NovelToon NovelToon
Balasan Buat Suami Selingkuh

Balasan Buat Suami Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ratna

Menikah dengan pria idaman adalah dambaan tiap wanita. Adelia menikah dengan kekasihnya bernama Adrian. Di mata Adelia Adrian adalah laki-laki yang baik, taat beragama, perhatian sekaligus mapan. Namun ternyata, setelah suaminya mapan justru selingkuh dengan sekretarisnya. Apakah Adelia mampu bertahan atau justru melangkah pergi meninggalkan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Rumah Sakit

"Mingggat? Adelia minggat!" Lelaki paruh baya itu sangat kaget mendengar kabar terbaru mengenai putrinya.

"Jadi, begini Om. Mas Adrian sudah menghamili saya, jadi kami terpaksa menikah. Namun, Adelia tidak terima lalu ia kabur dari rumah," terang Salsa tanpa rasa bersalah.

"Adelia ... kasihan kamu, Nduk."

"Kenapa kamu tidak pernah cerita pada ayahmu ini," ucapnya lirih sembari memegang dadanya yang teramat sakit.

"Maaf, Om. Karena Adelia tidak ada di sini saya permisi dulu," pamit Salsa buru-buru. Ia tidak mau di salahkan jika nanti terjadi apa-apa pada ayahnya Adelia.

Salsa buru-buru keluar dari halaman, namun naas ia malah bertemu dengan ibunya Adelia.

"Mau apa kamu kerumahku!" hardik Marni.

"Cuman mampir sebentar kok," kilah Salsa.

"Aku yakin kamu kesini pasti satang dengan tujuan tidak baik. Hayo, ngaku!" tunjuk Marni.

"Hahaha, kalau iya kenapa. Mendingan kamu segera urus suamimu. Aku takut jika penyakit jantungnya kumat karena mendengar berita tentang Adelia," tawa Salsa.

"Kamu ini, ya_."

Belum sempat Marni menghardik Salsa dari kejauhan ia mendengar panggilan suaminya minta tolong.

"Ayaah!" teriaknya. Ia meninggalkan Salsa begitu saja dan segera berlari menuju terasnya. Di sana ia nenemukan suaminya tengah sesak nafas memegang dadanya.

"Ayah kenapa?" tanya Marni panik.

"Sepertinya, penyakit jantungku kumat, Bu." Pria paruh baya itu terlihat kesakitan.

Marni langsung berteriak minta tolong pada tetangga terdekatnya. Untung mereka bersedia menolong dan membawa suaminya ke rumah sakit dengan naik taksi.

Sepanjang perjalanan Marni menangis, pikirannya sudah kemana-mana. Ia takut jika terjadi apa-apa pada suaminya. Padahal dia hidup berdua saja di rumah itu. Ia tidak bisa membayangkan sesuatu yang buruk menimpa suaminya.

Bu Marni dalam kepanikannya segera menelepon Adelia. Ia membutuhkan dukungan putrinya untuk sekarang ini. Tak ada yang bisa membantunya selain Adelia.

Adelia yang tengah sibuk di kantornya di kagetkan dengan panggilan telepon berulang kali. Langsung ia membuka ponselnya, ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dari ibunya.

"Ada apa ini?"

"Kenapa ibu menelepon berulangkali?" gumam Adelia.

Ia lalu mencoba menghubungi kembali ponsel Bu Marni.

"Halo, Bu ada apa?" tanya Adelia.

"Nduk ... ayahmu ... ayahmu sekarang di rumah sakit. Kamu segera datang kesini ya," kata Bu Marni.

"Ya, Tuhan. Iya Bu, Adel akan segera kesana," jawab Adelia segera menutup teleponnya. Ia mengecek alamat rumah sakit yang di kirimkan oleh ibunya.

"Kartika, tolong kamu hendel semya ya. Aku harus pergi sekarang," ucsp Adelia sedikit gugup.

"Memangnya kamu mau kemana? Kok gugup seperti itu?" tanya Kartika.

"Ayahku terkena serangan jantung, sekarang aku mau ke rumah sakit. Kasihan ibuku sendirian di sana," jawab Adelia.

"Ya ampun, ya sudah kamu cepat pergi ke rumah sakit."

"Tenang, aku akan menghendel semuanya," kata Kartika menepuk pundak Adelia.

"Terima kasih. Kamu memang sahabat terbaikku," ucap Adelia. Setelah berpamitan dengan Kartika, Adelia keluar dari kantornya. Ia lupa jika hari ini ada janji makan siang dengan Arga.

Sepanjang perjalanan Adelia resah memikirkan kesehatan ayahnya. Ia tidak habis pikir, apa yang membuat penyakit jantung ayahnya kumat lagi. Padahal terakhir waktu dia berkunjung ayahnya terlihat baik-baik saja.

