NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Konflik etika / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: echa wartuti

Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.

Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutang 3 Miliyar

Hariz dan Aluna masuk ke satu mobil yang sama dan duduk bersebelahan. Setelah itu mobil pun melaju meninggalkan rumah besar tersebut. Mobil melaju ke luar perumahan an bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Waktu baru menunjukkan pukul 9 pagi dan jalan masih cukup padat.

"Sayang, kamu belum mengatakan darimana kamu mendapatkan uang untuk kembali mendapatkan butikmu kembali?" tanya Hariz membuka obrolan.

Aluna tudak langsung menjawab, ia memberikan jeda sesaat.

"Sebenernya, bukan aku yang mendapatkan tempat itu lagi, tetapi Rania dan dia meminta padaku untuk mengelolanya," jawab Aluna.

Bohong? Itu jelas

"Rania?" Hariz mencoba mengingat-ingat nama yang tidak asing itu. "Maksudmu, Rania teman kamu waktu kamu kuliah?" tebak Hariz.

"Hmm, dia masih menjadi teman baikku sampai sekarang," koreksi Aluna.

Entah mengapa Aluna belum merasa yakin untuk mengatakan hal yang sejujurnya kepada Hariz tentang uang dan aset yang diberikan oleh mendiang Yandi untuk dirinya. Bukan bermaksud untuk merahasiakan hal itu dari Hariz, tetapi situasi keluarga yang masih kacau membuat Aluna merasa ragu.

"Jadi kamu bekerja untuk Rania?" tanya Hariz.

"Bia dibilang tidak. Dia memberikan hak penuh padaku. Bisa dibilang kalau dia meminjamkan modal padaku," bohong Aluna lagi.

"Kenapa kamu tidak memberitahu tahuku. Kenapa harus berhutang pada orang lain?" Hariz kesal sebab merasa harga dirinya direndahkan. Apalagi jika sampai semua orang tahu istri pengusaha Hariz Devandra berhutang pada orang lain.

"Apa jika aku memberitahu ini padamu kamu mau melakukan itu? Aku meminta nominal jauh dari harga sewa tempat itu saja kamu tidak memberikannya. Padahal itu untuk berobat mendiang mama," ujar Aluna kesal setiap kali mengingat peristiwa itu.

"Aluna … tolong jangan bahas itu lagi," pinta Hariz.

"Kenyataan, bukan?" desis Aluna.

"Bagaimana caranya supaya aku bisa menebus kesalahan itu. Apa aku harus bersujud di depan makan orangtuamu berhari-hari?" tanya Hariz.

"Lakukan saja jika kamu mau," tantang Aluna.

Diam, mereka memilih saling diam. Aluna duduk sembari melipat kedua tangannya di depan dada lantas melihat ke samping dengan raut muka marah.

"Oke, kita bahas yang lain. Berapa modal yang Rania pinjamkan untukmu?" tanya Hariz. Nada bicaranya sudah melunak.

"Kenapa memangnya?" tanya Aluna tanpa melihat ke arah Hariz.

"Aku akan mengembalikan uang milik Rania. Agar kamu tidak perlu memikirkan untuk mengembalikan uang itu," jawab Hariz.

"Yakin mau bantu?" Aluna menoleh ke arah Hariz.

"Ya," jawab Hariz. "Jadi berapa?" tanya Hariz.

"Hampir 3M," celetuk Aluna.

"Segitu banyak?" tanya Hariz.

"Hmm, dia sangat percaya padaku bisa mengelola tempat itu lagi. Dan dia juga mengatakan tidak harus membayar semua sekaligus. Aku bisa mencicilnya," jelas Aluna.

"Tidak perlu. Hari ini juga aku akan mengembalikan uang itu pada Rania," ucap Hariz yakin sebab ia merasa tidak akan memiliki muka jika berhadapan nanti dengan Rania mengingat dirinya merupakan pengusaha yang sukses.

"Benarkah kamu mau melakukan itu?" tanya Aluna antusias.

