Mo Xie, Iblis Merah yang ditakuti di seluruh Alam Shenzhou, dikenal sebagai penghancur dunia yang bahkan para dewa dan kultivator agung bersatu untuk mengalahkannya.
Namun, kematiannya bukanlah akhir. Mo Xie terlahir kembali di dunia kultivator modern sebagai dirinya yang dulu—seorang pria lemah yang direndahkan dan dihancurkan harga dirinya.
Dengan kekuatan dan kebijaksanaan dari kehidupannya sebagai Iblis Merah, Mo Xie bersumpah untuk membalas dendam pada mereka yang pernah meremehkannya dan menaklukkan dunia sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
Suara tepukan tangan yang keras menggema di seluruh lapangan, mengalihkan perhatian semua murid yang masih asyik mengobrol.
Guru Shi Qing berdiri di tengah lapangan dengan tangan terlipat di belakang punggungnya, sorot matanya tajam seperti elang yang mengawasi anak-anaknya.
"Cukup berbincang-bincangnya. Sekarang, tunjukkan padaku apa yang telah kalian pelajari," ucapnya dengan nada tegas.
Para murid segera berbaris rapi di depan target masing-masing, yang berupa patung kayu yang diperkuat dengan formasi sederhana agar tidak mudah hancur. Wajah mereka penuh semangat, terutama murid kelas C yang ingin menunjukkan bahwa mereka lebih unggul dari kelas D.
Satu per satu, murid mulai menampilkan serangan mereka. Beberapa dari mereka mampu mengeluarkan serangan yang cukup kuat, sementara yang lain masih tampak kesulitan dalam mengendalikan energi mereka.
Ketika giliran Lin Xiaoyu tiba, semua mata tertuju padanya. Gadis itu menelan ludah, jelas terlihat gugup. Namun, mengingat kata-kata Mo Xie sebelumnya, dia menggenggam erat jari-jarinya dan menarik napas dalam-dalam.
Dia mengulurkan tangannya, dan udara di sekitarnya mulai bergetar. Tetesan air terbentuk di udara sebelum menyatu menjadi tombak air yang tajam. Dengan tatapan penuh tekad, Lin Xiaoyu melancarkan serangannya.
"Tombak Air!"
Seketika, tombak air itu meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi, menghantam target dengan keras hingga kayunya retak. Meski tidak sepenuhnya hancur, serangan itu cukup kuat untuk membuat banyak murid terkejut. Terutama teman-teman sekelasnya yang jarang memperhatikan Lin Xiaoyu.
Shi Qing mengangguk puas. "Bagus. Kau memiliki kendali yang cukup baik untuk seseorang yang baru mulai berlatih. Latih lebih dalam teknikmu, dan kau akan menjadi lebih kuat."
Lin Xiaoyu tersenyum lega mendengar pujian itu. Dia menoleh ke Mo Xie, yang hanya memberi anggukan kecil sebagai bentuk dukungan.
Namun, setelah itu, semua perhatian tertuju pada satu nama yang dipanggil oleh Shi Qing.
"Mo Xie, giliranmu."
Suasana seketika berubah. Beberapa murid langsung memasang ekspresi meremehkan, terutama dari kelas C yang mengetahui latar belakang Mo Xie sebagai ‘sampah yang tidak bisa berkultivasi’.
“Hah, apa gunanya menunggu? Dia pasti tidak akan bisa melakukan apa-apa.”
“Aku masih tidak percaya dia bisa mengalahkan Tian Lei. Pasti hanya keberuntungan belaka.”
Sementara Tian Lei yang namanya disebut hanya menatap Mo Xie dengan seringai dingin, siap untuk melihat hal memalukan apa yang bisa dilakukan olehnya.
'Kau mungkin bisa mengalahkanku dalam seni beladiri, mari kita lihat sesampah apa kau dalam sihir,' batin Tian Lei.
Namun, di antara suara-suara sumbang itu, ada juga yang menatap Mo Xie dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka yang pernah melihatnya bertarung mulai merasa bahwa mungkin ada sesuatu yang berbeda dari anak ini.
Mo Xie melangkah maju dengan tenang. Dia menatap patung kayu di depannya, lalu perlahan mengangkat tangannya.
Saat itu, beberapa murid masih mendengus meremehkan.
“Tch, lihat, dia bahkan ragu-ragu…”
Namun sebelum ejekan itu sempat berlanjut, sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Mo Xie menggerakkan tangannya dengan cepat. Angin di sekitarnya mulai berputar liar, membentuk arus tak kasat mata yang berkumpul di telapak tangannya.
Tanpa peringatan, dia mengayunkan tangannya ke depan.
SWOOSH!
Sebuah gelombang angin yang tajam melesat dengan kecepatan luar biasa, menabrak target dengan sangat keras.
Kayu yang diperkuat formasi itu langsung terbelah menjadi dua, potongannya terlempar ke belakang akibat hantaman tajam dari angin. Tidak cukup sampai disana, serangan angin itu tetap meluncur jauh hingga menabrak tembok lapangan hingga berbekas.
Semua murid yang melihat kejadian itu terdiam, mata mereka membelalak tidak percaya.
