Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
026 - Kencan Selanjutnya
Pretty mengulas senyumnya saat memasuki mobil mewah yang dikemudikan oleh pria tampan yang sudah menunggu dengan tidak sabar.
Pria itu merasa frustrasi lantaran senyum manis wanita cantik itu seakan membuyarkan semua rasa kesalnya.
Pria itu adalah Saka. Kesabaran yang setipis tisu dibagi dua dan direndam dalam air panas mendidih, itulah yang ia rasakan saat hampir seminggu ini, seorang wanita cantik sungguh membuatnya nyaris gila.
Semua telepon dan pesan yang dikirimkan Saka, sukses diabaikan oleh wanita itu.
Tak ada cara bagi Saka untuk menghubunginya, bahkan mengerahkan detektif swasta untuk mencari wanita ini sungguh sia-sia lantaran minimnya informasi tentang wanita misterius yang saat ini dikencani Saka.
Namun akhirnya wanita cantik dengan senyum memikat itu mampu meredakan semua kemarahan dan kekesalan Saka atas penantian yang menguji secara klinis kesabarannya.
Kencan mereka kali ini, Saka membawa wanita cantik itu pergi ke sebuah restoran yang berada di luar kota.
Saka menyewa area outdoor restoran yang langsung menghadap ke arah pantai selama mereka makan malam agar tidak ada seorang pun yang akan mengganggu kebersamaan mereka.
Saka langsung membawa wanita cantik itu untuk bersandar di dadanya sambil menyaksikan matahari terbenam di hadapan mereka.
"Pretty, apa kau sungguh marah padaku?" tanya Saka.
"Marah? Untuk apa aku marah?" tanya Pretty.
"Lantas mengapa kau mengabaikan semua telepon dan pesan yang kukirimkan padamu?" tanya Saka lagi.
Pretty masih tetap tersenyum melihat ekspresi Saka yang benar-benar kusut.
"Aku tidak bermaksud mengabaikan semua telepon dan pesan yang kau kirimkan. Ponselku mendadak rusak dan aku baru saja membeli yang baru karena yang lama ternyata sudah tidak bisa diperbaiki," Jelita beralasan.
Saka melemparkan tatapan penuh selidik.
"Alasan," cibir Saka.
Wanita cantik itu tersenyum dan langsung mengusap wajah Saka dengan jemarinya.
"Apa kau sungguh merindukanku?" tanya wanita itu dengan tatapan menggoda.
"Tidak," jawab Saka.
"Oh, jadi rinduku ini hanya sepihak ya?" tanya Jelita.
"Tidak seperti itu," jawab Saka. "Sekarang aku sudah tidak merindukanmu, karena kau sudah ada dalam pelukanku seperti ini.”
Pretty kembali tersenyum, pria ini sungguh bersikap manis saat bersama Pretty.
"Permisi.”
Pelayan menyapa mereka sambil mengantarkan makan malam.
"Jadi, siapa orang-orang yang kau temui itu sampai kau membatalkan kencan kita?" tanya Pretty sambil menyuapkan spaghetti ke mulutnya.
Wanita cantik bersenyum menawan itu ingin tahu, apakah Saka bisa bersikap jujur di depan Pretty.
"Oh, itu.. Hanya rekan bisnis," jawab Saka.
Dasar pria tukang bohong, Pretty membatin.
"Hmm, mereka pasti rekan bisnis yang begitu penting, sampai-sampai kau membatalkan kencan kita," kata Pretty.
"Pretty, kau sungguh masih begitu marah?" tanya Saka.
"Tidak. Aku tidak marah, Saka. Aku hanya meminta penjelasan darimu saja," jawab Pretty.
"Akan kupastikan hal seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi di kemudian hari," ucap Saka.
Pretty masih mempertahankan senyumnya sambil meneguk air mineral.
Setelah makan malam, mereka berdua berjalan-jalan sambil bergandengan tangan menyusuri tepi pantai.
"Tempat ini sungguh sangat indah, apa kau sering pergi ke sini?" tanya Pretty.
"Kau suka?" tanya Saka.
"Sangat. Aku suka tempat tenang seperti ini," jawab Pretty.
"Apa kau mau menerima tempat ini jika aku memberikannya untukmu?" tanya Saka.
"Haha!" Pretty tertawa.
"Kenapa kau malah tertawa? Aku sedang serius, Pretty," Saka bersungut-sungut.
