Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merawat tuan muda
Dyah membuka pintunya melihat adiknya masih tidur ada rasa bersalah yang dirasakan oleh Dyah sudah tiga hari dia tidur bersama Aquira, Dyah mengusap kepala Fathan.
" Kakak" sahut Fathan, Dyah tersenyum. " Fathan sekarang bersiap untuk ke sekolah ya, hari ini Fathan makannya langsung di dapur ya sayang soalnya tuan muda sedang kurang sehat, kakak mengantarkan makanan untuk tuan muda" kata Dyah.
" Baik kak, kakak tenang saja Fathan kan sudah besar" kata Fathan, tersenyum. Dyah mengelus rambut adiknya dan keluar menuju dapur.
Kamar Aquira.
Aquira bangun dari tidurnya melihat sekitarnya tak ada Dyah. " Bunda dimana ya pasti di kamar kak Fathan, Ira mau bunda" kata Aquira, turun dari kasur dan keluar kamar mencari Dyah.
Dengan langkah kaki kecilnya Aquira turun tangga. " Nona mau kemana? " Bibi Ina, melihat Aquira ketika dia membersihkan ruangan.
" Bibi Ira mau ke tempat bunda" kata Aquira, mengucek matamya. Bibi Ina tersenyum. " Ayo nona bibi gendong" kata Bibi Ina, meletakan sapu di dinding kemudian menggendong Aquira menuju dapur.
" Bibi bubur untuk tuan muda sudah siap? " Dyah. Bibi tersenyum. " Sudah Dyah ini bibi buat susu juga untuk tuan muda" kata Bibi Sumi meletakan bubur dan susu di depan Dyah.
" Bi siapkan juga kompres ya bi" kata Dyah. " Nanti bibi antar ke atas ya" sahut bibi Sumi. Ketika Dyah ingin ke atas terdengar suara kecil memanggilnya.
" Bunda" panggil Aquira dalam gendongan bibi Ina, Aquira turun dari gendongan bibi Ina dan memeluk kaki Dyah.
" Bunda mau kemana, apa itu?" Aquira. " Bunda ingin ke kamar papi nona, nona ingin ikut" kata Dyah.
" Ya bunda Ira ingin papi kemaren Ira tak melihat papi" kata Aquira dengan sedih. " Nona jangan sedih nanti bunda juga sedih, ayo kita ke kamar papi. Bi tolong siapkan makanan untuk Fatha soalnya Dyah belum sempat" kata Dyah.
" Kamu tenang saja nanti bibi akan buatkan" kata Bibi Ina. Dyah mengucapkan terima kasih dan langsung ke kamar Azka.
" Bibi Dyah seperti istrinya tuan muda saja" kata bibi Ina sambil tertawa. " Ups jangan asal bicara aku siapkan bekal untuk Fathan dulu nanti dia telat" kata Bibi Sumi. Mereka melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
Tok, tok, tok
" Masuk" kata Azka bersandar di kasurnya sambil memejamkan matanya. " Papi " teriak Aquira langsung berlarian ke tempat Azka.
"Ira jangan lari nanti jatuh sayang" kata Dyah. " Maaf bunda" kata Aquira sambil tersenyum berjalan dengan pelan.
Dengan hati-hati Aquira naik kasur dan memeluk Azka. " Papi sakit" kata Aquira, menyentuh kening Azka. Azka tersenyum melihat perhatian putrinya.
" Tidak sayang papi hanya pusing" kata Azka, memeluk putrinya. " Maaf tuan ini bubur dan susunya jangan lupa di makan, tuan ini termometer " kata Dyah, memberikan alat yang sempat dia ambil di kotak obat.
Azka mengambilnya dan mengukur suhunya setelah beberapa menit dia berikan pada Dyah, Dyah melihatnya.
" Tuan suhunya 30 derajat saya panggilkan dokter, tuan" kata Dyah, Azka menggelengkan kepalanya.
" Tuan saya bantu suapi buburnya" kata Dyah dengan hati-hati, Azka melihatnya dan menanggukan kepalanya.
Dengan perhatian Dyah menyuapi bubur pada Azka sekali Aquira juga ingin bubur, hingga Dyah menyuapi mereka berdua.
" Dyah ini kompresannya" kata Bibi Sumi masuk ke dalam, Dyah tidak menutup pintu kamar agar terlihat oleh lainnya.
" Terima kasih bi, Bi Fathan gimana? " Dyah memikirkan adiknya. " Fathan sudah berangkat ke sekolah" sahut Bibi Sumi.
" Maaf bi Dyah merepotkan bibi" kata Dyah, Bibi Sumi tersenyum kemudian pamit. Azka menatap Dyah dan berrfikir pasti dia merasa lelah karena harus merawatku juga.