NovelToon NovelToon
License To Fight

License To Fight

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:136
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

LF: License to Fight

Dia memang seorang pria biasa, dia juga hanyalah pria yang ingin bebas dari pekerjaan penting nya. Apapun segala hal yang dia lakukan adalah hal yang nyata. Tanpa tugas, tanpa izin, dia bisa menjadi apapun.

Sepenuhnya menceritakan seorang Samuel yang bernama asli Ah-Duken. Dia hanyalah Pria yang harus menangani berbagai kasus yang tidak masuk akal, jika kasus nya tidak masuk akal, maka pekerjaan nya semakin tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8 Kecelakaan Pesawat Terbang

Terlihat Samuel berjalan tanpa koper di bandara. Tentu saja tak bawa koper, untuk apa pria sepertinya perlu membawa koper atau apapun itu, dia adalah pria yang simple, untuk apa koper jika itu hanya memberatkan saja. Saat ini, penerbangannya akan dimulai satu jam lagi.

"Masih lama ya? Apa yang harus kulakukan selama itu?" ia melihat sekitar dengan bingung dan berpikir-pikir untuk meluangkan waktunya selama 1 jam menunggu pesawat penerbangannya.

Pesawat itu akan menerbangkannya ke tempat asalnya yaitu Amerika Serikat. Selama jalur penerbangan pesawat akan melewati daerah bersalju yang saat ini diperkirakan aman oleh bandara tapi belum tentu juga akan ada bahaya nantinya.

Tiba-tiba ada wanita berjalan cepat.

"Permisi... permisi."

Dia berjalan tak tahu jalan dan akhirnya menabrak Samuel. Mereka yang bertabrakan tak menyebabkan kejatuhan apapun.

"Hah..... Maafkan aku Tuan!!" dia menatap Samuel dengan panik dan kebetulan melihat jadwal penerbangan.

"Oh bagus masih lama, aku pikir aku akan terlambat," dia tiba-tiba berbicara sendiri lalu meninggalkan Samuel begitu saja.

"Ada apa pada wanita itu?" Samuel bingung sendiri.

1 jam berlalu, Samuel sudah duduk di kursinya yang dekat dengan jendela.

"Haaa.... Akhirnya tugas ini selesai, sekarang tinggal nikmati ini semua, aku akan pulang dengan tenang dan tidur di kursi sofa ku sambil menonton TV lagi... Hahaha aku bahkan bisa membayangkannya."

Dia tersenyum senyum sendiri sambil melepaskan dirinya setelah lelah menjalankan misi di Jepang. Sesekali ia melirik ke jendela pesawat yang belum lepas landas. Lalu datang wanita berhenti berjalan dan mengatakan sesuatu padanya.

"Halo... Permisi, aku bisa duduk di sini nomor kartu ku dekat dengan bangku mu?"

Lalu Samuel menoleh dan terkejut karena itu adalah wanita yang menabraknya tadi. Wanita itu juga terkejut tak percaya bertemu dengan Samuel lagi.

"Oh.... Duduklah Nona Manis," dia mempersilahkan wanita itu duduk

"Ah terima kasih, apa kau dari Amerika, wajahmu sangat khas dari sana?"

"Aku memang berasal dari sana, aku juga tinggal di San Diego, bagaimana denganmu Nona Manis?" Samuel menatap.

"Um... Aku dari Jepang dan akan pergi ke Las Vegas."

"Las Vegas.. Tempat kota bebas!! Untuk apa kau ke sana, gadis Jepang sepertimu bisa saja tersesat."

"Ini bukanlah suatu masalah... Aku hanya menjual sesuatu di sana," balas wanita itu dengan menyembunyikan sesuatu membuat Samuel curiga.

"Aku harus tahu apa maksud dari wanita ini, kenapa aku jadi curiga sekali.... Tadi... Kenapa kau berlari sangat terburu buru?" tatap Samuel dengan serius.

"Aku hanya takut ketinggalan pesawat ini... Karena jika aku terlambat ke tempat tujuan... Sesuatu... E... Sesuatu..." wanita itu menjadi terpojok perkataan Samuel. Dia sendiri berbicara dengan mencurigakan.

"Terpancing kau tikus kecil..." Samuel menjadi tersenyum seringai.

"Um... Maaf kan aku... Aku tak bisa mengatakan nya... Tapi kenapa lidahku tadi berbicara begitu saja padanya... Aku hampir mengatakan nya tadi," wanita itu menatap dengan sedikit ketakutan.