Sesampainya di rumah sakit, Adelia langsung mencari ruangan dimana ayahnya di rawat. Jantungnya berdebar-debar, wajahnya pucat. Ia tidak mau terjadi apa-apa pada ayahnya.

Ruang UGD.

Mata Adelia mendongak mengeja nama ruangan yang ada di hadapannya. Benar, tidak salah lagi bila yang ada di depannya tak lain ruang UGD. Dimana ayahnya tengah di rawat.

Di sana ia menemukan ibunya tengah duduk di ruang tunggu. Wajahnya kelihatan memelas dan sedih.

"Bagaimana keadaan ayah, Bu?" tanya Adelia yang tiba-tiba muncul di hadapan ibunya. Wanita paruh baya yang sedari tadi menangkup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya itu kaget.

"Kamu sudah datang, Nduk."

"Ayahmu sekarang sedang di periksa."

"Ibu di suruh menunggu di luar," tangis Bu Marni pun pecah seketika. Adelia langsung memeluk ibunya.

"Kenapa ini terjadi, Bu?" tanya Adelia.

"Perempuan itu mendatangi ayahmu dan mengatakan semuanya, Nduk."

"Ayahmu kaget, dia belum kuat untuk menerima semuanya. Akhirnya, inilah yang terjadi. Penyakit jantungnya kambuh," terang Bu Marni.

"Maksud ibu, Salsa datang ke rumah kita dan mengatakan semuanya?" tanya Adelia.

"Iya, dia ceritakan masalah rumah tanggamu pada ayahmu ketika ibu tidak ada."

"Kebetulan dia berpapasan dengan ibu waktu mau pergi, jadi ibu bisa tahu apa yang telah di perbuatnya," ucap Mirna geram. Ia kesal pada Salsa karena perempuan itulah yang menyebabkan suaminya sekarat sekarang.

"Kurang ajar sekali Salsa, aku akan membalas semua tindakannya ini," balas Adelia.

"Bu, maafkan Adelia. Coba ... pernikahan Adelia dengan Mas Adrian baik-baik saja. Pastilah ayah masih sehat hingga sekarang," tutur Adelia.

"Nduk, yang namanya jodoh, mati, rejeki sudah di atur sama yang di atas. Kalau kamu nanti bercerai sama suamimu bukan berarti itu murni kesalahanmu."

"Nak, Adrian sudah mengkhianatimu jadi kau tidak perlu merasa bersalah," kata Bu Marni.

"Tapi, karena memikirkan nasib Adelia, ayah jadi sakit begini."

Adelia masih saja menyalahkan dirinya. Ia kasihan melihat ibunya yang sedih karenanya.

Di rumah, Adrian seperti babak belur. Tubuhnya sakit semua, ia di perkosa oleh tante jumbo yang memaksanya berhubungan. Ngeri bila membayangkannya lagi. Tangannya di ikat, kakinya juga di ikat sementara tubuhnya di tindih oleh tante big size.

Jedaaarrr! Terdengar pintu rumah tampak di banting dari luar. Langkah kaki menaiki tangga menuju ke arah kamarnya. Siapa lagi kalau bukan Salsa. Adrian kesal karena tidak mendapati Salsa waktu pulang. Ia butuh wanita itu untuk merawatnya. Malahan menghilang seenaknya.

"Salsa, kaukah itu!" teriak Adrian.

"Iya, ada apa sih manggil-manggil!" jawab Salsa ketus.

"Tolong ambilkan aku minum," kata Adrian.

"Ambil saja sendiri, memangnya tangan dan kakimu kemana, Mas? Kok manja banget kayak bayi," sindir Salsa.

"Badanku sakit semua, kakiku juga sakit," keluh Adrian.

"Ih, manja banget sih." Salsa menyodorkan segelas air minum pada  Adrian.

Waktu mau duduk punggung Adrian terasa sakit sekali. Salsa jadi curiga melihat gelagat suaminya yang tidak beres. Apalagi wajah Adrian kelihatan letih dan lesu tidak seperti pas awal mau berangkat kerja. Lebih tepatnya babsk belur seperti habis di hajar orang.

"Ngapain kamu liat-liat aku?" tanya Adrian. Ia meletakkan gelasnya yang sudah tandas airnya di atas nakas.

"Enggak apa-apa sih."

"Kepo aja."

"Sebetulnya kamu kerja apaan sih, Mas hari ini? Kok sampai babak belur begitu?" selidik Salsa.

"Eh ... anu, kerja_"

"Kerja apa sih? Jadi kuli panggul, kok kayaknya capek luar biasa gitu?" serobot Salsa.

