BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 25
Aku mematut diriku di cermin, ku tatap wajah dan bibirku yang membengkak. Ruam merah hampir memenuhi wajah hingga leherku.
Saat di rumah sakit tadi, Dokter mengatakan bahwa aku mengalami alergi. Aku memang memiliki riwayat alergi, lebih tepatnya alergi dengan segala jenis bunga. Namun, hari ini aku sama sekali tidak ada menyentuh sekuntum bunga apapun. Lalu, bagaimana bisa alergi ku kumat?
Aku berusaha mengingat apa saja yang sudah menyentuh wajah ku, tapi, tak ada jawaban lain selain compact powder andalanku.
Apa iya compact powder ku bermasalah? batinku.
Untuk memastikannya, aku menepuk pelan cushion dari compact powder ke punggung tangan ku. Lima belas menit aku menunggu, punggung tanganku terasa gatal dan perih. Ternyata memang benda mungil ini yang bermasalah. Dengan teliti ku perhatikan, memang ada beberapa serbuk kecoklatan di compact powder ku.
Apa ini serbuk bunga kering? Kenapa bisa ada di sini?
Aku menatap benda mungil itu dengan heran. Selama ini, tidak ada satupun yang mengetahui bahwa aku memiliki alergi bunga, kecuali ibuku dan Berryl. Apa mungkin ini ulah Berryl? Pasti dia menyuruh Renata untuk mengerjai aku, dasar j*lang sialan ...!
"Dasar Renata brengsek! Lihat saja kau pembalasan ku ...!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dengan berbekal surat izin istirahat dari dokter, akhirnya perusahaan mengizinkan aku untuk pulang lebih awal dan memberiku off day selama dua hari. Akhirnya aku bisa sedikit bersantai, meskipun harus melewati dulu beragam ocehan atasan yang menusuk hati.
Aku lekas membereskan beberapa barang pribadiku sembari menunggu balasan pesan dari Mas Ibnu, karena tadi aku meminta agar dia menemani aku mencari taksi di depan perusahaan. Sebenarnya, bisa saja aku memesan taksi online. Namun, tiga aplikasi langganan ku untuk memesan taksi dan ojek online, semuanya error dalam waktu yang serentak. Benar-benar aneh ...!
Aku meraih ponselku yang bergetar, ada pesan masuk dari Mas Ibnu.
Mas Ibnu : Kamu cari taksi sendiri saja ya, Nay. Mas malu kalau ada yang lihat kita jalan berdua. Apalagi, wajah kamu mirip begal habis di keroyok masa begitu.
Dasar laki-laki sialan...! jeritku dalam hati. Hatiku penuh gejolak amarah, pasti kini wajah ku yang di penuhi ruam, semakin memerah.
"Aku pulang dulu ya, San," pamit ku pada Sandra.
"I-iya kak," jawab Sandra gugup.
Kenapa dia mesti gugup? batinku terheran-heran.
Aku bergegas keluar dari ruanganku dan segera menuju lift. Ku lihat dari kejauhan, Mirna dan seorang satpam tengah menunggu pintu lift terbuka. Untunglah hanya mereka berdua, aku bisa malu jika banyak karyawan yang ikut menunggu di sana.
"Maaf ya, Mbak. Pengemis dilarang masuk ke kantor, mohon untuk ke lantai satu dan segera keluar." tegur pak satpam begitu aku sampai di depan lift.
Pengemis? Aku mengedarkan pandanganku dan mencari di mana pengemis yang di maksud oleh pak satpam, akan tetapi di sini hanya ada kami bertiga.
"Pengemis? Aku?!" tanyaku ketus.
Satpam bodoh ini menganggukkan kepalanya. Ya Tuhaaan ...! Aku benar-benar merasa terhina dibuatnya.
"Ha ... Ha ... ya ampun, ada-ada saja deh, Pak Joko. Dia ini Kanaya, anggota dari tim pemasaran. Pak Joko, lupa?" ucap Mirna yang kemudian tersenyum sinis padaku.
Apa-apaan japir sok cantik ini? Dia meremehkan ku? Aku benar-benar tercengang dibuatnya, ini pertama kalinya dia bersikap seperti itu kepadaku.
Lihatlah satpam tak beretika satu ini, setelah salah menebak ku sebagai pengemis, dia hanya diam tanpa meminta maaf padaku? Parah ...!
