NovelToon NovelToon
Sisa Rasa Rosa

Sisa Rasa Rosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:765
Nilai: 5
Nama Author: Noey Ismii

Rosa kembali ke Bandung setelah enam tahun menghindari Papa dan Rama, Kakaknya. Selain kembali beradaptasi dengan sekolah baru dan menguatkan hatinya untuk bertemu Rama, Rosa yang kaku juga dikejutkan dengan kedatangan Angkasa. Kakak kelasnya yang adalah anggota geng motor.
Perasaannya dibuat campur aduk. Cinta pertamanya, kebenciannya pada Rama dan Papa, juga rasa kehilangan yang harus kembali dia rasakan. Bagaimana Rosa yang sulit berekspresi menghadapi semuanya?
Apakah Rosa bisa melaluinya? Apakah Rosa bisa mengembalikan perasaan damainya?


Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noey Ismii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Festival Sekolah 2

Green house mungil itu pernah didatangi Rosa beberapa kali, saat menunggu Rama selesai dengan tugasnya. Saat Rosa datang, kadang Rama sedang memotong setiap daun berwarna kuning. Kadang sedang menyiram sebelum pulang. Kadang juga sedang mengumpulkan daun-daun kering yang jatuh.

Dalam beberapa kali itu, Rosa sudah sering bertemu juga dengan Sandy. Cowok itu masih sering menggodanya. Tapi akhir-akhir ini sudah jarang sekali mereka bertemu dan Sandy terang-terangan menggoda Rosa.

“Bella gak ikut, Sa?” tanya Sandy saat Rosa memasuki green house.

Cowok itu memakai apron dan sarung tangan yang sama dengan semua anggota Kebon Kembang. Dia tersenyum saat melihat Rosa dan hanya mengangguk saat menatap Angkasa.

“Enggak, Kak, tadi Bella udah keliling. Kayaknya sekarang udah latihan lagi,” jawabnya. Bella adalah anggota tari tradisional.

Rosa masih tidak mengerti kenapa Sandy bertanya tentang Bella. “Kenapa, kak?” tanyanya.

Sandy hanya tersenyum.

“Kalian mau beli sesuatu?” suara Rama terdengar dari balik punggung Rosa.

Mereka berbalik, melihat Rama yang tersenyum ramah.

“Setengah dari keuntungan akan disumbangkan ke yayasan,” lanjut Rama sambil memperlihatkan banner yang dipasang dekat kasir.

Rosa mengangguk, “Aku mau beli,” katanya.

Sudut bibir Rama melengkung, tangannya mempersilakan Rosa untuk memilih. Angkasa juga melangkah masuk sambil melihat-lihat.

Rosa kembali dengan lima pot kecil sukulen berwarna hijau keunguan. Dia berencana membagikannya untuk Bella, Najwa, Angkasa, dan untuk di ruang kerja Papa.

“Buat aku gak ada?” Rama protes.

Rosa mengerjap, kemudian berbalik mengambil kaktus.

Angkasa dan Sandy sama-sama menahan tawa.

Sandy segera merapikan belanjaan Rosa demi menghindari lirikan maut Rama.

“Lo jual buket juga?” tanya Angkasa. Matanya tertuju pada deretan buket bunga yang berwarna-warni.

Dengan antusias, Rama membawa Angkasa ke

pojok buket, “Ini hasil karya anggota kita,” katanya bangga.

“Gue beli, deh,” kata Angkasa kemudian. Dia memilih bunga mana yang paling cocok untuk Rosa. Tapi Angkasa terpaku, semuanya akan terlihat cantik kalau Rosa yang pegang. “Gue beli semua, deh, buat Rosa gak bisa milih,” katanya kemudian langsung mendapat protes dari Rosa.

“Kak Asa!”

Rama tersenyum. “Kalau ini gimana?” tanyanya sambil mengambil satu buket anyelir pink dan putih dengan kertas bunga pink.

Angkasa menatap buket itu dan mengangguk, “Oke!”

-o0o-

Rosa menutup mulut saat melihat adegan Sabila yang menancapkan pisau di dadanya kemudian ambruk dengan tangan berdarah yang menggenggam tangan Danish, yang sudah lebih dulu ambruk. Kemudian tirai ditutup.

Suara riuh tepuk tangan terdengar dengan suitan. Rosa ikut bertepuk tangan. Meskipun sudah tahu isi ceritanya. Tapi baru sekarang dia melihat pertunjukan dramanya. Melihat akting Sabila, Danish, teman-teman, dan kakak kelasnya, Rosa merasa terpukau.

Tirai dibuka lagi, menampilkan semua pemain dan anggota klub teater. Mereka berdiri berpegangan tangan kemudian membungkuk kepada para penonton. Yang semuanya adalah murid SMA Bandung Raya. Mereka berdadah-dadah kemudian masuk kembali ke belakang panggung.

Panggung pentas drama berada di dalam ruangan aula. Ruangan besar itu sering dipakai untuk acara-acara. Sedangkan panggung utama ada di lapangan upacara.

Rosa mengajak Angkasa untuk ke depan. Mereka berjalan ke bagian belakang panggung untuk menemui para pemain. Dia membawakan buket untuk Sabila dan Danish, kedua pemeran utama drama ini.

Suasana di belakang panggung sama riuhnya dengan di depan panggung. Para murid yang sudah mendapat perannya masing-masing bertepuk tangan riuh. Termasuk para murid yang bertugas menjadi penanggung jawab pentas.

