Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20. PERASAAN RION
Rion berjalan gontai saat memasuki rumah. Karena begitu banyak yang terjadi hari ini, membuat pria itu merasa sedikit lelah. Mungkin karena kekhawatiran sang pria yang cukup tinggi dan juga beberapa hal yang memenuhi pikiran dirinya, membuat pria itu seakan memerlukan istirahat.
Ketika ia duduk di sofa ruang tamu, Rion terkejut saat mendapati Lili yang masih bangun dan berjalan menuju ke dapur dengan mangkuk es krim yang telah kosong.
"Apa yang kukatakan untuk tidak makan terlalu banyak es krim, Lilipad. Dan kau makan es krim sebanyak itu di tengah malam?" Rion menatap sang gadis tidak percaya.
Lili yang juga terkejut ketika mendapati Rion telah pulang, justru terdiam di tempat karena tertangkap basah yang tidak hanya belum tidur tapi juga memakan es krim di tengah malam.
"Come here now," perintah Rion.
Mau tak mau Lili berjalan ke tempat Rion berada, dan duduk di samping pria itu setelah menaruh mangkuk es krim yang ia pegang di atas meja.
"So, tell me why you are eating ice cream at midnight like this, Princess?" tanya Rion dengan pandangan menuntut.
"Karena aku ingin. Aku tidak bisa tidur dan sedikit lapar, jadi aku makan sedikit es krim sambil meneruskan pekerjaan," jawab Lili tanpa melihat ke arah Rion.
"Satu mangkuk seperti itu kau bilang sedikit? Kau bisa sakit gigi bahkan sakit perut jika kau makan es krim terlalu banyak apalagi tengah malam seperti ini, Lilipad," tegur Rion. "Ada banyak makanan dan snack, kau harusnya makan itu saja kalau sudah tengah malam dan kau lapar," sambungnya.
Ah, Lili benar-benar seperti anak kecil yang dimarahi ayahnya sekarang. Mengingatkannya dirinya akan sang ayah yang suka sekali memarahi Lili dengan kebiasaannya memakan es krim tanpa kenal waktu dan porsi.
"Kau mendengarkanku, kan? Kurangi makan es krim kalau sudah lewat tengah malam, mengerti?" ucap Rion.
"Mengerti," Lili hanya menuruti ucapan Rion, walau tidak yakin apa ia akan mengikutinya besok-besok. Toh kalau Lili memang ingin makan es krim ia akan tetap makan juga.
Tentu Rion tahu dengan jelas kalau gadis itu tidak sepenuhnya akan mengikuti apa yang disuruh oleh pria itu. Terbaca jelas di wajah sang gadis untuk Rion yang telah mengenal gadis itu cukup baik sekarang.
"Kukira kau tidak pulang malam ini," Lili berkata ketika ia melihat jam yang menunjukan pukul satu malam.
"Aku hanya mengurus penguntit itu dengan Dante," jawab Rion seraya menyandarkan dirinya di punggung sofa.
"Lalu apa yang kau dapatkan?" tanya Lili penasaran.
"Tidak banyak. Dia bahkan tidak tahu siapa yang menyuruhnya. Tapi dugaan terbesarku adalah orang dari Red Dog." Rion seakan enggan menjawab hal ini, menyebut nama Red Dog saja membuatnya ingin menembaki kepala semua anggota itu satu demi satu.
Lili bisa melihat kalau Rion sepertinya membutuhkan istirahat, terlihat sekali kalau pria itu lelah.
"Jika kau ada waktu, tolong cari tahu satu nomor yang ada di dalam sini. Dia mengirimkan fotomu ke seseorang yang menyuruhnya, tapi Dante tidak bisa melacak tentang nomor itu." Rion memberikan smartphone milik penguntit tadi ke Lili.
"Fotoku?" Lili tidak percaya kalau penguntit itu telah sampai sejauh itu, membuat Lili ingin cepat-cepat mencari tahu.
"Besok saja. Malam ini kau istirahat saja dulu, bukankah seharian kau sudah bermain bersama Lucas," suruh Rion yang tahu dengan jelas kalau gadis itu akan segera menuju komputernya dan melupakan waktu tidur demi mendapatkan informasi yang diinginkan.
