~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
"Kamu mau ngomong apa Din?"
"Ehhh enggak, Mas Akbar duluan aja yang ngomong," cicit Dinar salah tingkah, dia tahu pria muda di depannya terus saja menatap dirinya intens.
Akbar tersenyum melihat Dinar yang semakin menundukkan kepalanya. Pria itu benar benar tak habis pikir, masih ada orang yang tega memanfaatkan ketidakberdayaan sosok cantik dan ramah itu.
"Kamu nggak keberatan kan kalau kita secepatnya menikah? Mas masih kuliah, tapi Mas sudah punya sumber penghasilan sendiri. Ya memang hanya bengkel motor kecil kecilan tapi aku rasa jika dikembangkan akan cukup untuk menghidupi keluarga kita nanti. Aku akan bertanggung jawab penuh padamu dan anakmu, itu jika kau memang benar benar hamil" ujar Akbar mantap.
Dia yakin pilihannya tidak salah, tak masalah jika nantinya dia harus mengurus anak yang bukan darah dagingnya. Bukankah seorang anak adalah sebuah anugerah terlepas dari bagaimana anak itu dihadirkan. Calon istrinya hanyalah korban.
"Mas Akbar ingin jawaban yang jujur?" tanya Ririn, dia sebenarnya kecewa dengan kata 'anakmu' yang diucapkan Akbar. Pria itu seolah sudah membangun tembok tinggi untuk anak yang belum tentu ada di rahimnya.
Dia sempat membeli test pack untuk memastikan keadaannya, waktu itu hasilnya negatif. Tapi bidan Atin mengatakan jika hal itu wajar karena kejadian baru terjadi seminggu yang lalu.
"Tentu saja," sahut Akbar menegakkan punggungnya, bersiap mendengar jawaban yang tidak ia inginkan.
"Tak ada pilihan lain selain menerima pernikahan ini Mas, ini adalah jalan terbaik untukku," Dinar mengelus lembut perutnya yang masih rata.
Dia merasa jika mungkin dirinya adalah gadis terbodoh di dunia karena tak mengetahui apakah dirinya 'ternoda' atau tidak. Tapi malam itu dia ingat ada sedikit nyeri di pusat tubuhnya, dan dia browsing di internet jika kemungkinan besar rasa nyeri itu disebabkan karena sebuah hubungan intim yang terjadi tanpa sepengetahuannya.
"Tapi itu kata bapak....," lanjut Dinar sambil menghela nafasnya.
"Aku tidak akan pernah memaksa siapapun untuk bertanggung jawab pada apa yang terjadi padaku. Kau masih punya waktu untuk berpikir Mas, dan aku tidak akan menyalahkan jika kau berubah pikiran."
"Tapi aku tidak terpaksa Din, dan aku tak akan pernah berubah pikiran!" kilah Akbar karena yakin keputusannya untuk menikahi gadis cantik di depannya adalah tepat.
"Aku tahu Mas, tapi suatu saat keadaanku sekarang pasti akan menjadi bumerang. Aku bukan lagi gadis sempurna ketika kau sunting nanti, akan sangat menyakitkan jika suatu saat kau akan mengungkit hal ini."
Akbar menghela nafasnya, apa yang dikatakan gadis disampingnya tidak sepenuhnya salah. Dia pun hanya manusia biasa, mungkin saja apa yang dikatakan Dinar akan menjadi kenyataan.
Mungkin saja suatu saat emosinya meledak dan mulutnya tak bisa terkontrol.
"Aku akan berusaha menjadi imam yang baik untuk keluarga kita nanti Din, hanya itu yang bisa aku janjikan."
*
Dan waktu seperti sangat cepat berlalu, beberapa hari setelah wisuda kelulusan dia keluarga segera menyiapkan acara pernikahan. Baik keluarga Daryono ataupun keluarga Akbar tetap tutup mulut walaupun mulai terdengar kabar slentingan yang sedikit mengganggu telinga mereka.
Banyak warga curiga jika Akbar dan Dinar sudah melakukan hal zina hingga dua muda itu cepat dinikahkan.
Mereka sepakat untuk menggelar acara pernikahan secara sederhana. Hanya tetangga dekat yang akan menyaksikan acara sakral itu.
"Kamu cantik banget Nduk," lirih Sri terharu melihat putrinya yang sudah mengenakan kebaya warna putih. Seperti baru kemarin anak perempuannya masih ada dalam gendongannya.
Jauh di lubuk hatinya dia belum rela jika putri satu satunya harus secepat ini mengakhiri masa lajangnya. Seharusnya Dinar masih menikmati masa mudanya, meraih semua mimpi yang belum tercapai.
"Jangan nangis Bu, bukannya lbu sendiri yang mengatakan jika dibalik semua ini pasti ada hikmahnya?" ujar Dinar yang sebenarnya sedang menguatkan dirinya sendiri.
Sungguh, jauh di lubuk hatinya dia masih ingin terbang bebas seperti teman temannya yang lain. Meraih semua asa yang telah ia rangkai dengan indahnya.
"Ibu tahu ini berat untukmu, tapi ibu dan bapak akan selalu ada bersamamu. Kita hadapi sama sama."
Dua wanita beda generasi itu terlihat saling memeluk, Sri mengelus lembut punggung putrinya yang mulai terisak.
"Lhohh kok malah nangis sih. Nanti ilang lho cantiknya, kan nggak bakal jauh jauhan nanti. Kalau kangen sama ibu dan bapak tinggal pulang kok...lima langkah juga udah nyampe," seorang wanita datang mendekat dan itu malah membuat isak Dinar semakin keras.
Wanita bernama Atin mendekat, dia adalah ibu dari Akbar. Wanita itu mengelus lembut bahu calon menantunya yang masih terguncang.
"Jangan nangis sayang, kan jadi luntur bedaknya. Bunda ingin kau jadi ibu yang kuat untuk anak anakmu kelak, untuk cucu cucu kami. Bukan begitu Bu Sri?"
Atin dan Sri tampak saling tersenyum, mereka memang dekat semenjak bidan desa itu datang pertama kali dan tinggal hanya bersebelahan rumah.
"Ayo semua sudah nunggu di depan, kita berangkat ke kantor catatan sipil sekarang. Jangan sampai kita telat! Akbar sama Pak Daryono sudah kesana duluan naik motor," ujar Atin setelah sempat touch up wajah calon menantunya.
Sudah ada satu mobil SUV yang akan mengantar sang pengantin dan satu angkot yang disewa untuk para pengantar. Tak berapa lama mereka segera berangkat, tapi setelah sekitar lima belas menit perjalanan mobil pengantin dihadang oleh dua mobil ranger berwarna hitam.
Beberapa pria bertubuh besar dengan seragam hitam turun dan menghampiri mobil mereka. Mereka berjengit kaget ketika salah satu pria itu menggebrak kap depan mobil.
BRAKKKK...
"Turun!!"
"Ya Allah ada apa ini..."
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