Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Obsessive Love Disorder.
Singapura.
Shanum keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap setelah puas menangis dan mandi. Ia melihat suaminya sedang berdiri di balkon, hanya memakai handuk menutupi tubuh bagian bawah.
"Mas, kapan ponselku di kembalikan? Kata kamu, setelah kita sampai disini... kamu akan berikan."
Doni melirik Istrinya sekilas, pria itu meneguk wiski botol gepeng. "Kalau kau terus melayaniku saat aku minta, aku kasih ponsel baru! Ponselmu udah aku hancurkan! Dua minggu lalu... Kau lancang ingin mengadu perbuatan ku pada ibumu! Untung saja aku mendengarnya dan mencegah mu! Kalau aku berikan ponsel baru, kau pasti akan mengadu lagi kan?!"
Shanum menggeleng lemah, "Enggak Mas, aku janji. Dua minggu lalu, Mas kan langsung blokir nomer Ibu. Jadi... sejak itu aku nggak pernah berhubungan dengan ibu lagi. Tapi Mas, aku kangen Ibu. Sekali aja, aku telepon Ibu. Mas boleh ikut mendengarkan... aku hanya ingin dengar suara Ibu."
Mata Doni menyipit tajam, dia sebenarnya sangat mencintai Shanum. Cintanya sudah pada tahap ekstrim, dinamakan (OLD) atau obsessive love disorder. Mencintai seseorang secara berlebihan, kondisi ini dapat menyebabkan seseorang bersikap terlalu protektif serta menuntut dan mengekang pasangannya.
Shanum dilarang berinteraksi atau bersosialisasi dengan teman-temannya, bahkan dengan keluarganya sendiri. Doni selalu menuntut Shanum menjadi istri yang harus selalu melayani kebutuhan biologisnya dimana pun mereka berada, bahkan jika tempat itu adalah tempat umum seperti saat di bandara Doni memaksa Shanum melayani hasraatnya saat keduanya berada di ruang Lounge VVIP, ruangan semi private.
Sekali saja Shanum menolak atau sengaja mengindahkan peraturan darinya, Doni tak segan-segan memberikan kekerasan fisik.
"Siapkan makanan, aku lapar!" titah Doni.
"Mas... aku mohon sekali aja telepon ibu ya!" Shanum menangkupkan kedua tangan memohon, ia mempunyai firasat buruk jika sesuatu telah terjadi pada Bu Arum.
Doni berbalik berjalan mendekati Istrinya dengan tatapan mata buas, ia mengangkat wiski ke atas kepala Shanum lalu menuangkan sisa isi wiski. Alkohol itu membasahi surai hitam panjang indah milik Shanum.
"Aku nggak suka dibantah! Aku bilang siapkan makanan...! Kau budeg! Hah!!!"
Shanum mengusap wajah yang teraliri wiski, bau menyengat dari ciri khas alkohol itu membuat Shanum tiba-tiba saja mual.
"Hoekkkkk...!!" Shanum berlari ke kamar mandi seraya menutup mulut.
Perempuan cantik itu terus mengeluarkan isi perutnya, ia benar-benar merasa mual.
"Ck! Jangan katakan kau hamil! Aku dinyatakan mandul oleh Dokter...! Sudah dua tahun kita menikah dan nggak mungkin kamu mendadak hamil karena tiba-tiba saja aku sembuh dari mandulku! Kalau kau hamil, itu bukan anakku!" mata Doni berubah memerah, penyakit OLD nya langsung kambuh. Ia langsung berpikiran negatif, jika Shanum telah berselingkuh dengan pria lain.
Doni menjambaaak rambut Shanum dengan tarikan keras, "Akkkhhh! MAS...!!! Sakit!"
"Siapa laki-laki itu...!! Katakan jalaaang! Kau selingkuh dengan siapa!?"
"Mas... aku belum tentu hamil. Mungkin asam lambungku naik, aku belum makan sejak kemarin. Mas, aku mohon... lepas. Sabar Mas... aku selalu berada di rumah saat kamu kerja, mana mungkin aku bisa selingkuh! Kamu pun selalu mengawasi ku setiap waktu, Mas!" lirih Shanum memohon.
"Alahhhh! Nggak usah ngeles! Sekarang ikut aku! Periksa ke rumah sakit! Ganti bajumu dengan yang tertutup... jangan ada pria lain yang melihat kulitmu sedikit pun! Kalau kau terbukti hamil, kau rasakan akibatnya...!!"
Shanum mengangguk lemah, air mata sudah mengalir membasahi wajahnya. Ia sangat yakin dirinya tak hamil, karena Ibu mertuanya mengatakan jika suaminya itu memang mandul.
"Mandi lagi sana! Wajahmu bau alkohol...!" Doni pun melepaskan cengkkramaan nya dari rambut Shanum.
Doni berjalan ke arah lemari, menarik satu set pakaian semi formal dari sana. Sementara Shanum berjalan ke kamar mandi untuk kembali membersihkan tubuh.
.
.
.
Indonesia.
Akhirnya karena Pak Agam mengatakan akan membantu Bu Arum mencari rumah putri bungsunya, Bu Arum pun bersedia tinggal lebih lama di rumah Pak Agam.
Siapa yang paling senang? Izy! Ya... gadis tomboy itu begitu excited, karena Pak Agam sering menceritakan masa kecil dan kehidupan di desa pada Izy alhasil gadis itu merasa sudah mengenal lama Bu Arum.
