Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"pokok nya papa gak mau tau, Annisa harus masuk pesantren lulus smp nanti ,jangan ada yang membantah ,paham ? "
Anton dan Aris sudah tak berani melawan lagi, Andi sudah membentak dan terlihat sangat emosi ,menandakan sudah tak ada yang bisa membujuk Andi lagi, biasanya mendiang buk Sari yang bisa membujuk Andi beberapa kali.
"lagian papa gak buang dia kok , bagus kan di pesantren biar dia jadi anak yang sholehah yang bisa doain mama dan nenek nya" Andi mulai tenang dan merendahkan nada bicaranya , Andi berusaha membuat Anton dan Aris paham dan setuju dengan rencana nya.
..
Waktu terus berjalan dengan cepat, seperti hembusan angin yang menerpa tubuh kita ,terasa , namun berlalu dengan cepat, rumah mewah Andi semakin terasa sepi ,setelah kepindahan Anton dan Mirna juga meninggal nya buk Sari ,ditambah Aris yang mulai jarang pulang karena benar - benar sibuk dengan kuliah nya.
"pa ? kayak nya Aris ngekost aja deh "
Aris yang kini tengah menonton TV bersama Andi meminta izin untuk mencari tempat kost , Aris sudah hampir satu tahun kuliah,semakin banyak tugas yang wajib Aris kerjakan ,deadline Aris sudah menumpuk karena waktu nya yang hanya sedikit di tambah jarak rumah ke kampus yang cukup jauh membuat Aris kesusahan dan memilih untuk mencari tempat kost di dekat kampus nya.
"Aris ,walau kamu anak cowo tapi papa tetap khawatir kalau kamu kost , kenapa tidak di asrama saja ? fasilitas nya juga mempuni "
Andi menyaran kan hal lain untuk Aris, Andi sangat menyayangi Aris ,ia masih tak kuasa melepas Aris untuk tinggal sendirian.
"Ah males deh pa ,asrama tuh penuh , kalau gitu caranya Aris gak bakal bisa fokus belajar yang ada pasti cek - cok setiap hari sama teman se - asrama ,masalah ini lah,masalah itu lah ,ah bayangin nya aja udah ngeri please pa izinin Aris kost" Aris tetap pada pendirian nya,andi berpikir sejenak.
"Baiklah ,tapi dengan satu syarat , papa yang cariin tempat kost buat kamu" Andi akhirnya menyetujui keinginan anak kedua - nya itu, Aris setuju dengan syarat yang Andi berikan, karena bagi Aris ia tak peduli tempat nya di mana, Aris hanya ingin lebih dekat dengan kampus dan belajar dengan tenang.
"papa! kak Aris ! Ica mau masuk ke SMA ini" Annisa datang menghampiri Andi dan Aris di ruang tv, lalu menyimpan brosur salah satu sekolah SMA incaran Annisa, Andi melirik sekilas ke arah brosur itu , Aris mengambil brosur dan membaca nya.
"disana ada extrakulikuler sains nya , Ica pengen banget jadi saintis "
alasan Annisa ingin bersekolah disana karena Annisa sangat tertarik dengan sains.
"ujian kamu lancar yah ca?" Aris bertanya tentang ujian Annisa yang baru saja usai , Annisa hanya perlu menunggu hasil kelulusan saja.
"udah kak , jadi gimana pa ? boleh kan" Annisa kembali pada tujuan awal nya.
" hmm.. kamu setelah lulus smp nanti, papa udah rencanakan buat kirim kamu mondok di Jawa timur ,di kampung nya buk Mirah ada pesantren bagus dan terkenal , Kyai disana juga sangat disegani "
Annisa termenung mendengar ucapan Andi yang berniat mengirim nya ke pesantren yang jauh di luar kota bahkan diluar Provinsi, harapan nya untuk menjadi seorang ilmuwan harus kandas.
"tapi pa , Ica pengen jadi ilmuwan , Ica pengen sekolah aja pa " namun Annisa tak menyerah dan tetap pada keinginan nya untuk bersekolah.
"disana kamu pesantren sambil sekolah , tetap dapat ijazah dan ada pelajaran sains juga " niat Andi sudah tak bisa di rubah lagi, ia tetap ingin Annisa pergi mondok di Jawa timur.
"gak bisa di Jakarta aja kah pa? biar Ica bisa sering pulang ketemu papa" Annisa tertunduk ,ia sadar keinginan Andi sudah tidak bisa di lawan lagi ,namun Jawa timur terlalu jauh untuk Annisa yang saat ini berada di ibu kota , ia ingin tetap dekat dengan keluarganya.
