"The Secret Behind Love." adalah sebuah cerita tentang pengkhianatan, penemuan diri, dan pilihan yang sulit dalam sebuah hubungan. Ini adalah kisah yang menggugah tentang bagaimana seorang wanita yang bernama karuna yang mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan nya, mencari jalan menuju kebahagiaan sejati, dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang.
Semenjak perceraian dengan suaminya, hidup karuna penuh dengan cobaan, tapi siapa sangka? seseorang pria dari masa lalu karuna muncul kembali kedalam hidupnya bersamaan setelah itu juga seorang yang di cintai nya datang kembali.
Dan apakah Karuna bisa memilih pilihan nya? apakah karuna bisa mengendalikan perasaan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jhnafzzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Mall?
Karuna terbangun keesokan harinya dengan perasaan yang semakin mendalam. Semua yang terjadi kemarin masih terngiang di benaknya, menghantui setiap sudut pikirannya. Saat ia melihat wajah Ethan yang ceria di pagi hari, hatinya terasa sedikit lebih ringan. Ethan, anak yang penuh keceriaan, adalah alasan Karuna masih berusaha untuk bertahan. Namun, meskipun ia tersenyum kepada anaknya, hatinya kosong. Ada rasa takut yang semakin mengakar—takut akan kehilangan, takut akan kenyataan yang semakin jelas. Ia tahu bahwa sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, tapi ia belum siap untuk menghadapinya.
Damian sudah berangkat kerja lebih pagi dari biasanya. Suasana rumah terasa hampa setelah ia pergi, seperti ada bagian dari dirinya yang ikut menghilang bersama suaminya. Karuna mencoba untuk tetap fokus pada rutinitas harian. Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, menyiapkan bekal sekolah Ethan, meskipun pikirannya terus melayang pada percakapan kemarin malam.
Di sekolah, Ethan tampak bersemangat seperti biasanya. Karuna merasa sedikit lega melihat senyum anaknya, tetapi ada kekosongan dalam dirinya yang tidak bisa diabaikan. Setelah mengantarkan Ethan ke kelasnya, Karuna memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di sekitar sekolah. Berjalan di trotoar yang sepi, ia mulai merasakan berat langkahnya. Ke mana ia harus pergi dengan perasaan ini? Apa yang harus ia lakukan dengan semua ketidakpastian yang menghantui hidupnya?
Tengah hari datang, dan Karuna merasa tak ada salahnya untuk mencoba mengalihkan perhatian. Pikirannya yang gelisah menuntunnya untuk membawa Ethan pergi ke mal, berharap sedikit waktu bersama anaknya bisa mengembalikan rasa tenang yang hilang. Setidaknya, dengan Ethan, ia merasa lebih mudah untuk tersenyum dan menikmati hidup, meskipun ketegangan dalam hatinya tetap ada.
Di mal, mereka berjalan berdua, melihat-lihat barang-barang yang menarik perhatian Ethan. Karuna memandangi anaknya yang ceria, menikmati kebersamaan yang sederhana namun berharga itu. Mereka sempat membeli beberapa mainan untuk Ethan, dan Karuna merasa sedikit lebih baik saat melihat bagaimana mata anaknya bersinar bahagia.
Namun, suasana itu berubah ketika mereka berdua memasuki sebuah toko pakaian yang cukup besar. Saat melangkah melewati rak pakaian, mata Karuna menangkap sebuah pemandangan yang membuatnya terhenti. Di ujung lorong toko, di dekat bagian pakaian pria, ia melihat seorang pria yang sangat ia kenal—Damian. Namun, yang mengejutkan adalah, Damian tidak sendirian.
Damian berdiri dekat dengan seorang wanita. Wanita itu tampak lebih muda, mengenakan gaun musim panas yang cantik, dan tersenyum lebar saat Damian memegang tangannya. Karuna merasa seolah dunia berhenti berputar. Ia melihat dengan jelas, tanpa ada keraguan, bahwa Damian sedang memeluk wanita itu dengan penuh keakraban. Pelukan itu bukanlah pelukan biasa, melainkan pelukan yang penuh kehangatan, keintiman, dan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.
Karuna merasa dadanya sesak. Seperti ada yang menghimpit paru-parunya. Semua yang ia lihat seolah membuktikan apa yang sudah lama ia khawatirkan—bahwa Damian mungkin memang sudah tidak lagi peduli padanya. Mungkin, ada seseorang yang telah menggantikan posisinya di hati suaminya.
