi hingga sesukses sekarang. Kalau bibi tidak merawatmu mungkin kamu sudah berada di panti asuhan. Mungkin akan berakhir menjadi orang miskin. Sementara sekarang kamu jadi pengusahaha sukses. Bahkan banyak sekali media yang memberitakan kehidupan mewah kamu dan istrimu Sinta. Lalu kamu ingin bibi tinggal di rumah sederhana? Bagaimana orang akan menilaimu nak? hiks.”
“Lalu apa yang harus saya lakukan untuk bibi?”
“Bibi mohon, berilah rumah yang pantas untuk kami agar namamu tidak buruk tentang keluargamu nak. Rumah yang nyaman seperti pilihan Bimo.”
“Tapi bi, rumah 5 milyar darimana aku dapat uang sebanyak itu? Bibi tau, perusahaan itu sebenarnya milik kak Arya. Kakak Sinta. Dan saya cuma dapat gaji perbulan yang juga habis untuk kebutuhan keluargaku dan kalian.”
“Lalu apa gunanya mas punya istri kaya raya kalau tidak bisa meminta sedikit saja darinya. 5milyar itu uang yang sangat sedikit untuk mbak Sinta mas,” kali ini Bimo yang berbicara.
“Maafkan bibi kalau terlalu memaksa nak. Tapi tolong mengerti keadaan bibi, jika kamu tidak bisa membelikan rumah itu, maka bawa kami tingal bersamamu.”
Deg!
Bagas tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan atas permintaan bibinya tersebut. Sungguh ini pilihan yang sulit bagi Bagas.
Si shinta bloon, si bagas pilnplan
jangan lupa mampir juga di novel aku
" bertahan luka"
Terima kasih