"Enak aja kuli panggul, masa sarjana kerjanya jadi kuli panggul," bantah Adrian. Ia tidak terima Salsa mengatai pekerjaannya sebagai kuli panggul. Meski sebenarnya pekerjaannya lebih menjijikkan.

---Bersambung---

"Mingggat? Adelia minggat!" Lelaki paruh baya itu sangat kaget mendengar kabar terbaru mengenai putrinya.

"Jadi, begini Om. Mas Adrian sudah menghamili saya, jadi kami terpaksa menikah. Namun, Adelia tidak terima lalu ia kabur dari rumah," terang Salsa tanpa rasa bersalah.

"Adelia ... kasihan kamu, Nduk."

"Kenapa kamu tidak pernah cerita pada ayahmu ini," ucapnya lirih sembari memegang dadanya yang teramat sakit.

"Maaf, Om. Karena Adelia tidak ada di sini saya permisi dulu," pamit Salsa buru-buru. Ia tidak mau di salahkan jika nanti terjadi apa-apa pada ayahnya Adelia.

Salsa buru-buru keluar dari halaman, namun naas ia malah bertemu dengan ibunya Adelia.

"Mau apa kamu ke rumahku!" hardik Marni.

"Cuman mampir sebentar kok," kilah Salsa.

"Aku yakin kamu kesini pasti satang dengan tujuan tidak baik. Hayo, ngaku!" tunjuk Marni.

"Hahaha, kalau iya kenapa. Mendingan kamu segera urus suamimu. Aku takut jika penyakit jantungnya kumat karena mendengar berita tentang Adelia," tawa Salsa.

"Kamu ini, ya_."

Belum sempat Marni menghardik Salsa dari kejauhan ia mendengar panggilan suaminya minta tolong.

"Ayaah!" teriaknya. Ia meninggalkan Salsa begitu saja dan segera berlari menuju terasnya. Di sana ia menemukan suaminya tengah sesak nafas memegang dadanya.

"Ayah kenapa?" tanya Marni panik.

"Sepertinya, penyakit jantungku kumat, Bu." Pria paruh baya itu terlihat kesakitan.

Marni langsung berteriak minta tolong pada tetangga terdekatnya. Untung mereka bersedia menolong dan membawa suaminya ke rumah sakit dengan naik taksi.

Sepanjang perjalanan Marni menangis, pikirannya sudah kemana-mana. Ia takut jika terjadi apa-apa pada suaminya. Padahal dia hidup berdua saja di rumah itu. Ia tidak bisa membayangkan sesuatu yang buruk menimpa suaminya.

Bu Marni dalam kepanikannya segera menelepon Adelia. Ia membutuhkan dukungan putrinya untuk sekarang ini. Tak ada yang bisa membantunya selain Adelia.

Adelia yang tengah sibuk di kantornya di kagetkan dengan panggilan telepon berulang kali. Langsung ia membuka ponselnya, ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dari ibunya.

"Ada apa ini?"

"Kenapa ibu menelepon berulang kali?" gumam Adelia.

Ia lalu mencoba menghubungi kembali ponsel Bu Marni.

"Halo, Bu ada apa?" tanya Adelia.

"Nduk ... ayahmu ... ayahmu sekarang di rumah sakit. Kamu segera datang kesini ya," kata Bu Marni.

"Ya, Tuhan. Iya Bu, Adel akan segera kesana," jawab Adelia segera menutup teleponnya. Ia mengecek alamat rumah sakit yang di kirimkan oleh ibunya.

"Kartika, tolong kamu hendel semua ya. Aku harus pergi sekarang," ucap Adelia sedikit gugup.

"Memangnya kamu mau kemana? Kok gugup seperti itu?" tanya Kartika.

"Ayahku terkena serangan jantung, sekarang aku mau ke rumah sakit. Kasihan ibuku sendirian di sana," jawab Adelia.

"Ya ampun, ya sudah kamu cepat pergi ke rumah sakit."

"Tenang, aku akan menghendel semuanya," kata Kartika menepuk pundak Adelia.

"Terima kasih. Kamu memang sahabat terbaikku," ucap Adelia. Setelah berpamitan dengan Kartika, Adelia keluar dari kantornya. Ia lupa jika hari ini ada janji makan siang dengan Arga.

Sepanjang perjalanan Adelia resah memikirkan kesehatan ayahnya. Ia tidak habis pikir, apa yang membuat penyakit jantung ayahnya kumat lagi. Padahal terakhir waktu dia berkunjung ayahnya terlihat baik-baik saja.

Sesampainya di rumah sakit, Adelia langsung mencari ruangan dimana ayahnya di rawat. Jantungnya berdebar-debar, wajahnya pucat. Ia tidak mau terjadi apa-apa pada ayahnya.