Yes

"Iya, Sayang." Hariz menoleh ke arah Aluna tersenyum kemudian mengusap ujung kepala Aluna.

Obrolan mereka terhenti ketika mobil mereka mendekati pusat perbelanjaan elite di mana butik Aluna berdiri. Setelah memarkirkan mobilnya keduanya turun dari mobil Hariz melingkarkan tangannya di sepanjang pinggang Aluna berjalan bersama-sama masuk ke pusat perbelanjaan. Sampai di butik, Aluna melakuan briefing bersama beberapa pegawainya. Selesai dengan itu Aluna menghampiri Hariz yang sedang duduk bersama Rania dan Farel.

"Maaf aku lama ya?" Aluna mengambil duduk di samping Hariz.

"Tidak masalah. Kamu sudah selesai?" tanya Hariz. Tangannya terulur untuk mengenggam tangan Aluna.

"Siap untuk memulai ini kembali?" tanya Rania.

"Tentu saja," seru Aluna.

"Kalian mau kopi, aku akan buatkan," tawar Aluna.

"Tidak perlu, Aluna. Duduklah," tolak Rania.

"Ya, Aluna. Kita lama tidak mengobrol, duduklah," imbuh Farel.

"Baiklah, sesuai keinginan kalian," ucap Aluna.

"Maaf, Rania, aku ingin bicara denganmu dan suamimu," izin Hariz.

"Oh, tentu. Silahkan," ucap Farel.

"Kata Aluna kalian meminjamkan modal untuk Aluna hampir 3M. Aku akan mengembalikan uang itu," ucap Hariz.

"Modal? 3M?" Mata Rania membulat mendengar nominal itu. Dia mendapatkan butik itu kembali saja tidak sampai 500 juta. Pemilik sebelumnya hanya meminta mengganti biaya sewanya saja dan itupun sudah Aluna kembalikan.

Rania pun melihat ke arah Aluna meminta penjelasan begitu juga dengan Farel. Aluna langsung memberikan isyarat pada Rania yang awalnya tidak Rania pahami.

"Ya, itu tidak maslah." Ternyata Farel lebih tanggap dari Rania. "Aluna pernah membantu kami. Jadi ... waktu dia datang pada kami apa salahnya jika kami membantunya," ucap Farel yang sebenarnya ingin menyindir Hariz.

"Aku berterima kasih untuk itu. Maaf jika aku sudah merepotkan kalian." Hariz mencoba mengontrol emosinya meskipun sebenarnya ia kesal mendengar ucapan Farel. "Aku sudah menghubungi asistenku sebentar lagi dia akan ke sini membawa cek dengan nominal tersebut," sambungnya.

"Terima kasih," ucap Rania kikuk sembari menatap Aluna.

Aluna sengaja melihat ke arah lain sebab tak kuat menahan tawanya lagi.

"Aluna," panggil Hariz.

"Ya." Aluna dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya lantas menoleh ke arah Hariz. "Mulai sekarang jika kamu membutuhkan sesautu katakan padaku. Jangan merepotkan orang lain lagi," pesan Hariz.

"Baik, Mas. Terima kasih sudah membantuku kali ini," ucap Aluna kemudian memberikan pelukan untuk Hariz.

Rania yang melihat itu hanya tersenyum diikuti tawa kecilnya.

Waktu sudah mulai siang, waktu pembukaan butik itu di mulai. Butik dengan nama De Luna akhirnya dibuka untuk umum. Di hari pertama banyak pengunjung yang datang untuk melihat-lihat. Kebanyakan pengunjung adalah pelanggan lama Aluna, mereka langsung memenuhi meja Aluna untuk memesan pakaian, juga tas. Beberapa dari mereka juga meminta dibuatkan desain perhiasan dari Aluna.

"Wow, Aluna. Permulaan yang bagus," puji Farel.

"Benar sekali, Aluna," imbuh Rania.

