"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 03
Keesokan harinya di rumah Narendra.
Terlihat Alena turun dari dalam mobil bersama dengan seorang pria.
Tok...!
Tok...!
Tok...!
Alena mengetuk pintunya.
"siapa ya...?"ujar paman yan.
Paman yan kemudian berjalan mendekati pintu dan kemudian langsung membuka pintunya.
Ceklek...!
"paman...!"ujar Alena sambil memeluk paman yan yang sudah seperti ayahnya sendiri.
"hei...anak nakal, lepaskan aku Jagan bertingkah seperti ini, ayo cepat masuk di luar sedang banyak angin."ujar paman yan sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
Alena dan geri kemudian berjalan masuk ke dalam rumah yang cukup mewah tersebut.
Alena dan geri kemudian duduk di ruangan tamu.
"paman aku sangat merindukan kalian semua."ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah paman yan.
"anak nakal, kenapa kamu tidak bilang dulu jika kamu ingin pulang, maka aku dan bibimu bisa menjemputmu."ujar paman yan.
"hei...Alena siapa pria yang berada di sampingmu itu...?"ujar paman yan sambil menatap tajam ke arah Geri.
"paman yan, namanya adalah Geri dan geri adalah pacarku."ujar Alena tersenyum lebar sambil merangkul lengan Geri.
Paman yan terus saja menatap tajam ke arah Geri.
"aku sengaja membawa dia pulang ke rumah karena aku ingin memperkenalkan Geri kepada paman dan bibi, setelah itu kami berdua akan segera menikah."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"apa....! menikah....?"ujar paman yan dengan raut wajah yang terkejut.
"hallo...paman yan, nama saya geri dan saya adalah pacarnya Alena."ujar Geri sambil tersenyum lebar ke arah paman yan.
Paman yan tidak menjawab ucapan Geri.
"paman yan, saya dan Alena berencana untuk menikah,saya berjanji akan mencintai dan menjaga Alena dengan sangat baik."ujar Geri lagi.
"wow....wow...wow...akting Geri ternyata bagus sekali ya."ujar Alena dalam hatinya sambil menatap wajah Geri.
paman yan kemudian melihat Geri dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"rambut di pirang, telinga di tindik, memakai celana robek, aku tidak suka dengan pria ini...!"ujar paman yan dalam hatinya.
paman yan kemudian tersenyum ke arah Alena.
"Alena sayang, bukankah kamu baru saja lulus...?"ujar paman yan lembut.
"paman yan aku sangat-sangat berterima kasih kepadamu dan juga bibi lin yang sudah menjagaku selama ini, tanpa kalian berdua aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti sekarang ini."ujar Alena sambil meneteskan air matanya.
"paman yan, tapi sekarang aku sudah dewasa aku yakin jika aku bisa menjaga diriku sendiri."ujar Alena sambil mengusap air matanya.
"benar paman yan, walau pun aku tidak kaya, akan tetapi aku sangat mencintai Alena...! Dan aku akan berusaha untuk membahagiakannya."ujar Geri sambil menggenggam tangan Alena.
Tin...!
Tin...!
Tin...!
terdengar suara mobil masuk ke halaman.
"kebetulan tuan muda sudah pulang."ujar paman yan sambil berdiri dari tempat duduknya.
paman yan kemudian langsung berjalan untuk membukakan pintu.
"Geri itu pasti paman Narendra."ujar Alena berbisik di telinga Geri.
"biarkan saja."ujar Geri sambil tersenyum.
Tidak lama kemudian terlihat paman yan berjalan di belakang Narendra.
gluk...!
Terdengar suara Alena menelan ludahnya sendiri.
Narendra berjalan mendekati mereka sambil menatap wajah Alena dengan tatapan mata yang tajam.
Narendra kemudian langsung duduk di kursi yang berada di hadapan Alena.
"paman, ternyata kamu sudah pulang, aku pikir kamu akan lembur dan tidak bisa pulang cepat hari ini."ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah Narendra.
Narendra menatap tajam ke arah Alena dan juga Geri.
"ehem...ehem... paman perkenalkan ini Geri tunanganku."ujar Alena sambil merangkul lengan Geri.
"hallo...dokter Narendra, saya susah sering mendengar tentang anda, yang saya tahu anda adalah seorang dokter spesialis jantung dan juga syaraf"ujar Geri sambil tersenyum canggung ke arah Narendra.
"baiklah."ujar Narendra dingin.