Ruang UGD.

Mata Adelia mendongak mengeja nama ruangan yang ada di hadapannya. Benar, tidak salah lagi bila yang ada di depannya tak lain ruang UGD. Dimana ayahnya tengah di rawat.

Di sana ia menemukan ibunya tengah duduk di ruang tunggu. Wajahnya kelihatan memelas dan sedih.

"Bagaimana keadaan ayah, Bu?" tanya Adelia yang tiba-tiba muncul di hadapan ibunya. Wanita paruh baya yang sedari tadi menangkup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya itu kaget.

"Kamu sudah datang, Nduk."

"Ayahmu sekarang sedang di periksa."

"Ibu di suruh menunggu di luar," tangis Bu Marni pun pecah seketika. Adelia langsung memeluk ibunya.

"Kenapa ini terjadi, Bu?" tanya Adelia.

"Perempuan itu mendatangi ayahmu dan mengatakan semuanya, Nduk."

"Ayahmu kaget, dia belum kuat untuk menerima semuanya. Akhirnya, inilah yang terjadi. Penyakit jantungnya kambuh," terang Bu Marni.

"Maksud ibu, Salsa datang ke rumah kita dan mengatakan semuanya?" tanya Adelia.

"Iya, dia ceritakan masalah rumah tanggamu pada ayahmu ketika ibu tidak ada."

"Kebetulan dia berpapasan dengan ibu waktu mau pergi, jadi ibu bisa tahu apa yang telah di perbuatnya," ucap Mirna geram. Ia kesal pada Salsa karena perempuan itulah yang menyebabkan suaminya sekarat sekarang.

"Kurang ajar sekali Salsa, aku akan membalas semua tindakannya ini," balas Adelia.

"Bu, maafkan Adelia. Coba ... pernikahan Adelia dengan Mas Adrian baik-baik saja. Pastilah ayah masih sehat hingga sekarang," tutur Adelia.

"Nduk, yang namanya jodoh, mati, rejeki sudah di atur sama yang di atas. Kalau kamu nanti bercerai sama suamimu bukan berarti itu murni kesalahanmu."

"Nak, Adrian sudah mengkhianatimu jadi kau tidak perlu merasa bersalah," kata Bu Marni.

"Tapi, karena memikirkan nasib Adelia, ayah jadi sakit begini."

Adelia masih saja menyalahkan dirinya. Ia kasihan melihat ibunya yang sedih karenanya.

Di rumah, Adrian seperti babak belur. Tubuhnya sakit semua, ia di perkosa oleh tante jumbo yang memaksanya berhubungan. Ngeri bila membayangkannya lagi. Tangannya di ikat, kakinya juga di ikat sementara tubuhnya di tindih oleh tante big size.

Jedaaarrr! Terdengar pintu rumah tampak di banting dari luar. Langkah kaki menaiki tangga menuju ke arah kamarnya. Siapa lagi kalau bukan Salsa. Adrian kesal karena tidak mendapati Salsa waktu pulang. Ia butuh wanita itu untuk merawatnya. Malahan menghilang seenaknya.

"Salsa, kaukah itu!" teriak Adrian.

"Iya, ada apa sih manggil-manggil!" jawab Salsa ketus.

"Tolong ambilkan aku minum," kata Adrian.

"Ambil saja sendiri, memangnya tangan dan kakimu kemana, Mas? Kok manja banget kayak bayi," sindir Salsa.

"Badanku sakit semua, kakiku juga sakit," keluh Adrian.

"Ih, manja banget sih." Salsa menyodorkan segelas air minum pada  Adrian.

Waktu mau duduk punggung Adrian terasa sakit sekali. Salsa jadi curiga melihat gelagat suaminya yang tidak beres. Apalagi wajah Adrian kelihatan letih dan lesu tidak seperti pas awal mau berangkat kerja. Lebih tepatnya babak belur seperti habis di hajar orang.

"Ngapain kamu liat-liat aku?" tanya Adrian. Ia meletakkan gelasnya yang sudah tandas airnya di atas nakas.

"Enggak apa-apa sih."

"Kepo aja."

"Sebetulnya kamu kerja apaan sih, Mas hari ini? Kok sampai babak belur begitu?" selidik Salsa.

"Eh ... anu, kerja_"

"Kerja apa sih? Jadi kuli panggul, kok kayaknya capek luar biasa gitu?" serobot Salsa.

"Enak aja kuli panggul, masa sarjana kerjanya jadi kuli panggul," bantah Adrian. Ia tidak terima Salsa mengatai pekerjaannya sebagai kuli panggul. Meski sebenarnya pekerjaannya lebih menjijikkan.

---Bersambung---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!