Mawar seorang wanita yang bekerja di sebuah bar, tanpa sengaja menemukan seorang anak laki-laki yang membuatnya terikat dalam sebuah pernikahan dengan pria dingin namun hangat.
Di dalam pernikahan itu, harus banyak tugas yang mawar jalankan. Tapi akankah pernikahan itu berjalan sesuai dengan kesepakatan awal, atau berbelok ke arah lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Mawar tersenyum senang saat melihat Rangga yang antusias makan, kini ia telah menjadi bagian dari keluarga Arga. Mawar duduk di atas meja makan bersama dengan Dewi dan juga Rangga.
"Mama, nanti janji yah anterin Rangga sekolah." Ucap Rangga dengan senang.
"Iya Mama janji, sekarang kamu sarapan dulu. Nanti Mama anterin kamu sekolah." Jawab Mawar dengan senyuman di wajahnya, ia terus menyuapi Rangga dengan sangat lembut.
"Ibu seneng deh liat Rangga ceria seperti itu." Ucap Dewi dengan senyuman di wajahnya.
"Iya aku juga." Jawab Mawar.
Mawar lalu melihat Arga yang berjalan mendekat, namun Mawar memilih untuk mengabaikan pria itu. Ia ingat jika hubungan mereka hanya sebatas suami istri di atas kertas, ia juga tidak memiliki kewajiban untuk bersikap ramah ataupun lembut pada Arga.
"Bu, bagaimana. Apa kau nyaman tinggal di sini?" Tanya Arga dengan senyuman lembut pada Dewi, meski hanya sebuah pernikahan kontrak. Namun Arga bersikap tetap baik pada Dewi, dan menghargai wanita itu sebagai seorang mertua.
"Iya ibu sangat nyaman, terimakasih yah Nak Arga sudah memperbolehkan ibu untuk tinggal di sini bersama dengan kalian." Ucap Dewi dengan senyuman di wajahnya.
"Jangan sungkan Bu, lagi pula sekarang kita keluarga." Jawab Arga dengan senyuman di wajahnya, lalu seorang pelayan pun datang dan menyiapkan makanan untuk Arga.
Kini semua orang sarapan bersama di atas meja makan, Rangga dan Mawar sesekali tertawa dan berbincang-bincang. Para pelayan yang melihat hal itu nampak takut dan gelisah, pasalnya mereka tahu jika Arga adalah orang yang paling tidak suka dengan suara bising di saat makan.
Setelah selesai makan, Rangga bersama dengan Mawar berjalan keluar rumah. Rangga sudah berpakaian rapi untuk pergi ke sekolahnya, bersama dengan Mawar keduanya langsung masuk ke dalam mobil.
"Hore.. Sekarang Rangga di anterin sama mama." Ucap Rangga senang seraya memeluk Mawar.
"Iya, ingat. Kamu jangan nakal di sekolah dan harus jadi anak yang baik." Ucap Mawar dengan senyuman di wajahnya.
"Siap." jawab Rangga seraya tangan yang hormat.
Keduanya tertawa di sepanjang jalan, hingga tak beberapa lama mobil yang di tumpangi oleh Rangga dan Mawar pun berhenti di sebuah sekolah dasar swasta.
Dengan langkah anggun dan pelan, seraya memegang tangan Rangga. Mawar membawa anaknya untuk masuk ke dalam kelas, Mawar juga melihat ada beberapa ibu-ibu sosialita yang sama-sama tengah mengantarkan anak mereka.
"Mama antar sampai sini yah, nanti setelah pulang sekolah Mama akan jemput kamu pulang." Ucap Mawar dengan senyuman di wajahnya.
"Baik Mama, Rangga ke kelas dulu. Bye mama." Ucap Rangga seraya melambaikan tangannya dan di balas oleh Mawar, Rangga pun segera masuk ke dalam kelas.