Gadis itu hanya menurut, mungkin akan lebih baik besok saja Lili mencari tahu. Ia sendiri tak ingin berdebat dengan Rion yang sudah perlu istirahat.
"Lili?" panggil Rion dengan nada lembut, melihat ke arah gadis itu.
"Ya?"
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Rion tampak serius sekarang.
Lili mengangguk, menatap pria itu dengan pandangan penasaran.
"Apa kau pernah memiliki hubungan dengan pria sebelumnya? Kekasih maksudku?" tanya Rion yang kini duduk tegak menghadap sang gadis.
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? Aku tidak ... pernah pacaran," Lili mengaku malu-malu, karena untuk zaman sekarang tidak pernah pacaran adalah hal yang amat sangat jarang sekali kecuali kau seorang biarawati.
Rion menggenggam tangan Lili, membelai punggung tangan sang gadis dengan jempol. Memberikan waktu sebentar untuk gadis itu mencerna apa yang akan Rion katakan.
"Rion?" Perasaan Lili kalang kabut sekarang, tidak menduga kalau Rion akan seperti ini. Lili tidak bodoh untuk tahu kemana hal ini akan mengarah.
"Aku tahu kalau pertemuan kita barulah belum lama. Kupikir aku akan menahannya untuk beberapa lama, tapi setelah apa yang terjadi hari ini membuatku ingin memberitahumu. Tak ingin khawatir tapi aku tidak bisa memberitahumu kenapa," Rion berkata seraya menatap tangannya yang menggenggam tangan Lili di pangkuan gadis itu.
Lili seakan tidak tahu harus berkata apa sekarang. Dalam hati ia tahu kalau sikap Rion bukanlah sikap antara karyawan dan atasan, atau pengasuh anaknya. Sekali lagi, Lili bukan orang bodoh dengan tidak menyadari hal itu.
"I love you, Lili. I'm fucking love you since the first time we meet. Kukira mungkin karena aku telah lama tidak bersama dengan wanita, tapi tidak. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ini pertama kali untukku memiliki semua perasaan ini, bahkan sekarang aku takut kalau sesuatu terjadi padamu. Pertama kalinya aku merasa takut kehilangan seseorang setelah Lucas. I love you, Lilipad," ucap Rion dengan nada dan pandangan luar biasa lembut, bahkan lebih lembut dari satin.
Lili terdiam, memutar ucapan Rion barusan di kepalanya lagi dan lagi. Tak ada kebohongan di mata biru itu.
"I want to be your man, can i? Izinkan aku melindungimu dan mengkhwatirkanmu sebagai kekasihmu, Lili," Rion berkata tanpa ada nada menyuruh, dan lagi-lagi membiarkan gadis itu memilih. "Izinkan aku menyentuhmu tanpa membuatmu takut," sambungnya.
"Rion, aku ... ada banyak hal yang tidak kau tahu tentangku. Alasan kenapa aku tidak pernah memiliki pacar atau ...."
"Aku tahu, Lilipad. Aku tahu," Rion kini membelai pipi gadis itu, tahu ada ketakutan di netra gadis itu saat ini. "Aku tahu apa yang telah kau lalui dulu. Aku tahu semua ketakutanmu, semua luka, dan traumamu, aku tahu. Karena itu aku meminta izinmu agar aku bisa menyentuhmu tanpa membuatmu takut jika tiba-tiba aku memegang tanganmu atau memelukmu tanpa aku sadari. Aku tahu tentangmu, Princess."
Mata Lili melebar ketika mendengar hal itu. "Kau tahu? Kau tahu yang terjadi padaku? Bagaimana? Aku telah menghapus semua jejak itu di internet, bahkan tidak ada apa pun tentangku di sana, bagaimana bisa?" tanya Lili panik dan penuh ketakutan.
