Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Theo Yang Menyebalkan
Waktu menunjukan pukul 20:00 wib, Theo melihat jalanan masih sangat macet. Capek bekerja di tambah ketika pulang jalanan masih sangat padat membuat Theo memijat keningnya.
Theo pun membuka kaca mobilnya namun netranya terpaku kepada seorang gadis yang sedang tertawa bahagia di atas sebuah motor yang di kemudikan seseorang.
"Bunda telat sih dandan terus, jadikan kita kena macet" ucap seorang pria sembari mengelus paha sang gadis dengan lembut.
"Dia kan???" gumam Theo saat melihat gadis itu yang ternyata Hana bersama kekasihnya.
"Maafin Bunda ya Ayah, habisnya Bunda mau coba catokan baru yang di kasih Ayah kemarin! Terimakasih ya Ayah sayang, Bunda makin cinta sama Ayah" ucap Hana sembari memeluk sang kekasih dengan manja tak sadar ada Theo di sampingnya.
"Ckkkk!! Di sekolah saja gayanya seperti penuh wibawa, ternyata aslinya sangat menggelikan" cibir Theo.
Hana dengan iseng mencubit manja perut sang kekasih membuat pria di depannya mendesah manja.
"Auwwww Bunda mah, atit" rengek pria itu.
"Ayah manja, Ayah manja" balas Hana sembari memukul pelan punggung sang kekasih.
"Hmmmmmm" Theo berdehem membuat Hana menoleh.
Seketika Hana melotot saking terkejutnya ketika melihat orang tua muridnya melihat dirinya yang jauh dari kesan seorang guru.
"Pak!!" Hana tersenyum pada Theo seraya mengangguk namun Theo tak merespon anggukan kepala Hana.
"Dasar murahan" cibir Theo pada Hana lalu pria kaku itu kembali pintu mobil mewahnya.
Tentu Hana tidak terima dengan tuduhan yang Theo ucapkan, ia turun dari motor sang kekasih di tengah kemacetan lalu mengetuk pintu mobil Theo.
Theo membuka lagi kaca mobilnya ingin mendengar reaksi Hana.
"Pak, kenapa anda sebut saya murahan? Ada masalah apa dengan saya?" tanya Hana dengan wajah garang yang sialnya begitu imut di mata Theo.
Tadi di sekolah ia tidak terlalu memperhatikan Hana karena sedang kesal dengan Rummy, namun malam ini terlihat jelas wajah cantik Hana.
"Pacaran jangan di jalan, apalagi anda seorang guru" ucap Theo.
"Guru kan di sekolah, kalau di luaran bebas saya mau ngapain aja" balas Hana.
"Bunda ayo, kendaraan di depan sudah mau jalan" ajak sang pacar dari atas motor.
"Iya Ayah, ayo kita berangkat" balas Hana.
"Ckkkk Ayah Bunda" ledek Theo.
"Itu panggilan sayang kami!" balas Hana lalu kembali naik motor Beat sang kekasih.
Thoe tergelak, menurutnya panggilan Ayah Bunda dari sepasang kekasih sangatlah menggelikan.
"Rummy ternyata dia sangat tidak jelas! Jika kamu tahu yang sebenarnya mungkin kamu tidak akan mau lagi menjadikan dia wanita favoritmu" ucap Theo sembari melajukan lagi mobilnya.
Berbeda dengan Theo, kini mood Hana hancur berantakan gara-gara di katai wanita murahan oleh salah satu orang tua muridnya.
"Gelato-nya makan dong Nda!" ucap sang kekasih yang bernama Riko itu.
"Gak mood, Ayah" balas Hana.
"Bunda kenapa sih sejak papasan sama orang itu kok jadi diem melulu? Bunda anggap Ayah patung, gitu?" kesal Riko.
"Bukan begitu, Yah! Jangan salah paham. Bunda cuma sakit perut aja sebenernya, nahan-nahan takutnya keluar" Hana mencoba mencari alasan.
"Bunda pengen e'e?" tanya Riko.
Hana mengangguk padahal dirinya tidak ingin BAB.
Riko lalu mempersilahkan Hana untuk mencari toilet.
Di dalam toilet, Hana mengelus dadanya karena masih sakit hati dengan ucapan Theo. Ia rasa Theo sudah menuduhnya padahal ia pacaran dengan Riko tak pernah macam-macam bahkan untuk sekedar ciuman saja paling cuma cium di kening dan pipi.
"Padahal anaknya pendiam, tapi Bapaknya nyebelin" gerutu Hana.