Sosok Mawar menjadi pusat perhatian semua orang, siapa yang tidak tahu sosok Rangga yang merupakan putra dari Arga seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
"Selamat pagi." Terdengar seseorang menyapa dirinya, Mawar langsung menoleh dan melihat seorang guru wanita tersenyum ke arahnya.
"Pagi." jawab Mawar dengan senyuman manis.
"Perkenalkan saya Bu Resti, guru kelasnya Rangga." Ucap Bu Resti yang langsung memperkenalkan dirinya.
"Saya Mawar, Mama nya Rangga." Jawab Mawar dengan senyuman di wajahnya.
Guru itu sedikit terkejut saat mendengar jika wanita di depannya adalah ibunya Rangga, "Senang sekali bisa bertemu dengan ibunya Rangga." Ucap Bu Resti dengan senyuman ramah.
"Iya." mawar bingung harus menjawab apa, ia hanya tersenyum tipis dengan perasaan yang canggung.
"Kalau begitu, saya pamit dulu yah Bu." Ucap Bu Resti yang langsung masuk ke dalam kelas.
Setelah kelas di mulai, Mawar langsung berjalan keluar dari dalam sekolah. Ia melihat mobil yang tadi mengantarnya dengan Rangga masih terparkir tak jauh dari gerbang sekolah.
Mawar ingin buru-buru masuk ke dalam mobil, tapi seseorang tiba-tiba memanggilnya dan alhasil Mawar hanya bisa menoleh dan melihat orang yang memanggil nya.
"Eh.. Ini ibunya Rangga yah?" Seorang wanita paruh baya namun terlihat sangat cantik berjalan mendekati Mawar.
"Iya, saya ibunya Rangga. Ibu ini?.." Mawar sama sekali tidak mengetahui orang di depannya.
"Saya Bu Rani, anak saya juga sekarang kelas 1 dan satu kelas dengan Rangga." Ucap Rani dengan senyuman di wajahnya.
"Ah.. Iya, senang sekali mendengarnya." Jawab Mawar dengan senyuman di wajahnya, ia memang sedikit canggung saat berbicara dengan orang lain.
"Saya baru melihat anda, di hari pertama masuk ke sekolah kok anda tidak datang untuk mengantarkan Rangga?" Bu Rani langsung bertanya dengan blak-blakan kepada Mawar.
"Ah.. Itu, selama beberapa waktu saya sibuk di luar negeri. Jadi tidak sempat untuk mengantarkan Rangga masuk ke sekolah." Jawab Mawar berbohong, ia tidak mungkin mengatakan jika dirinya bukan ibu kandung Rangga.
"Emm.. Biasa yah kalau orang kaya pasti selalu sibuk." Timpal Bu Rani dengan senyuman di wajahnya.
"Iya begitu lah, maaf Bu saya sedikit buru-buru jadi saya pamit duluan yah." Ucap Mawar dengan senyuman di wajahnya.
"Aduh.. Saya masih ingin mengobrol banyak dengan Mamanya Rangga. Tapi jika memang sedang sibuk, silahkan.. Tapi lain kali, kita ngobrol lagi yah." Ucap Bu Rani dengan senyuman antusias di wajahnya.
"Iya, kalau begitu saja pamit." Mawar langsung masuk ke dalam mobil, tak lupa ia tersenyum ke arah Rani.
Supir yang mengantarkan Mawar pun melihat Mawar dari kaca spion, "Nyonya Mawar pasti belum terbiasa yah?" Tanya Supir.
"Belum terbiasa apa?" Tanya Mawar heran.
"Iya belum terbiasa berbicara dengan orang lain, tapi sebaiknya anda harus membiasakan diri. Mengingat sekarang anda adalah istri dari Pak Arga, pasti akan banyak orang yang mendekati anda." Ucap Supir itu yang seakan sudah sangat tahu tentang pengaruh dari seorang Arga.
Mawar hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar hal itu, tapi sejujurnya ia tidak tertarik dengan hal itu. Lalu wanita itu bersandar dengan mata yang menatap jalanan kota, yang nampak padat di pagi hari.