NovelToon NovelToon
QUEEN MAFIA : REVENGE

QUEEN MAFIA : REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.

Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Labirin Pengkhianatan

Pusat kota semakin dekat, dan Quenn bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti tubuhnya. Mobil yang mereka naiki melaju cepat di jalan-jalan basah yang sepi, lampu-lampu kota yang redup menjadi saksi bisu perjalanan mereka. Quenn duduk dengan tenang di kursi belakang, matanya yang tajam mencerna setiap detil yang terlewatkan. Di sampingnya, Rina memegang ponsel dengan tangan yang sedikit gemetar, memantau komunikasi terakhir dari jaringan mereka.

“Ada pergerakan,” kata Rina, suaranya sedikit bergetar meskipun berusaha terdengar tenang. “Ada lebih banyak orang di luar sana daripada yang kita duga. Marco tidak sendirian.”

“Sudah kuduga,” jawab Quenn tanpa sedikit pun menunjukkan kegelisahan. Suaranya tetap tenang, bahkan dingin. Ia tahu bahwa jika ada satu hal yang selalu pasti di dunia ini, itu adalah pengkhianatan. Dan kini, dunia yang telah ia bangun dengan keras, telah siap untuk dihancurkan oleh tangan yang tidak dikenal.

Di luar mobil, suasana kota semakin tampak gelap dan penuh misteri. Setiap gang yang mereka lewati tampak seperti lorong yang berujung pada kegelapan, dan Quenn merasa bahwa setiap jalan yang mereka ambil malam ini adalah bagian dari sebuah labirin besar yang penuh jebakan. Setiap langkah mereka menuju pusat kota semakin mendekatkan mereka pada musuh yang tak tampak, namun Quenn tidak takut. Ia sudah siap untuk menghadapi apa pun.

“Apa yang mereka rencanakan?” tanya Quenn, matanya tak pernah lepas dari jalanan.

Rina terdiam sejenak sebelum menjawab, “Informasi yang kita dapatkan menunjukkan ada lebih banyak pengawal yang ditempatkan di lokasi utama—bangunan di pusat kota yang akan menjadi titik serangan. Sepertinya mereka juga sudah mengetahui bahwa kita akan datang.”

Quenn mendengus pelan, tak terkejut. “Jelas. Jika mereka tahu kita akan bergerak, itu artinya mereka sudah siap untuk melawan. Tapi mereka tidak tahu apa yang kita siapkan.”

Ketegangan yang melingkupi suasana semakin pekat saat mereka mendekati titik serangan. Bangunan yang dituju Quenn adalah sebuah gedung tua di tengah kota, tempat di mana Marco dan sekutunya bersembunyi. Gedung itu telah lama digunakan sebagai markas rahasia untuk kegiatan ilegal, tempat di mana transaksi senjata, informasi, dan pertemuan mafia dilakukan dalam bayang-bayang. Di sanalah mereka harus menghadapi musuh, dan di sanalah, Quenn yakin, pengkhianatan yang lebih besar sedang menunggu.

Saat mobil berhenti di depan gedung, suasana malam itu terasa aneh. Jalanan yang biasanya ramai kini tampak sunyi, terlalu sunyi. Seperti ada sesuatu yang mengintai dari dalam kegelapan. Semua anggota geng Quenn sudah siap di luar, bersembunyi di tempat-tempat yang telah mereka tentukan, siap untuk menyerang.

Quenn memerintahkan agar semua orang bergerak dalam diam, berbaur dengan malam yang kelam. Mereka tidak bisa membuat suara, tidak bisa meninggalkan jejak. Semuanya harus sempurna. Quenn melangkah keluar dari mobil dengan hati-hati, mengenakan pelindung tubuh dan membawa senjata yang terbungkus rapat. Tangan kanannya, Erik, bergerak mendekat. “Semua sudah siap,” kata Erik dengan suara pelan namun penuh tekad.

Rina berjalan di belakang mereka, tetap mengawasi ponsel yang terhubung dengan jaringan intel mereka. Setiap detik terasa berharga. Mereka tidak bisa melakukan kesalahan malam ini.

Pintu masuk ke gedung itu terletak di bagian belakang, tersembunyi dari pandangan. Quenn memimpin mereka memasuki lorong sempit yang gelap, dikelilingi oleh tembok-tembok beton yang usang. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar, namun Quenn merasakan ada sesuatu yang mengganggu. Setiap kali mereka berbalik, bayangan gelap sepertinya mengikuti mereka. Sesuatu atau seseorang sedang mengamati.

“Ada yang tidak beres,” bisik Rina, suaranya lebih rendah dari sebelumnya.

Quenn mengangguk perlahan. “Mereka tahu kita datang. Bersiaplah.”

Begitu mereka tiba di pintu utama gedung, Quenn memerintahkan agar Erik dan beberapa anggota geng lainnya membuka pintu dengan senyap. Ketika pintu itu terbuka, mereka langsung masuk ke dalam ruangan besar yang remang-remang. Quenn merasakan atmosfer yang berbeda—sesuatu yang lebih gelap dari biasanya. Ada sesuatu yang sangat mencurigakan dalam setiap langkah mereka, seperti ada yang mengatur setiap gerakan mereka.

Di depan mereka, sebuah ruangan besar terbentang. Cahaya lampu yang samar menyorot ke meja panjang di tengah ruangan, di mana tampak sosok-sosok yang sedang duduk. Di antara mereka, ada satu sosok yang tidak asing bagi Quenn—Marco. Namun di sampingnya ada wajah baru, seorang pria bertubuh besar dengan pakaian hitam yang mencolok. Wajahnya keras, dan matanya menyiratkan ancaman.

“Quenn,” kata Marco dengan nada yang terkesan santai, meskipun matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda—ketakutan yang tersembunyi. “Aku tahu kamu akan datang. Tapi aku rasa kamu tidak sepenuhnya siap untuk ini.”

Quenn berdiri tegak di tengah pintu, matanya tajam menatap Marco. “Apa yang kamu lakukan di sini, Marco? Kamu tahu kamu telah mengkhianatiku. Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja.”

Marco tertawa pelan, namun tawa itu terdengar kering dan tidak meyakinkan. “Kamu masih belum paham, Quenn. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari itu. Ada orang lain yang telah memutuskan bahwa ini adalah waktumu untuk jatuh.”

Quenn merasakan ketegangan yang semakin tebal. Ada sesuatu yang besar sedang terjadi—sesuatu yang lebih berbahaya dari sekadar Marco dan pengkhianatannya. Ada pihak ketiga yang berada di balik semua ini, dan kali ini, musuh yang lebih kuat sedang menunggu di balik bayang-bayang.

Pria bertubuh besar itu bergerak maju, langkahnya pasti dan berat. “Aku adalah orang yang akan menyelesaikan urusan ini, Quenn. Tidak ada yang bisa menghalangimu, kecuali kami.”

Di saat itu, Quenn tahu bahwa pertempuran yang akan datang bukan hanya melawan Marco. Ini adalah perang melawan kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang pernah ia hadapi. Mereka telah masuk ke dalam permainan yang jauh lebih berbahaya—dan kali ini, kemenangan tidak akan mudah diraih.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!