Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Di dalam penjara
"Kurang ajar kalian semua, lihat saja aku pasti akan membalas perbuatan kalian ini!" gumam Nyonya Bella sambil meninju telapak tangannya sendiri
Burhan orang yang sangat dipercayainya, yang selama ini menjadi partnernya dalam melakukan kejahatan. yang selama ini menjadi temannya dalam menghabiskan uang perusahaan milik Adipati Diwangga, ternyata sangat pandai bersilat lidah. Burhan mengkhianatinya.
Betapa tidak murka nya Bella, Burhan menumpahkan semua kesalahan atas nama dirinya. Bahkan dengan tanpa dosa, Burhan menunjukkan semua bukti chat, bukti transfer dan bukti-bukti telepon yang mengacu pada perintah dari Nyonya Bella untuknya melakukan setiap kejahatan.
Bahkan Burhan masih sempat mengancamnya. Ketika polisi berlalu, Burhan mengatakan jika dirinya tidak mau menanggung semua kesalahan, maka Burhan akan membongkar kedoknya yang telah membuat Nyonya Kencana Diwangga meninggal.
Nyonya Bella tak berkutik, Nyonya Bella tak berdaya. Tak bisa membuat sangkalan berupa apapun. Bukti-bukti telah ditunjukkan oleh Burhan dan semua kesalahan mengacu kepada dirinya.
"Burhan sialan, keparat kurang ajar!! Kenapa aku begitu bodoh selama ini? mau-maunya saja aku ketika dia meminta bayaran dalam bentuk uang tunai. Ternyata ini alasannya. Dia tidak ingin ada bukti transfer yang akhirnya akan memberatkannya. Kenapa dulu aku tidak bisa berfikir sampai ke sana?!" rutuk Nyonya Bella.
"Aku benar-benar bodoh telah dimanfaatkan olehnya. Aku pikir dia setia, setelah aku berikan harta sebanyak itu padanya. Ternyata dia membodohi ku, dia mengkhianati ku. Terkutuk kau Burhan!!" teriak Nyonya Bella merutuki kebodohannya sendiri.
"Tahanan nomor 025, keluarlah! Ada yang datang mengunjungi Anda!" seru seorang sipir memanggilnya.
Nyonya Bella menggeram marah. Kurang ajar sekali sipir itu, yang memanggilnya dengan nama tahanan. Bukan menyebut dengan namanya, Nyonya Bella.
Hancur semua harga diri, martabat dan kehormatannya. Tak ada lagi orang yang menyanjungnya. Kini semua orang merendahkannya.
"Siapa orangnya yang mau menemuiku? Apakah itu Tania? Ah.. aku malas sekali bertemu anak itu. Benar benar dia itu anak yang tak bisa diandalkan. Bahkan dia tak bisa mencarikan Mamanya ini seorang pengacara!" gerutu nyonya Bella dengan malasnya.
"Ah, tapi siapa tahu mungkin ini Adipati. Dia pasti datang untuk menjemputku, mengeluarkan aku dari tempat terkutuk ini!" wajah Nyonya Bella berubah ceria seakan setumpuk harapan sedang menunggu di depan mata.
"Papa, akhirnya... Aku tahu pasti Papa akan datang untuk menjemput ku!" seru Nyonya Bella ketika melihat bahwa yang datang benar-benar adalah Tuan Diwangga, yang saat itu duduk di kursi pengunjung
Bergegas saja Nyonya Bella berlari menghampiri Tuan Diwangga. Akan tetapi ketika Nyonya Bella hendak memeluk suaminya itu, laki-laki itu malah menghindar seolah tak ingin disentuh olehnya.
"Papa?" Nyonya Bella berucap sendu. Menatap ke arah pria yang selama bertahun-tahun ini mejadi suaminya, tambang emasnya, dan menjadi tumpuannya serta menjadi ATM berjalannya.
Ya, hanya itulah yang selama ini dia dapatkan ketika menjadi istri seorang Adipati Diwangga. Sebatas status
Sekarang pria itu menghindar darinya. Seolah dia makhluk menjijikan yang mengandung virus menular. Ada rasa yang sakit di dalam dada Nyonya Bella. perasaan ditolak perasaan tidak diinginkan. Selama ini, meskipun tidak mendapatkan cinta, dia tidak mendapatkan penghinaan.
Tuan Adipati Diwangga melihat wanita yang sampai saat ini masih sah menjadi istrinya itu dari atas sampai bawah. Semuanya sama sekali berbeda tak ada lagi penampilan glamour. Memakai baju berwarna biru khas tahanan, kulit dan wajahnya bahkan telah menjadi kusam, rambutnya lepek tak terurus rapi seperti biasanya. Tak ada lipstik tak ada make up menor. Wanita yang telah menjadi istrinya selama lima belas tahun itu telah berubah total.