"Hei, hei, tenang. Tenang, oke. Ayahmu yang memberitahuku. Ayahmu menceritakan semua tentangmu. Tentang yang terjadi padamu dulu ketika kau sekolah. Robert memberitahuku agar aku tidak sampai melewati batas sebagai seorang pria kepadamu. Dan aku tahu kalau masih menyimpan ketakutan masa lalumu itu. Aku memperhatikanmu selama ini. Lilipad," ucap Rion yang kembali membelai pipi gadis itu, berusaha menenangkan sang gadis yang mulai panik karena tidak menyangka akan mendengar sesuatu yang telah lama ia kubur.
"Kau tahu dan kau masih ingin bersamaku?" tanya Lili.
Rion menganggukkan kepala dan berkata, "Yes, Princess. I still want you. Kepribadianmu, ambisimu, kerja kerasmu, dan kasih sayangmu, that's more than enough for me to fall in love with you. Berhenti berpikir kalau kau tidak cukup baik hanya karena apa yang terjadi di masa lalumu. Kau berhak untuk bahagia juga."
"Tapi aku mungkin tidak bisa seperti yang kau inginkan. Kau mungkin tidak bisa memelukku atau menciumku tanpa aku ketakutan. Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika kita melakukan ... kau tahu maksudku," ucap Lili penuh keraguan.
"Bukan tidak bisa, tapi belum. Pelan-pelan, kita akan menjalaninya pelan-pelan. Aku yang akan membuatmu terbiasa denganku, dengan setiap sentuhanku sampai kau sendiri tidak perlu lagi takut. Lihatlah, buktinya aku bisa menyentuhmu sekarang, kan. Yang kau perlukan hanya kepercayaan kalau aku tidak akan menyakitimu," kata Rion yang sejak tadi menangkup pipi gadis itu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih terus menggenggam tangan sang gadis.
Dan Lili baru menyadari hal itu. Entah sejak kapan ia tidak merasa takut ketika Rion menyentuhnya seperti ini. Jika diingat beberapa kali pria itu telah mengikis jaraknya pelan-pelan hingga bisa ke tahap dimana tangan besar itu kini berada di pipi Lili tanpa gadis itu merasa takut.
"Jadi, kau mau menerimaku?" tanya Rion yang telah mendekatkan dirinya kepada sang gadis.
Lili mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak menyangka kalau pria di depannya ini telah berusaha untuk mengikis jaraknya selama ini perlahan kepada Lili tanpa gadis itu sadari.
"My Lili. My Princess," ucap Rion, mengikis jaraknya semakin dekat dengan sang gadis. Menatap bibir ranum yang telah ia dambakan sejak lama itu. Pelan-pelan, tak ingin membuat gadis itu terkejut dan takut.
Napas Lili memburu ketika tahu apa yang dipikirkan oleh Rion saat ini saat melihat pria itu mendekatkan wajahnya ke Lili. Takut, namun Lili mencoba untuk menenangkan diri. Menggenggam erat tangan besar Rion untuk menghapus segala ketakutan sang gadis.
Hingga jarak keduanya hanya beberapa centimeter saja.
"Lili?"
Suara lain yang terdengar mengejutkan Rion dan Lili, membuat keduanya saling pandang saat mendapati kalau Lucas terbangun dan berjalan ke luar dari kamar menuju kamar Lili.
Rion dan Lili saling tatap kemudian tertawa ketika mendapati momen mereka berdua harus terhenti karena terbangunnya Lucas. Melepas kecanggungan di antara mereka berdua.
"Sepertinya harus tertunda. Aku akan mengurus Lucas, kau tidur saja. Goodnight, Princess," ucap Rion yang mengecup dahi Lili sebelum bangun dari sofa dan berjalan menuju ke Lucas yang berada di kamar Lili untuk mencari sang gadis.
Merah padam sudah wajah Lili saat ini. Benar-benar malam yang tidak pernah ia sangka. Membuat gadis itu merasa seperti kembali di masa remaja kembali. Tak mengira kalau pria sesempurna Rion Lorenzo memiliki perasaan sedalam itu terhadap Lili.
knpa dante gk dijidohkn dengn bianca thor,ya anggp aja krn sering bertemu tumbuh rsa nyamn dan debar2 cnta, gitu hehehe aku sih setuju klw bianca ama dante 😀😀