Aris menatap adik - nya iba, Aris hanya diam tak bisa membantu apa - apa untuk Annisa.
"agama itu penting , dari pada kamu jadi ilmuwan , mending kamu belajar ilmu agama lebih dalam lagi" Andi menceramahi Annisa agar Annisa tak melawan kehendak nya lagi.
"oh ,jadi papa ,mau buang Annisa kan?" Annisa menatap tajam Andi , merasa Andi sudah tak menginginkan nya tinggal dirumah ini lagi.
"hey Ica ! ,jangan gitu ngomong nya " Aris yang khawatir mencoba menenangkan Annisa.
"diam kak Aris ! , kakak gak pernah tau rasanya jadi Ica , kalau emang agama itu penting bagi papa ,kenapa papa biarin kak Anton memimpin perusahaan langsung tanpa mondok dulu ? ,kenapa kak Aris bisa kuliah kedokteran tanpa harus mondok dulu? kenapa pa? karena papa benci Ica ? iya ? ok pa Ica bakal pergi sesuai keinginan papa! puas kan pa!"
Annisa bangkit dari duduk nya , Annisa sudah berada di puncak emosi nya ,setelah bertahun - tahun ia tahan ,kali ini Annisa merasa ayah nya justru ingin membuang nya dari rumah ini .
"Jawa timur katanya , hahahaha aku bahkan gak pernah keluar dari Jakarta"
sindir Annisa yang kini sedang berjalan menuju dapur, Annisa membuka pintu dapur dan melihat buk Mirah tengah duduk dan melamun.
"buk Mirah? " Annisa duduk di samping buk mirah dan menyapanya.
"kenapa buk ? ada masalah kah?" Annisa khawatir dengan buk Mirah, ia seketika melupakan emosi yang baru saja menggebu - gebu dalam dirinya.
"eh anu ,enggak ca ibu cuman kangen nenek aja " jawab buk Mirah gelagapan , Annisa tak yakin dengan jawaban buk Mirah.
"udah ah, buk Mirah mau masak dulu, kamu mau apa kedapur?" buk Mirah berjalan menuju kompor dan mulai memasak agar Annisa tak bertanya lagi.
"Ica kangen buk Mirah aja" Annisa memeluk buk Mirah dari belakang, buk Mirah tersenyum namun kali ini air mata nya juga ikut menetes ,untung saja Annisa tak menyadari itu.
"udah ah drama - dramaan - nya , mending bantuin kupas bawang ,ayo sana ! " buk Mirah meminta Annisa membantu memasak, Annisa yang sudah biasa membantu di dapur tak keberatan dengan itu dan segera mengupas bawang.
..
"Baik buk Mirah , saya benar - benar tak bisa berkata - kata lagi" Andi kini tengah bicara berhadapan dengan buk Mirah, Andi tak bersemangat dengan obrolan ini ,pasal nya buk Mirah meminta berhenti bekerja setelah bertahun - tahun menjadi bagian dari keluarga Andi.
"keputusan yang berat buat saya pak Andi ,tapi kali ini saya harus benar - benar pergi pak, saya harus memulai kehidupan yang lebih baik "
Buk Mirah sudah membulat kan tekad nya ,keluarga Andi memang sudah seperti keluarga nya ,namun buk Mirah seorang perawan tua, usianya sudah 42 tahun ,dan di kampung nya ada yang melamar buk Mirah , tentu saja buk Mirah tak ingin melewatkan kesempatan yang mungkin hanya datang sekali ini.
"baiklah buk Mirah, tapi saya minta waktu sampai Annisa lulus nanti ,biar saya antar buk mirah pulang ke Jawa " Andi tak bisa menahan buk Mirah lama - lama untuk bekerja di rumah nya ,buk Mirah benar ia harus memulai kehidupan yang lebih baik selagi ada kesempatan.
"saya benar - benar berterimakasih pak Andi ,saya sudah diberi banyak rezeki selama bekerja disini , jujur saya benar - benar berat ninggalin rumah ini, terlebih ninggalin anak - anak " tambah buk Mirah mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada Andi.
Pranggggg !...
Andi dan buk Mirah seketika melihat ke arah suara gelas yang pecah, Annisa yang sedang membawa minuman mematung dan menjatuhkan gelas yang ia bawa ,tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Jadi buk Mirah juga mau ninggalin Ica?"