Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bu Guru Cantik
Ketika berada di ruang tunggu bersama para wali murid lain. Lara mendapatkan telepon dari rumah utama.
"Halo, Kim, ada apa?" tanya Lara melalui sambungan telepon, kedua alisnya mengernyit ketika mendengar putrinya terdengar sangat panik. Namun, setelah mendengar penjelasan putrinya tentang apa yang sedang terjadi di rumah utama, Lara buru-buru beranjak pulang rumah, tapi ia tidak lupa menelepon Logan lebih dulu agar nanti menjemput Mia.
*
*
Jam 10 pagi, para murid TK sudah tidak banyak drama saat pertama kali masuk kelas. Lima belas murid di sana tampak tenang dan bergembira mengikuti pelajaran yang sangat menyenangkan terlebih lagi wali kelas sangat baik, ramah dan penyayang.
Mia tersenyum seraya memperhatikan hasil karyanya. Ya, setiap murid di persilahkan menggambar sesuatu, apa saja yang ada di imajinasi mereka.
"Ibu Guru, lihat hasil karyaku," ucap Mia seraya menyerahkan bukunya kepada wali kelasnya.
"Wah, Mia hebat sekali, hasil gambarnya sangat bagus," puji guru tersebut seraya mengelus pucuk kepala Mia penuh kelembutan. Meskipun hasil karya Mia masih berantakan tapi untuk seusia Mia sangat bagus bisa menghasilan gambar seperti itu, dan gadis kecil itu patut mendapatkan apresiasi berupa pujian yang tulus agar semakin semangat belajarnya.
"Terima kasih, Ibu guru cantik," jawab Mia tersipu malu seraya mengedipkan kedua kelopak matanya berulang kali saat menatap Ibu Guru. Gadis kecil itu sangat cantik dan menggemaskan.
"Tapi, kenapa gambarnya hanya ada Daddy dan Mia? Di mana Mommy?" tanya Bu Guru tersebut, penasaran.
Senyuman Mia seketika redup dari wajah manisnya, lalu menundukkan kepala.
Melihat reaksi Mia seperti itu, Bu Guru cantik itu langsung berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi badan Mia.
"Apa Ibu Guru membuatmu sedih?"
Mia mengangguk sedih.
"Oh, maaf, sayangku," jawab Guru tersebut merasa bersalah, lalu memeluk Mia erat.
Mia membalas pelukan gurunya erat. "Kata Daddy, Mommy sudah pergi ketika aku lahir ke dunia ini," ucap Mia lirih, penuh kesedihan yang begitu dalam.
Guru cantik itu mengusap punggung Mia penuh kelembutan dan kasih sayang. Hatinya ikut sedih mendengar penjelasan Mia. Gadis kecil ini ternyata sudah kehilangan ibunya sejak bayi? Ya Tuhan, ia tidak bisa membayangkan betapa beratnya kehidupan Mia tanpa kekasih sayang seorang ibu.
"Jangan sedih lagi, Sayang," ucap guru tersebut, seraya mengurai pelukan.
Mia mengangguk dan tersenyum tipis. "Ibu Guru sangat baik dan cantik. Apakah Ibu guru mau menjadi Mommy-ku?" pertanyaan polos Mia membuat senyuman guru cantik itu merekah.
"Sayang, Ibu Guru tidak bisa menjadi Mommy-mu," jawabnya seraya menjawil hidung mancung Mia.
"Kenapa?"
"Karena Bu Guru dan Daddy Mia tidak saling kenal," jawabannya simpel dan mudah di mengerti anak-anak.
Mia menganggukkan kepala beberapa kali bertanda paham, "kalau begitu, aku akan mengenalkan Bu Guru dan Daddy, bagaimana?" Mia tersenyum riang memperlihatkan deretan gigi susunya yang rapi dan putih.
Guru cantik itu tersenyum lalu menggelengkan kepala. "Lain kali saja, okey!" jawabnya seraya beranjak berdiri dan mengacak rambut Mia dengan gemas dan penuh kasih sayang.
Bibir Mia cemberut tidak puas mendengar jawaban gurunya.
"Ayolah, Bu Guru Keira," rengek Mia, memohon. "Pleaseeeeeeeeee," mohonnya lagi seraya menyatukan kedua tangan di bawah dagu, dan memperlihatkan tatapan menggemaskan yang akhirnya membuat Gurunya tak mampu menolaknya.
"Baiklah, tapi lain kali ya, soalnya Bu Guru sangat sibuk, bukankah Daddy Mia juga sibuk?"
"Ah, benar juga," jawab Mia menganggukkan kepala beberapa kali.
Keira terkekeh melihat tingkah gadis tersebut.
*
*
Tidak terasa jam pulang sekolah telah usai. Satu persatu murid di TK tersebut berhambur keluar kelas setelah berpamitan kepada wali kelas masing-masing.
"GrandMa, di mana?" Mia celingukan di dekat ruang tunggu, ia tidak melihat neneknya di sana. "Kenapa tidak ada di ruang tunggu?"