Karena selain menjadi aktor, semua anggota klub teater juga mengisi perannya menjadi direktor, sutradara, menjadi penata rias, bagian lighting, bagian properti dan lain-lainnya.

Semuanya menjalankan perannya masing-masing dengan baik.

Rosa mencari ke kanan dan kiri. Lalu melihat Danish yang berperan sebagai Romeo. Rosa menghampiri Danish yang tersenyum padanya.

Riasan Romeo masih menempel di wajahnya, kostum, dan cat merah juga masih ada di kostumnya.

“Danish, keren banget tadi aktingnya,” puji Rosa sambil memberikan buket dengan kertas biru.

“Wah, makasih, Sa. Makasih, Kak Angkasa,” katanya menerima buket yang disodorkan Rosa.

Angkasa mengangguk. Dia juga mengakui akting anak-anak SMA itu bagus. Meskipun drama Romeo-Juliet mereka disederhanakan, tapi untuk pementasan SMA itu sudah lebih dari bagus.

Pemeran Juliet juga menghampiri Angkasa, “Aku bagus, gak?” tanyanya. Dia tersenyum dengan tangan yang masih berwarna merah.

“Bagus banget, Kak Bila,” Rosa menyerahkan buket dengan kertas pink pada Sabila.

Sabila menerimanya dengan wajah penuh senyum, “Makasih, Sa, cantik banget,” katanya sambil mencium bunga aster kuning.

Rosa mengangguk. Dia tersenyum tanpa beban.

-o0o-

Acara pameran dan jualan-jualan sudah selesai. Rosa, Bella, Najwa, Angkasa, Rama, Angkasa, dan Sandy makan bersama di Pojangmacha. Bella keluar sebentar saat Najwa mengabari dia sedang istirahat. Melihat Rosa dan Angkasa masuk tenda, keduanya mengikuti. Kemudian disusul Rama dan Sandy.

“Kak, aku suapin,” Bella memegang sumpitnya yang menjepit ayam popcorn. Sandy menerima suapan Bella kemudian tersenyum berterima kasih.

Semua mata memandang mereka berdua.

“Aku belum bilang, ya?” tanya Bella malu-malu.

“Kita pacaran!”

Rosa dan Najwa saling berpandangan.

“Pantesan tiap saat gak lepas dari hape sambil senyum-senyum,” komentar Rama. Dia sudah menduganya sebenarnya. Sudah lama Sandy tidak bertanya apapun tentang Rosa.

Bella berdehem, “Tadinya Kak Sandy basa-basi nanyain Rosa. Eh, kemarin nembak, bilangnya ‘Aku udah gak butuh jembatan, aku udah nyampe di kamu.’ Gituuu,” katanya sambil mencubit pipi Sandy.

“Aaa, selamat kalian,” Najwa menepuk pundak Bella yang sudah terpasang aksesoris tari.

“Eh, jangan pukul-pukul Ayang aku,” Sandy mendekatkan Bella kepadanya.

Yang langsung mendapat cie-cie dari Najwa dan Rama.

Rosa sendiri masih kaget dengan berita itu. Dia tersenyum lebar dan mengatakan selamat tanpa suara. Matanya berbinar dengan tulus. Yang tanpa disadarinya Rama sedang menatapnya dari tadi. Begitu juga Angkasa.

-o0o-

“Oke, Smabarayaaa, ini acara puncak yang kalian tunggu-tunggu! Kita langsung panggil saja, UTARA BAND!”

Riuh rendah suara menggema di lapangan. Kelas X, XI, dan XII tumpah semua di lapangan. Setelah tadi dibuka dengan tarian tradisional Bella, kemudian paduan suara, dance girl, dance boy, musik klasik, dan terakhir adalah band sekolah yang sudah sangat terkenal.

“Teman-teman, ini panggung terakhir kita sebagai UTARA. Terus cintai Utara-utara selanjutnya!” suara Angkasa menggema. Diikuti suara drum dan pertunjukan mereka dimulai!

Semua murid melompat-lompat mengikuti alunan lagu-lagu yang dibawakan Angkasa, Gio, Stevan, dan Mike, anggota Utara Band.

Bernyanyi dan melompat bersama dilapangan karena hari mulai sore, jadi matahari sudah tidak terlalu menyengat. Dan karena semua kegiatan sudah selesai jadi semua murid menonton pertunjukan pamungkas ini dengan suka cita.

Rosa menyingkir ke pinggir lapangan karena tidak sanggup berdesakan lagi. Bella dan Sandy sedang berpegangan tangan sambil ikut bernyanyi dan melompat.

Najwa sendiri sudah memisahkan diri dan berada di dekat Rosa. Sebagai anggota OSIS Najwa masih harus melaksanakan tugasnya untuk menjaga acara.

“Makasih teman-teman! Ini pertunjukan terakhir kita sebagai Utara,” Angkasa membuka suara setelah tiga lagu tanpa henti. “Lagu terakhir, kalian akan tau lagu ini buat siapa,” katanya lagi sambil tersenyum.

Najwa melirik Rosa yang masih tersenyum.

Rosa sungguh suka dengan suara Angkasa yang sedang bernyanyi. Tapi Rosa sama sekali tidak menyangka Angkasa akan tersenyum dan menatap ke arahnya sepanjang lagu terakhir.

Kurasa ku tlah jatuh cinta

Pada pandangan yang pertama

Sulit bagiku untuk bisa

Berhenti mengagumi dirinya

Oh Tuhan, tolonglah diriku

Tuk membuatnya menjadi miliku

Kasihku, sayangku, oh, cintaku

She’s all that I need

-o0o-

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!