"Aku tidak butuh tempat ini. Aku hanya membutuhkanmu," ucap Pretty.
Saka menahan langkah wanita cantik itu, menatap mata wanita itu dalam-dalam.
"Seberapa besar kau membutuhkanku?" tanya Saka.
"Hmm, mungkin sebesar kau membutuhkanku. Yah, itu juga kalau kau memang membutuhkanku," jawab Pretty.
Saka mengulas senyumnya, saat ini kupu-kupu sedang bergejolak di dalam perutnya.
Saka segera meraup wajah cantik di depannya dan langsung mencium bibir itu dengan penuh damba.
Wanita cantik itu pun membalas ciuman Saka dengan gairah yang sama.
...***...
"Aahh!"
"Aahh! Saka!"
Saka tersenyum puas saat wanita dalam pelukannya saat ini lagi-lagi mencapai puncaknya.
Tubuhnya mengejang dengan bermandikan peluh. Sungguh pemandangan yang benar-benar membuat Saka makin terbakar gairah untuk memompa tubuh wanita itu lagi dan lagi.
Ia menyukai wanita yang membuatnya tergila-gila seperti ini.
Ia menginginkan wanita ini untuk menjadi miliknya, seutuhnya.
Entah sudah berapa kali ia menumpahkan benih-benihnya ke dalam rahim wanita itu.
Yang pasti ia yakin, benihnya tak mungkin berkembang karena penyakit yang dideritanya.
"Pretty.."
Saka menciumi bibir wanitanya yang terengah-engah kelelahan. Wanita cantik menyambut kembali bibir Saka.
"Saka, aku ingin kau jujur padaku," kata Pretty.
"Apa itu?"
"Apa saat ini kau merasa puas?" tanya Pretty.
Saka memasang ekspresi seriusnya.
"Tidak," jawabnya.
"Apa? Kau tidak puas?" tanya Pretty terkejut.
"Ya, mana bisa aku merasa puas saat bersamamu. Aku selalu ingin lebih dan lebih," jawab Saka sambil menciumi rahang wanitanya.
"Haha," wanita cantik itu kembali tertawa.
"Aku sungguh ingin membawamu ke tempat tidurku, lalu memberimu kenikmatan seperti ini setiap malam," ucap Saka sambil memainkan jarinya di pucuk dada wanitanya.
"Bagaimana? Apa kau mau?" tanya Saka.
"Hmm, tidak," jawab Pretty dengan tegas.
"A-apa? Kau tidak mau?" Saka terperangah.
"Ya, aku tidak mau," jawab Pretty.
"Kenapa kau tidak mau?" tanya Saka.
"Tentu saja, aku tidak mau kau hanya membawaku ke tempat tidurmu setiap malam. Aku ini bukan bantal," protes Pretty.
"Haha," Saka tertawa.
"Jadi, apa yang kau mau?" tanya Saka.
"Kau," jawab Pretty dengan manja.
"Haha!" Saka tertawa dan mengajak wanitanya untuk melanjutkan kembali permainan panas mereka.
...***...
Jelita terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa saat ini Saka sedang memeluknya begitu erat.
Jelita memandangi wajah Saka yang masih terlelap karena kelelahan.
Jelita sungguh tak habis pikir, bagaimana bisa pria ini bersikap begitu manis di hadapan Pretty, dan bersikap begitu dingin di depan Jelita?
Pria itu bisa menyentuh, mencium, mencumbu, dan merayu Pretty seperti itu.
Bahkan meminta Pretty untuk tidur di tempat tidurnya.
Sementara Jelita, hanya disimpan di dalam lemari pakaiannya.
Pria itu sungguh terlalu!
Jelita menepis semua pemikirannya itu, ia segera beranjak dari tempat tidur, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
...***...
Pasangan yang tengah dimabuk asmara itu langsung menuju ke area outdoor begitu tiba di restoran untuk menikmati sarapan.
Ombak yang tenang berkejaran di bibir pantai. Udara terasa begitu sejuk karena semalam hujan mengguyur deras.
Saka benar-benar merasa senang karena bisa menghabiskan waktunya bersama wanita berparas cantik dan murah senyum itu.
Saka mengambil tangan wanita itu dan menciuminya dengan penuh damba.
"Lho, Saka?”
Saka menoleh saat melihat seseorang menghampirinya.
...----------------...