Ethan, yang tidak mengerti apa yang terjadi, meraih tangan Karuna dengan senyuman ceria. "Ma, itu papa kan?" tanya Ethan, matanya berbinar-binar penuh harapan.
Karuna menatap anaknya dengan cepat. Ada perasaan panik yang melanda hatinya. Ia tidak bisa memberitahu Ethan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tidak bisa memberitahunya bahwa ayahnya mungkin telah berpergian pada wanita lain. Karuna merasa dirinya terkoyak antara melindungi perasaan anaknya dan kenyataan yang baru saja ia temui.
Dengan cepat, Karuna meraih tangan Ethan dan membungkuk sedikit. "Tidak, sayang, itu bukan papa kamu," jawabnya dengan suara yang agak tercekat sambil tersenyum. "Mungkin hanya orang yang mirip sekali dengan papa."
Ethan tidak terlihat ragu. Ia tersenyum dan kembali mengajak ibunya untuk melihat mainan lainnya, tanpa menyadari bahwa dunia ibunya seketika berubah. Karuna menggenggam tangan Ethan dengan erat, berusaha menahan air matanya yang sudah hampir pecah. Bagaimana ia bisa menjelaskan semua ini kepada anaknya? Bagaimana ia bisa menjaga Ethan tetap percaya bahwa segala sesuatu baik-baik saja, sementara kenyataan yang ada begitu berbeda?
Mereka melanjutkan jalan-jalan mereka, tapi Karuna merasa setiap langkah terasa semakin berat. Setiap detik yang berlalu seperti memperburuk keadaan, dan ia merasa semakin terperangkap dalam kebohongan yang ia buat untuk anaknya. Ia tahu, pada akhirnya, Ethan akan tahu juga. Tapi untuk saat ini, ia ingin menyimpan keceriaan yang masih ada dalam diri anaknya, sedikit lebih lama, sebelum dunia mereka benar-benar runtuh.
Sesampainya di rumah, Karuna mencoba untuk berusaha seolah tidak ada yang terjadi. Ethan tampak lelah setelah seharian bermain di mal, dan ia segera pergi tidur tanpa banyak bicara. Karuna duduk di ruang tamu, menatap foto keluarga yang tergantung di dinding. Foto yang dulunya penuh kebahagiaan dan harapan, kini terasa begitu jauh dan asing.
Ponselnya berdering. Karuna melihat nama Damian muncul di layar. Panggilan masuk. Untuk beberapa saat, ia terdiam, berpikir apakah ia harus mengangkatnya atau tidak. Namun akhirnya, ia memutuskan untuk mengangkatnya. Suara Damian terdengar lelah dan kosong, seperti biasa.
"Karuna," kata Damian dengan nada yang tidak terbiasa. "Aku minta maaf kalau kemarin aku nggak bisa bicara banyak. Aku... aku cuma butuh waktu. Kita perlu bicara nanti malam."
Karuna menatap ponselnya, mencoba untuk menahan air mata yang sudah menggenang. "Damian, aku tahu apa yang terjadi. Aku tahu tentang wanita itu, wanita yang kamu sembunyikan dari aku." jawabnya dengan suara datar.
Suasana hening di ujung telepon. Tak ada suara dari Damian, hanya nafasnya yang terdengar. Karuna bisa merasakan bahwa suaminya terkejut mendengar kata-kata itu.
"Aku... aku nggak tahu apa yang harus aku katakan, Karuna," akhirnya Damian berkata, suaranya penuh ketegangan. "Aku butuh waktu untuk mencari tahu apa yang aku inginkan."
Karuna menggigit bibirnya, berusaha menahan gejolak yang ada di dadanya. "Aku juga butuh waktu, Damian," jawabnya, suaranya serak. "Tapi aku nggak bisa terus hidup dalam kebohongan ini. Kamu sudah berubah, dan aku sudah tahu semuanya."
Damian terdiam sejenak. "Aku nggak tahu kalau itu yang kamu lihat. Tapi aku minta maaf."
Karuna tidak menjawab. Ia menutup ponsel dan meletakkannya di meja dengan tangan yang gemetar. Ia merasa begitu kosong, seperti sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga, dan di saat yang sama, ia merasa lelah. Lelah untuk terus berusaha mempertahankan sesuatu yang mungkin sudah terlalu jauh untuk diselamatkan.
Malam itu, Karuna terlelap dalam tidur yang gelisah, sementara di luar rumah, dunia terus berjalan tanpa peduli. Ia tahu, apapun yang terjadi esok hari, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.