NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32

"Sebaiknya kita ikut Mama dan Papa pulang ke Jakarta saja," ucap Renzo malam itu setelah menerima pesan dari Vivi.

Luna yang terjaga setelah beberapa jam terlelap di paha Renzo.

"Emm... ada apa memangnya?" sambil menggosok matanya yang belum sepenuhnya terbuka.

"Tidak apa-apa hanya aku ingin cepat mengurus pernikahan kita. Bagaimana kalau kita percepat bulan depan?" desak Renzo.

Kantuk Luna seketika hilang.

"Bulan depan? Bukankah kita sudah sepakat 6 bulan lagi, kenapa tiba-tiba?"

"Untuk apa menunggu terlalu lama kalau kita sudah siap." tantang Renzo. "Baliklah ke kamarmu dan istirahat, pagi-pagi nanti kita akan pulang ke Jakarta."

Luna mengangguk, keputusannya memang tidak bisa di ganggu gugat. Pasti itu yang terbaik.

Tapi fokusnya justru mengarah pada pernikahannya yang akan dilangsungkan sebulan lagi.

.

Tanpa sadar ia sudah terlelap sampai pagi. Johan sudah menyampaikan pesan kepada orang tua mereka bahwa Luna dan Renzo akan ikut kembali ke Jakarta bersama.

Dua sejoli itu hanya menggunakan kaos oblong putih dan celana jeans. Serta kacamata hitam untuk menutupi mata mereka yang menggelap akibat kurang tidur.

Langit senja pun turut mengiringi kepulangan Renzo dan Luna ke Jakarta. Begitu pesawat mereka mendarat, Luna menggandeng tangan Renzo erat, masih tersenyum bahagia mengingat momen-momen di Maluku.

Namun, di balik ekspresi tenangnya, Renzo masih menyimpan rasa penasaran yang besar. Selain karena pekerjaan yang menumpuk, dia ingin menemui Vivi.

Tangan Renzo masih merangkul Luna sebelum mereka berpisah. Luna akan kembali ke rumah dengan kedua orang tuanya dan Renzo berbeda mobil dengan kedua orang tuanya.

"Secepatnya kita akan bertemu kembali, oke." bisik Renzo.

Luna tersenyum, menyenderkan kepalanya sebelum akhirnya mereka berpisah dan saling melambaikan tangan.

.

.

Keesokan harinya....

Renzo sudah berada di kantor lebih awal. Dia memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang Vivi. Tangannya mengetik cepat di keyboard, mencari informasi tentang latar belakang wanita itu. Namun, sebelum dia menemukan sesuatu yang berarti, pintu ruangannya diketuk keras.

BRAK!

Renzo terkejut. Seorang wanita berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajam. Vivi.

“Lama sekali kau mencari informasi tentangku, Renzo.” Vivi berjalan mendekat, dengan langkah percaya diri. “Atau sebaiknya aku panggil kau dengan nama panggilan kita yang dulu?”

Renzo mengernyit. “Apa maksudmu?”

Vivi tersenyum tipis, lalu menatapnya tajam. "Kau masih belum sadar siapa aku?"

"Aku memang merubah penampilanku seperti Luna, aku ingin merasakan rasanya mirip dengan wanita yang kau cintai itu, Renzo!!"

Renzo masih menatapnya dingin tanpa ekspresi.

"Aku Ivy, Ivy Permata... satu-satunya wanita yang kau cintai dulu. Wanita yang kau cintai dengan sangat brutal dulu. Bagaimana bisa kamu hidup bahagia setelah membunuhku?"

Darah Renzo seakan berhenti mengalir. Wajahnya langsung pucat. Napasnya tercekat di tenggorokan. Matanya membelalak, seolah baru melihat hantu dari masa lalunya.

“I-Itu tidak mungkin…” Renzo bergumam pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Vivi—atau lebih tepatnya, Ivy—tersenyum sinis. “Aku kembali, Renzo. Dan aku tidak akan membiarkanmu bahagia begitu saja.”

Renzo merasakan keringat dingin menjalar di tengkuknya. Pikirannya kacau. Ini bukan sekadar ancaman. Ini kenyataan yang selama ini dia hindari, dan kini berdiri di hadapannya, nyata.

"Sekian lama aku cuma bisa memandangmu dari kejauhan, kini aku bisa langsung mengungkapkan padamu kalau aku masih ada! Aku masih hidup Renzo, aku sangat menantikan momen ini." ucapnya sembari tertawa.

Johan masuk ke dalam ruangan Renzo dan berusaha menyeret Ivy keluar.

"Jangan kau coba-coba usir aku kalau tidak ingin terjadi sesuatu pada Luna, kekasihmu itu."

"APA MAUMU!!!" bentak Renzo dengan napas terengah-engah.

Pikirannya mulai kembali ke masa lalu, cuplikan kejadiannya dengan Ivy mulai berputar di kepala dengan sangat cepat.