Hana pun keluar lagi, dan menemui Riko.
"E'e nya udah?" tanya Riko.
Hana mengangguk.
"Warna apa?" tanya Riko.
"Dominan ijo!" balas Hana.
Mereka memang pacar yang sangat absurd, tak ada kecanggungan antara Hana dan Riko sampai sering sekali mereka bertanya sudah kentut yang keberapa kali hari ini...😂😂😂😂
"Pulang?" tanya Riko.
Hana mengangguk!
Lebih baik dirinya istirahat dari pada terus kepikiran soal perkataan Theo yang tadi.
Sesampainya di rumah, Hana sudah di tunggu oleh Ibunya.
"Asalamuallaikum Ma" ucap Hana.
"Waalaikumsallam! Loh kok cemberut gini?" tanya Sekar sang Mama.
"Hana lagi sakit perut Ma! Yasudah saya pamit dulu" Riko menyalami Sekar.
"Hati-hati di jalan Nak Riko" ucap Sekar
Riko hanya senyum saja lalu kembali melajukan motornya.
Keesokan paginya seperti biasa Hana pergi ke sekolah mengajar namun Tiur sang kepala sekolah memanggilnya.
"Bu Hana, apa selepas mengajar di sekolah Ibu punya waktu luang?" tanya Tiur.
"Memangnya ada apa Bu?" tanys Hana balik bertanya.
"Rummy Sulivan, murid yang di skors kemarin ingin ibu mengajar di rumahnya semacam home schooling satu minggu full. Tenang gajinya lumayan loh, bahkan bisa sama seperti gaji satu bulan ngajar di sekolah" papar Tiur.
"Rummy Sulivan, berarti aku harus ketemu sama Om-om nyebelin itu" ucap Hana dalam hatinya.
"Yang lain saja Bu, jangan saya" tolak Hana.
"Bu Hana, please!! Pak Theo adalah donatur tetap di sekolah kita, dan beliau lah yang meminta sendiri untuk anda menjadi guru putranya" Tiur sampai memohon pada Hana.
Tak enak hati menolak tawaran sang kepala sekolah, lagi pula Tiur sudah banyak menolong dirinya Hana pun akhirnya setuju.
"Ini kontak Pak Theo, silahkan hubungi terlebih dahulu" perintah Tiur.
Hana mengangguk dan ragu-ragu mengambil kartu nama milik Theo.
"Theodore Sulivan" gumam Hana ketika membaca sebuah nama pada kartu berwarna silver itu.
Sesudah pulang sekolah, Hana langsung menghubungi kontak Theo.
Tak butuh waktu lama, Theo langsung mengangkat no asing itu.
"Hallo Pak! Saya di tunjuk oleh sekolah untuk mengajar Rummy di rumah" ucap Hana.
"Diam sebentar di depan gerbang sekolah, saya akan menjemput kamu" balas Theo langsung mematikan ponselnya.
"Aneh deh tuh om-om" gerutu Hana.
Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan Hana.
Theo keluar dari mobil, menghampiri Hana.
"Pak sekarang?" tanya Hana.
"Tahun depan!" ketus Theo.
Sumpah wajah Theo terlihat sangat menyebalkan di mata Hana.
Hana ingin menangis rasanya, kenapa Rummy yang Hana selalu sebut murid pendiam itu mempunya orang tua yang menyebalkan.
"Ayo!" ucap Theo sembari berjalan kembali ke mobilnya di ikuti Hana.
Hana terkejut tiba-tiba Theo mendekatinya bahkan kini wajah Theo tepat di hadapan Hana. Jika saja Hana sedikit memajukan Bibirnya, mungkin bibir keduanya sudah beradu.
"Nafasnya harus sekali" batin Hana kala mencium aroma mint dari nafas Theo.
Entah kenapa Hana tiba-tiba memejamkan matanya kala bibir Theo satu cm lagi di hadapannya.
"Kamu berharap saya cium?" ejek Theo.
"Ehhh!!!" Hana terkejut lalu membuka kembali matanya.
"Tidak Pak!" balas Hana.
"Ckkk!!! wanita mana yang bisa menolak saya!" ucap Theo dengan percaya diri.
"Saya!" balas Hana.
"Lihat saja kau pun tidak akan menolaknya, kelinci manis" ucap Theo dalam hatinya.
Lalu terlihat bibirnya menyeringai.
yg bikin seneng itu ada yg agk"" gila hotnya paling suka klo ada gt"" ny bikin semangat bacanya tetap semangat author 👍👍💪💪