Ting! Aku kembali tercengang ketika pintu lift terbuka. Renata dan Alby, seolah sudah menunggu kedatangan ku di dalam sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Suasana begitu berisik di dalam lift, dengan hati-hati aku mengintip Renata dan Mirna yang sedang mengobrol. Sejak kapan Renata dan Mirna saling bicara?
"Apa lo lihat-lihat?!" Renata mendengus kesal.
"Siapa juga yang lihatin lo, Ren. Kepedean ...!" jawabku kesal.
"Maling mana ada yang mau ngaku. Ya kan, Mir." Renata melirik Mirna.
Bibir Mirna yang merah merekah tersenyum lebar. "Ya dong, apalagi kalau maling suami orang. Jangankan mau ngaku, untuk sekedar menyadari apa yang di lakukannya salah saja, gak bakalan mau ...!"
"Ups ...!" seru kompak keluar dari bibir Mirna dan Renata.
Mereka menyindirku? Berani-beraninya, mereka pikir siapa diri mereka sampai berani menyindir ku? Tapi, dari mana Mirna tau? Apa dari Renata? Pantas saja dia begitu sinis padaku.
Aku hanya bisa mengepal kan kedua tanganku, mulutku ku kunci rapat. Meladeni mereka, itu sama aja aku mengaku telah berselingkuh dengan Mas Ibnu.
"By the way ... Wajah lo kenapa, Nay? Kok bisa bonyok begitu?" Mirna menatap ku dengan senyuman cemooh.
"Di chipoks tawon," celetuk Renata dengan wajah seolah tak berdosa. (Author revisi ya, karena ada dua orang yang komplain hehe)
"ASTAGFIRULLAHALAZIM ...!" Alby dan Pak Joko kompak beristighfar mendengar kalimat kasar dari mulut Renata, padahal sejak tadi mereka hanya diam di pojokan lift.
"Kak Renata, kamu berdosa bangeeet ...!" Alby meraung sambil menggeplak lengan Renata.
"Puk ... puk ... puk ... anak baik gak boleh niru ya ...!" Renata menepuk-nepuk pelan kepala Alby. Membuat pria tampan itu tersipu malu.
Aku menatap Renata dengan penuh kebencian. Selain karena aku tidak suka dia menyentuh kepala Alby, aku juga masih berang karena perbuatan nya yang menyebabkan wajahku jadi begini.
"Ada yang sengaja menabur serbuk bunga kering di salah satu produk make-up gue, dan gue alergi. Jadi ya, begini lah kondisi gue sekarang. Ya, Lo tau lah, Mir. Gue itu kan cakep, mungkin ada yang iri." Aku menatap sinis pada Renata.
"Emang ada yang bilang lo cakep, Nay?" sinis Mirna.
"Pftt ...!" Alby menahan tawanya.
Brengsek Mirna, bikin gue malu aja di depan Alby ...!
"Ada dong, lo juga pernah bilang gue cakep tuh." Aku berusaha menahan malu.
"Ya, sih. Tapi kalau di lihat-lihat , lo gak cakep-cakep amat deh, Nay. Cakep lagi Renata," cibir Mirna.
Aku melirik Alby yang mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah-olah setuju dengan apa yang di katakan Mirna barusan. Jantungku seperti di remas-remas ...!
Aku menunjuk wajah Renata dengan ujung telunjuk ku. "Lo bandingin gue sama dia, Mir? Gue gak sudi di banding-bandingkan sama cewek burik kayak dia, lo tau kan? Dia itu cuma cleaning servis rend-"
"Hoaaam ...!" Renata menguap dengan suara nyaring, seolah sengaja membuat aku berhenti menghina nya.
Ting! Renata bergegas keluar lebih dulu ketika pintu lift terbuka, langkahnya terhenti. Wanita itu memutar balik tubuhnya, matanya menatapku tajam.
"Cewek burik? Gue? Gak kebalik? Minimal ngaca lah bentukan lo kayak apa. Lo mirip banget sama jenglot, Nay ...!" Dengan senyuman angkuh, Renata memicingkan matanya.
Dan aku merasa terhina ...!
*
*
*
Hai ... hai ...!
Sekali lagi, Author mengucapkan Terimakasih buat para pembaca yang masih selalu klik permintaan update 🧡
Terimakasih juga untuk Subscribe, like dan gift kalian 🧡🧡🧡🧡🧡🧡
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