Pak Agam sering menceritakan tentang keseruan bersama Bu Arum, dulunya ternyata Bu Arum termasuk gadis yang sering jahil pada orang. Namun, hati Bu Arum sangat baik dan berjiwa sosial tinggi karena sering menolong sesama.
"Sini Bu, makan bersama kami." Izy menggandeng tangan Bu Arum membawa ke meja makan.
"Saya malu, nggak bantu apa-apa malah ikut makan."
"Nggak papa, Rum. Ada Mbok Minah, dia yang masak dan ngurus rumah. Tapi kalau sore, Mbok pulang ke rumahnya karena dekat dari sini. Mbok harus mengurus suaminya yang sedang sakit. Malah, kadang Mbok nggak dateng... jadi saya yang masak."
"Ayah itu yang terbaik, Bu! Kalau misalnya Ibu mau jadi istri Ayah... dijamin deh Ibu akan bahagia selamanya!" celetuk Izy kembali dengan candaannya.
"Izyyyyy...!" Pak Agam mendelik pada putrinya.
"Cyanda Ayah... yaelah! Jangan baperan deh!" Izy menjuluurkan lidahnya meledek sang Ayah.
Huff!
Pak Agam menarik nafas memperbanyak kesabaran menghadapi sang putri.
"Ibu duduk disini, aku di seberang. Jadi... Ayah di tengah-tengah kita. Biar Ayah anget didampingi cewek-cewek cantik kayak kita berdua, Bu." Izy kembali meleleetkan lidah pada ayahnya.
Pak Agam hanya mampu geleng-geleng kepala, sudahlah biarkan saja anaknya bicara semaunya.
Bu Arum tersenyum, dia pun duduk di sebelah kanan Pak Agam. Izy berputar dan duduk di kursi di sebelah kiri Pak Agam.
"Ayo makan, Rum. Nanti saya mau bicara tentang putri bungsu kamu."
"Pak Agam udah menemukan Shanum?"
"Alhamdulillah udah, kita bicara nanti. Silahkan makan seadanya, ya."
Seadanya bagi Pak Agam sangat mewah bagi Bu Arum. Lauk pauk ada tiga macam, sayuran pun tak kalah banyak.
"Mbok Minah masak semuanya?"
"Iya, tapi khusus hari ini... tadi saya ikut bantu masak biar banyak pilihan lauk nya. Bismillah, Izy... baca dulu doa!" Pak Agam mengingatkan sang anak.
Bu Arum dan Izy pun berdoa, lalu mulai menyantap masakan yang ada di atas meja makan menyusul Pak Agam yang sudah lebih dulu menikmati makanan.
Setelah makan malam, Pak Agam bicara dengan Bu Arum di ruangan tengah.
"Begini, Rum. Saya meminta teman saya seorang Intel, untuk mencari nama Shanum dengan suami yang bernama Doni Mahesa. Saya akhirnya menemukan perusahaan Mahesa Group di kota ini. Apa kamu yakin, Doni ini... menantu kamu? Coba kamu liat data-data pria ini..."
Pak Agam memperlihatkan foto-foto Doni di beberapa pesta, serta beberapa di acara perusahaan. Dengan tampilan seorang Pebisnis Man, Doni tampak arogan diantara Pebisnis lainnya.
"Iya, Ini Nak Doni... menantu saya." Yakin Bu Arum.
"Diketahui dari informasi, putrimu dan suaminya pergi ke Singapura. Ada pertemuan bisnis di sana, saya kurang tahu berapa lama mereka akan tinggal di negara itu. Tapi, maaf nih ya Rum. Kamu harus siap mendengar berita ini! Doni... menantu kamu ini sebenarnya terkenal sebagai orang yang mudah tersinggung dan emosian, dia sering bertengkar dengan orang lain. Beberapa kali dia dilaporkan menganiaya orang, namun dia berhasil lepas dari jeraatan hukum karena kekuasaannya lumayan kuat!"
Bu Arum belum begitu mengerti, Pak Agam pun maklum karena mungkin Bu Arum sejak kecil tinggal di desa dan tidak mengerti tentang kekuasaan dan persaingan para pengusaha di kota. Misalnya seperti Doni termasuk Pak Agam sendiri yang tentunya punya power besar tak kalah berkuasa dari Doni.
"Yang ingin aku katakan adalah, takutnya... putrimu mempunyai suami yang mentalnya terganggu, karena dari informasi ternyata Doni dinyatakan mempunyai gangguan obsessive love disorder yaitu mencintai seseorang secara berlebihan. Rum... kondisi ini bisa menyebabkan seseorang bersikap terlalu menuntut berlebihan dan mengekang pasangannya. Apa Shanum pernah bercerita padamu tentang kondisi rumah tangganya selama ini?"
Bu Arum terhenyak, tiba-tiba perasaannya gelisah. Ia teringat 2 tahun lalu saat suaminya meninggal dunia dan Shanum datang, ia melihat beberapa bekas memar di lengan Shanum dan wajah putrinya tampak kelelahan dan menyimpan beban.
"Astaghfirullah, Shanum!"
Pak Agam bisa menebak dari ekspresi khawatir Bu Arum, jika Shanum berada dalam bahaya karena menjadi istri dari seorang Doni Mahesa.