Alena dan geri terdiam mendengar ucapan Narendra yang terasa sangat menakutkan.
"Alena ikut aku sebentar."ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
"baik paman."ujar Alena sambil berjalan di belakang Narendra.
Sesampainya di balkon.
"apakah kamu akan menikah dengan pria yang berada di bawah itu...?"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
Alena kemudian langsung menundukkan kepalanya.
"iya itu benar paman."ujar Alena lirih.
"Alena apakah kamu sudah tidak punyak ot*k, apa sebenarnya yang ada di dalam pikiranmu...? Memangnya sudah tidak ada lagi pria yang lebih baik...? Kenapa kamu harus memilih pria yang seperti itu...?"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
"paman, Geri orangnya sangat baik kok."ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"kamu bilang dia baik...? Akan tetapi kenapa aku tidak bisa melihatnya...? Coba kamu katakan kepadaku di mana baiknya dia"ujar Narendra dengan suara yang keras.
"wah...wah...wah...dia terlihat sangat marah...! Bagaimana ini...? aduh rasanya hatiku ini sangat senang...!"ujar Alena dalam hatinya.
"paman aku dan dia sudah berpacaran selama satu tahun terakhir, dan selama itu pula dia sangat baik kepadaku."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"akan tetapi kamu tidak boleh menikah sekarang, kamu baru saja lulus..!"ujar Narendra dengan intonasi suara yang keras.
"di sekolah juga sudah banyak pasangan yang menikah walau pun belum lulus."ujar Alena sambil memalingkan wajahnya.
"Alena...!"ujar Narendra sambil melangkah ke hadapan Alena.
"pernikahan bukanlah mainan untuk anak kecil...! Kamu sekarang bukanlah anak kecil lagi, Jagan bersikap keras kepala lagi, oke...!"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
"aku tidak keras kepala kok paman...! Aku dan geri benar-benar ingin serius...!"ujar Alena pelan.
"aku sangat-sangat tidak setuju..! kalau kamu ingin menikah maka tunggu sampai kamu memiliki sebuah pekerjaan tetap dan dia mampu untuk menghidupi keluarga...!"ujar Narendra sambil meninju tembok yang berada di belakang Alena.
"paman, apakah kamu tidak ingin jika aku menikah dengan orang lain...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"tidak...!"ujar Narendra sambil melangkah mundur dari hadapan Alena.
"sepertinya kamu yang terlalu banyak berpikir, aku hanya."ujar Narendra sambil memalingkan wajahnya dari tatapan mata Alena.
"paman kamu mengaku saja...! Sebenarnya kamu tidak ingin jika aku sampai menikah dengan orang lain kan...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
Alena kemudian berjalan mendekati Narendra, setengah dekat Alena kemudian langsung menarik kerah baju Narendra sehingga wajahnya dan Alena saling bertatapan.
"tuan Narendra kamu menyukai aku kan...?"ujar Alena sambil menatap mata Narendra.
Narendra menatap mata Alena, akan tetapi Narendra melepaskan tangan Alena dari bajunya.
"tidak, aku hanya tidak ingin kamu menikah dengan pria yang tidak berguna seperti itu."ujar Narendra sambil memutar tubuhnya sehingga posisinya membelakangi Alena.
Alena kemudian berjalan ke hadapan Narendra.
"kamu berbohong, jelas-jelas kamu sedang cemburu...! Karena kamu juga menyukai aku, jadi kamu merasa jika pria itu tidak berguna, dan dengan alasan itu juga kamu tidak mengizinkan aku untuk menikah dengan orang lain...!"ujar Alexa sambil menatap wajah Narendra.
"Alena Jagan bersikap keras kepala seperti ini...! Aku memperhatikanmu karena kamu adalah juniorku, aku tidak ingin kamu memilih Jagan yang salah di dalam hidupmu...!" ujar Narendra sambil mencengkram lengan Alena.
"tidak...!"ujar Alena sambil melepaskan tangannya dari genggaman tangan Narendra.
"aku tahu jika sebenarnya kamu juga mencintai aku...!"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"sudahkah nak, aku selalu menganggap kamu sebagai juniorku."ujar Narendra sambil menghela nafas panjang.
"apakah tidak pernah ada perasaan cinta sedikit saja...?"ujar Alena sambil meneteskan air matanya.
"Alena..!"ujar Narendra sambil berusaha untuk meraih tangan Alena, akan tetapi Alena langsung berjalan keluar dari dalam balkon tersebut.