Hanya butuh satu serangan dan dalam satu tebasan, Mo Xie telah menghancurkan targetnya yang mustahil dihancurkan oleh murid setingkatnya.
Keheningan meliputi seluruh lapangan. Bahkan mereka yang sebelumnya mengejeknya kini hanya bisa menatap dengan rahang menganga.
“Bagaimana… bagaimana mungkin?”
“Dia memotongnya seperti memotong keju!”
Yang paling mengejutkan bukan hanya kekuatan serangannya, tapi fakta bahwa dari serangan itu, semua orang bisa merasakan bahwa Mo Xie telah mencapai ranah Penyempurnaan Qi.
“Tidak mungkin! Bukankah dia masih berada di ranah Penguatan Tubuh beberapa hari lalu? Bagaimana dia bisa meningkat secepat ini?”
Tian Lei, yang sebelumnya menatap Mo Xie dengan penuh kebencian, kini tampak membeku di tempatnya. Jelas, dia tidak menduga bahwa seseorang yang baru saja dia remehkan kini telah melampaui dirinya.
Sementara itu, Shi Qing menatap Mo Xie dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada sedikit ketertarikan di matanya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat.
Setelah keheningan yang terasa seperti selamanya, akhirnya dia berbicara.
“…Menarik.” Shi Qing menatap Mo Xie dengan senyum tipis. “Teknikmu cukup bagus, dan kontrol elemen anginmu cukup tajam. Kau pasti telah berlatih keras.”
Mo Xie hanya menundukkan kepalanya sedikit. “Terima kasih, Guru.”
Shi Qing mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke murid-murid lainnya. “Pelajaran hari ini sudah cukup. Aku harap kalian semua belajar sesuatu.”
Namun, meski sesi latihan telah selesai, bisikan-bisikan masih terdengar di antara para murid.
Mo Xie… bocah yang sebelumnya dianggap tidak berguna, kini telah membuktikan dirinya. Dan ini baru permulaan...
...
Saat lonceng akademi berbunyi, menandakan waktu istirahat siang, para murid berbondong-bondong meninggalkan lapangan menuju kantin atau taman untuk beristirahat.
Di salah satu sudut taman akademi yang lebih sepi, di bawah pohon rindang yang memberikan keteduhan dari teriknya matahari, Mo Xie dan Lin Xiaoyu duduk berdua.
Mereka membuka bekal masing-masing, menikmati makanan dalam keheningan yang nyaman. Mo Xie, yang tidak terlalu peduli dengan suasana sekitar, menikmati makanannya dengan tenang, sementara Lin Xiaoyu tampak ragu-ragu sebelum akhirnya membuka suara.
“Mo Xie… kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau sudah berada di ranah Penyempurnaan Qi?” tanyanya sambil menatapnya dengan ekspresi sedikit terluka.
Mo Xie menghentikan suapannya sejenak, lalu menatap Lin Xiaoyu dengan ekspresi datar. “Aku belum sempat memberitahumu.”
Lin Xiaoyu menghela napas pelan. “Tapi… kalau kau sudah berada di ranah Penyempurnaan Qi, kau bisa naik ke kelas C. Kenapa kau masih tetap bertahan di kelas D?”
Mo Xie menutup kotak bekalnya dengan tenang, lalu menatap ke arah langit biru di atas mereka. “Aku tidak ingin naik kelas terlalu terburu-buru,” jawabnya santai. “Aku masih punya beberapa hal yang harus kuselesaikan di kelas D.”
Lin Xiaoyu menatapnya dengan sedikit bingung. “Tapi, bukankah kelas C memiliki sumber daya dan pelajaran yang lebih baik? Jika kau tetap di kelas D, itu hanya akan memperlambat perkembanganmu.”
Mo Xie tersenyum tipis, lalu menoleh ke arahnya. “Terkadang, tetap berada di bawah adalah pilihan terbaik sebelum kau benar-benar siap untuk naik ke atas.”
Lin Xiaoyu terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Mo Xie. Dia tidak sepenuhnya memahami maksudnya, tapi dia tahu bahwa Mo Xie bukan seseorang yang melakukan sesuatu tanpa alasan.
Suasana menjadi lebih ringan setelahnya. Setelah mereka menghabiskan makanan mereka, Mo Xie tiba-tiba berkata, “Xiaoyu, aku ingin mengajakmu pergi berbelanja lain kali.”
Lin Xiaoyu menatapnya dengan terkejut. “Berbelanja?”
Mo Xie mengangguk. “Sebagai ucapan terima kasih. Kau sudah membantuku dengan saran pekerjaan tambahan itu. Sekarang aku punya uang, jadi tidak masalah untuk sedikit berbelanja.”
Lin Xiaoyu terdiam sejenak, ekspresi wajahnya menunjukkan keraguan yang tidak bisa Mo Xie artikan. Tapi akhirnya, dia tersenyum tipis dan mengangguk. “Baiklah… aku akan ikut.”
Mo Xie mengamati ekspresinya sejenak, merasa ada sesuatu yang berbeda dalam sikapnya. Namun, dia tidak terlalu memikirkannya.