"Baiklah... Fine, fine... Aku akan membaca buku saja. Btw wanita ini lancar juga bahasa Inggris nya," Samuel membuka buku miliknya dan mulai membaca. Dia bersikap seperti tak peduli agar wanita itu tak merasa dia di pojok oleh Samuel.

Tak lama kemudian di tengah nya membaca buku. Samuel mendengar bel panik dan bahaya dari pesawat. Tak hanya dia, semua orang pun juga mendengarnya.

"Apa yang terjadi... Apa yang terjadi di sini!!" semuanya mulai panik.

"Mohon tidak perlu panik, tolong kencangkan sabuk anda," kata suara pramugari.

Samuel melihat dari jendela bahwa mesin pesawat telah rusak dan tempat mereka saat ini ada di gunung bersalju. "Bagian pesawat yang seperti itu, sangatlah mudah di kendalikan pilot tapi... Ini lebih parah, apa itu tadi kemasukan sesuatu.... Tidak.... Mesin nya terbakar itu berarti memang mesin nya mengalami masalah!!"

"Apa yang terjadi?" wanita di sebelahnya tadi menjadi panik.

Samuel diam dan berkata. "Kita akan jatuh."

--

Di salju lebat, sebuah pesawat telah terkubur salju dan di sana Samuel berhasil keluar dari tumpukan badan pesawat. Sekali sangat parah jatuhnya tapi untungnya jatuhnya di salju lebat itu akan membuat kemungkinan luka kecil dalam untuk Samuel. Ia melihat sekitar banyak sekali mayat berserakan membeku di salju yang masih sangat lebat.

"Apa yang sebenarnya terjadi, aku benar benar tidak menyangka akan terjadi seperti ini.... Apa masih ada yang selamat..." ia melihat sekitar. Lalu ia mendengar suara dari dalam pesawat dan segera berlari kesana. Samuel berjalan mencari sumber suara itu dan rupanya wanita yang duduk disampingnya tadi yang merintih kesakitan dengan kakinya terjepit.

"Kau baik-baik saja?" Samuel membantunya melepas kakinya yang terjepit dari bangku.

"Ini sangat sakit, aku tak bisa menahan nya."

Wanita itu menangis kesakitan dengan kakinya yang terluka.

"Jangan khawatir, hanya kau dan aku yang selamat di sini."

"Apa!!! Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Pesawat ini telah terjatuh di sini, oh... Saljunya sudah reda, kau mau melihat keluar?" tawar samuel.

"Aku tidak bisa... Kaki ku sangat sakit untuk berjalan."

"Aku bisa membantumu," Samuel menggendongnya di dada dan dia berjalan keluar.

Sesampainya di luar, wanita itu langsung terkejut melihat para mayat yang berserakan tersebut. Ia bahkan sampai meremas kuat baju Samuel karena sangking takutnya.

"Kau baik-baik saja, haruskah aku menghapus semua mayat itu agar kau tidak ketakutan melihat mereka?"

Lalu wanita itu mengangguk pelan dengan wajah yang pucat.

--

Setelah selesai mengubur mereka. Salju lebat mulai kembali datang. Samuel segera masuk ke badan pesawat melihat wanita tadi duduk di bangku memegangi kakinya yang masih kesakitan. Samuel mengambil kotak medis dan mendekat padanya.

"Aku bisa menyentuhnya?" tatap nya lalu wanita itu mengangguk. Samuel menyentuh dan menekan pelan telapak kaki wanita itu, tiba tiba wanita itu berteriak sakit. "Aaaah..."

Dia berteriak bersamaan dengan Samuel yang menemukan masalahnya. "Rupanya patah tulang. Sementara aku akan memperban mu dulu," kata Samuel yang segera memperban dengan tongkat agar menjaga kestabilan tulang kaki nya.

Saat sudah selesai, wanita itu tampak menjadi lega. "Terima kasih, ini agak mengurangi rasa sakitnya."

"Tak apa... Ngomong ngomong siapa namamu?" tatap Samuel.

"Em... Ghaniya."

"Ghaniya, nama yang bagus... Lihatlah di luar, kau tak perlu takut lagi," Samuel menatap lalu wanita yang bernama Ghaniya itu melihat ke jendela ada banyak makam dengan batu sebagai pengganti batu nisan di sana. "K... Kau yang mengubur semua orang itu?"

"Yah begitulah."

"Pantas saja saat dia menyentuh kakiku tadi tangan nya benar benar sangat dingin. Tapi di sini ada 30 orang... Kau mengubur sebanyak itu?!"

"Yah begitulah," jawaban Samuel tetap sama.

"Dia benar benar hebat. Kau pasti kedinginan, kau pria yang baik menguburkan mereka semua."