"Aku tidak mengira kau akan tega melakukan hal ini padaku Bella, kurang apa aku padamu selama ini? Aku memberikan semua yang kau minta. Aku memberikan semua yang kau butuhkan. Bahkan aku merawat anak yang bukan darah dagingku. Memberimu tempat tinggal. Memberimu makan enak. Memperlakukan anakmu seperti anak kandungku sendiri. Tetapi dengan kejamnya kau melakukan ini padaku!" Tuan Diwangga meluapkan semua kekesalan yang telah dipendamnya selama ini.
"Tidak Pa, jangan berbicara seperti itu. Jangan berbicara seolah-olah kau mempercayai perkataan mereka. Ini fitnah, ini tidak benar. Aku sedang dijebak Pa! Papa harus mencoba membebaskan aku dari sini! Papa harus mencari Siapa yang sudah menjebak aku!" ratap Nyonya Bella
"Burhan..! Burhan itulah penjahatnya, Pa! Bukan aku. Dia yang menikmati semua uangnya. Dia yang sudah mengambil semua uang di perusahaanmu, Bukan Aku!!" Nyonya Bella mencoba meraih Simpati Tuan Diwangga.
"Bukti-bukti nampak jelas ada di depan mata Bella, dan kau masih bisa mengelak? Kau benar-benar tidak punya malu! Aku memaafkanmu selama ini. Walaupun kau telah berbuat tidak baik kepada putriku. Tetapi ternyata kau masih belum puas. Kau bahkan Ingin mencuri perusahaanku! Kau menghancurkan perusahaanku, menggerogotinya sedikit demi sedikit dari dalam!"
"Aku tidak menyangka jika selama ini aku menikahi seorang siluman. Padahal dengan berbesar hati aku membesarkan putrimu. Aku memberikan putrimu kehidupan yang layak. Tetapi seperti ini balasanmu padaku!!" Ucap Tuan Diwangga. Kemarahan tampak jelas dari sorot mata dan suaranya.
Tuan Diwangga sedang marah, dia kecewa. Bukan hanya pada Nyonya Bella, tapi juga pada dirinya sendiri.
"Tidak benar Papa. Ini tidak benar, ini fitnah! Tolong percaya pada mama!" Nyonya memohon memelas.
"Aku sudah tidak bisa mempercayaimu lagi. Setelah apa yang aku lihat selama ini. Selama ini aku cukup diam karena Anggun juga memaafkanmu. Sekarang tidak lagi. Jika saja ini bukan karena amanat Kencana, mungkin aku sudah menceraikanmu saat ini juga. Karena itu sekarang nikmatilah hukumanmu! Semoga saja kau bisa berubah menjadi lebih baik setelah ini !!"
Tuan Diwangga segera berdiri dari tempat duduknya, kemudian pergi meninggalkan Nyonya Bella, tanpa memperdulikan teriakan wanita itu yang melengking memanggil namanya.
"Hrraaaaa...!" nyonya Bella berteriak dengan penuh kemarahan. Kurang ajar. Awas saja kau Adipati Diwangga, aku pasti akan membalas perbuatanmu ini!"
Bukannya menyadari kesalahannya Nyonya Bella justru memupuk dendam di hatinya.
"Apa Anda tidak bisa tenang? Anda bisa mengganggu ketenangan narapidana yang lain. Tidak perlu berteriak-teriak, ini bukan hutan! Sekarang kembali ke kurunganmu!" bentak seorang sipir yang kemudian menarik tangan Nyonya Bella, untuk dibawa kembali ke sel tempatnya ditahan.
"Jauhkan dirimu! Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu! Kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!!" hardik Nyonya Bella dengan sifat pongahnya.
Tetapi apa yang dia harap, Apakah sipir akan merasa takut? Ternyata tidak. Justru sipir itu malah tersenyum mengejek ke arahnya.
"Memangnya siapa Anda ini? Apakah Anda merasa bahwa Anda adalah seorang nyonya besar? Bahkan seluruh dunia inipun tahu, bahwa Anda adalah seorang penjahat dan Anda sedang dilempar ke tempat ini oleh Tuan Diwangga!".
Ucapan sipir tersebut membuat telinga Nyonya Bella menjadi panas. Dadanya bergemuruh. Ingin sekali dia memukul sipir itu, tetapi untung dia masih bisa berpikir waras. Karena kalau tidak, mungkin dia akan terkena pasal tambahan.
Akhirnya dengan memendam geram dan kekesalan dalam hati, nyonya Bella mengikuti sipir tersebut untuk kembali ke dalam sel tahanan. Yang telah menjadi tempatnya tinggal selama beberapa hari terakhir. Dan mungkin akan berlangsung dalam waktu lama