"Kembalilah padaku Renzo, bukankah dulu cuma aku yang kau cintai? Aku sadar dulu aku bersalah padamu, maka dari itu kini aku datang untuk menjemputmu. Kita bisa hidup bahagia sekarang, saling mencintai." tangan Ivy perlahan menyentuh tangan Renzo.

Sentuhan itu semakin membuat Renzo menggila, badannya semakin gemetar.

Suara Ivy membuat telinganya berdengung, tapi Johan tidak bisa berbuat apa-apa. Renzo pun memberikan isyarat tangan untuk tidak mendekat.

"Kita sama-sama gila Renzo, untuk apa kamu bertahan dengan Luna. Lebih baik kita memulai hidup baru dan meninggalkan semua ini,"

"Keluar atau akan benar-benar membunuhmu sekarang!!" teriak Renzo.

Ivy tertawa sangat puas.

"Bunuh lagi saja, maka Papamu yang sama gila nya dengan kita juga akan menolongku kembali."

Renzo menengadahkan pandangannya, mencoba menatap bola mata Ivy. "Apa maksudmu?"

"Tanyakan pada Adrian Kim William. Dia yang menyelamatkan aku, dia yang memberikan semua fasilitas yang aku nikmati sekarang." jawabnya tanpa ragu.

Sebuah fakta yang baru terungkap, Renzo merasakan sesak di dadanya. Bagaimana mungkin ayahnya justru melindungi Ivy selama ini.

"Ternyata keluarga kalian bagaikan cangkang yang kosong! Kau dan Ibumu tidak benar-benar mengenal Adrian. Apa saja bisnis kotor yang dia miliki sehingga bisa membuatku sesukses sekarang."

"CUKUP!! KELUAR SEKARANG DARI KANTORKU!"

Ivy keluar dengan senyuman puas di wajahnya.

"DAN JANGAN GANGGU LUNA! DIA TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN INI!!" Renzo masih berteriak.

Johan sudah berada di sampingnya mencoba meredam ketakutan besar Renzo yang muncul. Dia sama kagetnya dengan Renzo.

"Pantas saja aku tidak bisa menemukan informasi apapun tentang Ivy." batin Johan masih menatap pintu ruangan itu.

.

Setelah keadaan Renzo sedikit mereda, dia kembali memikirkan rencana untuk menyingkirkan Ivy dan juga Ivan yang ada di penjara.

"Berikan 2 pengawal ke Luna, suruh mereka menjaga Luna dari kejauhan." perintah Renzo.

"Baik, Tuan Muda,"

Renzo duduk di sofa ruangannya sambil memijat dahinya.

"Tuan, jangan gegabah. Jangan menjadi seperti mereka, kasihan Nona Luna," ucap Johan dengan nada hati-hati.

Renzo membuka botol whisky dan menuangkannya di gelas kecil berisi es batu. Meminumnya dalam sekali tenggak.

"Aku tahu, aku baru minum satu gelas whisky on the rock. Aku masih sadar, Johan!" suaranya kini berubah menjadi berat.

Ia sudah memutuskan untuk menemui ayahnya lebih dulu, mencari kebenaran atas ucapan wanita tadi. Setelah itu dia akan menemui Ivan.

Perjalanannya mencari kebenaran akan menegangkan.

"Apa si tua bangka itu sudah ada di mansion?" tanya Renzo pada Johan.

"Maksudnya Tuan Adrian kah?"

"Siapa lagi?"

Johan menunduk. "Sudah Tuan."

"Antarkan aku ke mansion, aku ingin segera menanyakan kebenaran semua ini! Brengsek!" Renzo melempar gelasnya ke lantai.

Dengan sigap Johan membukakan pintu dan mengikuti Renzo yang berjalan dengan cepat. Matanya merah dan rahangnya mengeras.

Dia sudah tidak sabar mendengar jawaban dari ayahnya itu.

1
Shofhal Jamil
kemanaa kamuu thoor
Shofhal Jamil
lanjutt thorr ku kasiihh kau kopii biar makin semngattt
Shofhal Jamil: iyaa kak
samaa" yaaa kuu tunggu selalu ke lanjutan nyaaa
Semara Pilu: Kak kamu suka cerita dark romance gini ya hihihiw terima kasih sekali lho
total 2 replies
Shofhal Jamil
kerenn novel nyaaa alur nya gak bisaa di tebakk buat pembaca kayak saya gak cepet bosannn
Shofhal Jamil
kuu kasiihh secangkir kopi thorr biar tambah semangatt kelanjutan nyaa
Semara Pilu: Wahhhh kak happy banget aku 😬 terima kasih
total 1 replies
Shofhal Jamil
dii tungguu yaa thorr ke lanjutan nyaa
Shofhal Jamil
lanjuuuuttttt thorr
Semara Pilu: Kak kamu selalu gercep 🫶🏻 thank you
total 1 replies
Shofhal Jamil
lanjut thorrr sukses terus
Semara Pilu: Kak seneng banget aku di support terus 🫶🏻
total 1 replies
Shofhal Jamil
sukses terus thorrr
Semara Pilu: Kak makasih lho nggak pernah skip like, makasih udah ngikutin terus. Aku jadi semangat 🥰
total 1 replies
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!