"Terima kasih, tapi... Karena aku telah melakukan permintaanmu, bisa kau kabulkan permintaan ku juga?" tatap Samuel membuat nya terdiam bingung.

"Um... Baiklah... Ajukan lah... Tapi ini hanya sebisaku."

"Beritahu aku kenapa kau mau ke Las Vegas?" tanya Samuel. Seketika Ghaniya terkejut diam.

"Sebenarnya... Aku di jual oleh orang tuaku," kata Ghaniya, seketika pandangan Samuel menjadi terlurus kedepan tak percaya.

"Karena masalah kondisi keluarga, aku di jual pada pamanku yang merupakan seorang pendiri salah satu tempat judi di Las Vegas. Dia sangat kaya dan membayar orang tua ku sangat banyak. Aku tidak tahu akan di jadikan apa padanya nanti... Aku benar benar sangat takut."

"Kenapa kau tidak lari saja?"

"Lari akan percuma... Orang tuaku kadang menangis, marah dan memaksaku untuk ikut dengan pamanku, mereka benar benar tak peduli padaku... Hanya uang di mata mereka yang telah menggantikan aku sebagai putri tinggal mereka."

"Jika paman mu itu orang kaya, kenapa dia tak memberikanmu pesawat pribadi saja?"

"Aku menolaknya, aku takut pengawal yang ia kirim padaku suatu saat melakukan apapun padaku. Lalu aku berjanji padanya untuk menggunakan pesawat ekonomi umum dan tepat waktu ke sana. Sekarang ini benar benar terlambat."

"Wanita ini, dia sangat kasihan...." Samuel terdiam sebentar lalu melihat keluar.

"Semua hukum juga sama saja... Mereka tak pernah mempercayaiku dan membantuku... Jika sudah di bayar, pastinya mereka akan mau... Polisi sama sekali tak membantu," kata Ghaniya menambah ceritanya.

"Kau terlalu banyak masalah, istirahatlah," Samuel mengambil kain menyelimuti nya.

"Hei... Kau belum mengatakan namamu?" tatap Ghaniya. Samuel terdiam sebentar dan menjawab. "Samuel."

"Tuan Samuel... Jika kita mati di sini apa aku akan selamat dari masalah ini?" tatap Ghaniya. Tapi Samuel hanya terdiam tidak nyaman lalu berjalan pergi begitu saja membuat Ghaniya terdiam bingung.

Di luar salju kembali sedikit reda. Samuel masih bisa melihat banyak batu di sana karena pesawat jatuh di tengah gunung bersalju.

Dia lalu berjalan keluar sementara Ghaniya tertidur hangat di dalam pesawat.

Ghaniya terbangun saat malam hari. Hawa dingin mulai muncul membuatnya benar benar gemetar, di saat itu Samuel membuka pintu pesawat dan masuk lalu menutupnya lagi. "Huf.... Sangat lelah..." dia menghela napas panjang dengan banyak salju ada di tubuhnya. Ia lalu melihat Ghaniya yang kedinginan di tempatnya. "Kau kedinginan... Di sini selimutnya cuma sedikit dan yang lain basah karena salju ini," Samuel berpikir diam.

"Ta-tak apa apa... Aku heran kenapa kau tidak menunjukan gemetar kedinginan di sini?" tatap Ghaniya.

"Itu karena... Aku sudah terbiasa," balas Samuel. Lalu ia melepas bajunya membuat Ghaniya terkejut

"A-apa yang kau lakukan bejat!!" dia langsung menutup matanya. Tapi ia sedikit mengintip karena Samuel memiliki otot yang bagus di lengan dan perut dan dada nya.

"Inikah yang dia sebut terbiasa."

"Kemarilah," Samuel duduk di kursi lain sambil merentang tangan.

"A-apa maksudmu!!" Ghaniya menjadi berwajah merah.

"Kau lebih memilih kedinginan dan akan mati seperti itu, aku akan mengubur mu di sini dan akan membuat roh mu tidak tenang," Samuel menatap mengerikan membuat Ghaniya semakin takut.

"Ba-baiklah.... Berhenti membuatku paranoid," dia berdiri dengan selimut masih di tubuhnya lalu dia duduk di pangkuan Samuel.

"Aku bisa memelukmu bukan... Aku tidak bermaksud melakukan hal aneh padamu," kata Samuel. Lalu Ghaniya mengangguk.

Lalu Samuel memeluk Ghaniya dengan kedua tangannya seketika Ghaniya terdiam tak percaya merasakan sesuatu yang... "Ini hangat.... Sangat hangat," dia menjadi tersenyum senang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!