"Terima kasih, Farel. Ini berkat kalian kamu dan Rania juga," balas Aluna. "Dan terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang."

"Sama-sama, Aluna," ucap Farel dan Rania bersamaan.

Setelah tempat itu mulai sepi Aluna kembali bergabung dengan dan Rania juga suaminya sedangkan Farel sudah pergi lebih dulu karena ada urusan pekerjaan. Di sana juga sudah ada asisten suaminya.

"Capek, Sayang." Hariz memberikan pelukan pada Aluna.

"Ya, tapi aku senang," ucap Aluna menarik diri dari pelukan sang suami.

"Dion, mana barang yang aku minta," tanya Hariz pada asistennya.

"Ini, Tuan." Dion mengambil selembar cek dengan nominal 3M dari dalam tasnya.

"Ini, Rania." Hariz memberikan selembar cek itu kepada Rania. "Terimalah."

"Baiklah aku terima. Terima kasih sebelumnya," ucap Rania.

Hariz merespon dengan senyuman. Pandangannya kini beralih pada Aluna.

"Sayang, aku harus pergi. Ada pekerjaan mendadak. Tidak apa-apa, ka?" tanya Hariz disambut gelengan oleh Aluna. "Jika kamu sudah selesai hubungi aku. Aku akan menjemputmu," pesan Hariz.

"Baiklah, kamu hati-hati di jalan," ucap Aluna disambut anggukkan oleh Hariz.

"Aku pergi." Hariz mengecup kening Aluna kemudian pergi dari tempat itu.

Aluna mengela napas panjang kemudian duduk di sofa di dekatnya sedangkan Rania masih berdiri melihat Hariz dan memastikan laki-laki itu sudah pergi jauh dari tempat mereka.

"Astaga, Aluna. Kamu memang cerdik," seru Rania. "Cek 3M." Rania mengipasi wajahnya dengan selembar cek di tangannya.

Aluna hanya tertawa kecil melihat tingkah Rania yang menurutnya lucu lantas menerima cek yang diberikan oleh Rania.

1
Nenti Malau
uda kuduka elgar anak bramantiyo
Sunaryati
Maaf tulisan amboradol
Maricha: 😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
Sunaryati
Benarkan Elgar bukan orang sembarangan, dia ingin menyelamatkan Aluna dari pengkhotbanan suaminya
Sunaryati
Nah gitu jangan ada perzinahan Aluna dan Elgar, sudah banyak bukti segera gugat ccersi, Elgar pasti bukan orang sembarangan, kau akan terlindungi Aluna
Maricha: thank you kakak udah mampir🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Sunaryati
Lho kok Aluna sama rendahnya dengan Camelia, kalau Camelia dan Hariz, malah sudah suami istri sedangkan Aluna dan Elgar tak ada ikatan apa- apa. Elgar kau yang masih waras hentikan keinginan, Aluna. Aluna jangan jadi wanita murahan, jika tidak kau lakukan Elgar, aku berhenti membaca ceritamu
Maricha: Terima kasih udah mampir, Kakak 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Sunaryati
Baru mampir lanjuut baca maraton, dan suka . Masa Hariz menjijikkan menikahdiam- dami dengan tante- tante.
Pasti Elgar pemilik hotel itu, dan dia menyukai Aluna. Syukurlah Luna belum punya anak dengan Hariz. Saya yakin setelah terbongkar kebusukan Hariz, perusahaannya akan hancur.
Thoor jika perceraian Aluna dan Hariz, cepet, atas bantuan Elgar, tak kasih nilai 5 bintang
Maricha: terima kasih kakak 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Nenti Malau
smngat rhor nulisnya
Maricha: Terima kasih kakak sudah mampir 🥰🥰🥰🥰💪💪💪💪
total 1 replies
Lili Inggrid
lanjut
Maricha: siap kakak. Terima kasih sudah mampir
total 1 replies
maya puspitasa
ceritanya seru ka hayo semangat dilanjutin ka novelnya
Maricha: ty Kaka sudah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!