Seorang wanita desa bernama Kirana Naraya akan dinikah dengan pria tua kaya yang punya istri 4, untuk membayar hutang orang tua nya. Kirana kabur ke kekota dan bekerja sebagai pelayan pria yang anti dengan wanita. bagaimana Kirana akan menjalani kehidupan nya,
nantikan kisah nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WAHILDA YANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18 .BMS
"apa kabar bro" pria itu mendekati Barra dan memeluknya, Barra segera mendorong pria itu.
"kau tidak berubah" ucap pria itu lagi. Barra pun mengajak nya duduk di sofa.
"kau juga tidak berubah, sama seperti dulu" ucap Barra kepada Bima sahabat nya yang baru datang dari Amerika.
"ya, kita memang sama " mereka pun tertawa bersama.
"hei Bastian, kau masih menjadi pria dingin seperti dulu, apa kau tidak bosan" Bima memandang Bastian yang berdiri disamping tuan nya .
"saya tidak bosan tuan" jawab Bastian yang membuat Bima tak bisa berkata-kata lagi. Bastian selalu serius tak bisa dia ajak bercanda.
"ada apa kau pulang ke Indonesia?, kenapa tidak mengabariku? pasti kau sedang ada masalah?" ucap Barra yang tahu tentang sahabat nya ini.
"sepertinya aku akan kembali menetap disini, ada masalah dengan kelompok mafia ku disana, makanya aku kesini ingin meminta bantuan mu, kau hidupkan lagi kelompok kita dulu, dan kita hadapi organisasi itu, aku tahu kemapuan mu Barra apa lagi ada Tante lilyana, kau tahu kan organisasi itu terkenal kejam" ucap Bima.
"kau tahu mommy tidak mau kelompok kita dulu hidup lagi, apalagi organisasinya. mommy tak mau masa lalu nya terulang lagi" ucap Barra mengingat perkataan mommy nya.
"aku akan menemui tante Lilyana" ucap Bima.
"nanti malam saja setelah aku pulang, kau tahu kan daddy ku pencemburu " ucap Barra yang takut Daddy nya marah karena seorang pria datang ke mansion nya.
"ya aku tahu si banteng pencemburu itu" ucap Bima dan dapat toyoran dari Barra.
"baiklah, aku pulang dulu"Bima pamit pulang ke apartemennya sedangkan Barra melanjutkan kerjanya.
...****************...
Di mansion Kirana sedang menyiapkan makan siang tuannya. Ia memasak makanan kesukaan Barra sesuai dengan apa yang dikatakan pak Asep. tapi Kirana menambakan bumbu rahasia di dalam masakan nya, agar menjadi lebih nikmat.
setelah selesai Kirana segera menaruh semua masakannya ke dalam tempat makan khusus untuk Barra. tempat makan yang bisa mengawetkan makanan agar tetap hangat. memang lain dari pada yang lain. semua barang yang Barra dipakai tidak boleh sembarangan, harus sesuai standarisasi begitupun makanannya.
Kirana bersiap akan mengantar makanan ke perusahaan Barra dengan diantar pak Eko, dalam perjalanan Kirana hanya diam saja, biasanya ia akan mengajak bicara pak Eko. sekarang ia sedang memikirkan bagaimana bicara pada Barra saat bertemu nanti, Karena kirana ia akan meminta sesuatu padanya.
"kiran" panggil pak Eko.
"ada apa pak?"jawab Kirana memandang pak Eko sampingnya yang sedang menyetir mobil.
"kamu sedang sakit? dari tadi diam saja" ujar pak Eko.
"saya tidak sakit pak, saya cuma lagi lihat gedung-gedung tinggi itu," tunjuk Kirana pada gedung-gedung yang menjulang tinggi.
"kira-kira berapa orang yang membangunnya? Terus berapa banyak biayanya? kalau kebakaran, orang-orang yang di atas turunnya bagaimana? apa langsung terjun dari atas gedung? nanti mati semua dong? " Kirana terus bertanya pada pak Eko.
rasa sesal dalam hati pak Eko, Kenapa ia harus bertanya pada Kirana, harusnya ia diam saja tadi Tak perlu bertanya apapun. melihat pak Eko yang diam kini Kirana kembali bertanya.
"pasti pak Eko tidak tahu jawabannya kan?" Kirana menunjuk pak Eko sambil tersenyum.
saat Kirana akan berbicara lagi pak Eko langsung menyela.
"tuh sudah sampai, cepat turun nanti tuan muda marah kalau menunggu lama" ucapan pak Eko membuat Kirana bergegas turun dari mobil dan langsung masuk ke perusahaan tanpa pamit.
pak Eko hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
'dari mana tuan muda mendapatkan pria lugu seperti ini' pikirnya.
para pegawai di sana yang tahu bahwa Kiran adalah pelayan bosnya segera membantunya membuka lift, mereka di sana tahu kiranya tidak bisa naik lift jadi mereka bersedia membantunya agar ketentraman di perusahaan terjaga.
mereka tak ingin bosnya marah, alhasil salah satu dari mereka akan berjaga di depan lift menunggu Kirana datang.
"terima kasih pak"ucap Kirana tersenyum manis pada salah satu karyawan di sana yang bernama Davin.
"panggil saja Davin, sepertinya kita seumuran"ucap Davin yang melihat tampilan Kirana yang terlihat dewasa padahal Kirana baru masuk usia 20 tahun.
"kau benar datang dari kampung"tanya Davin penasaran.
"ya saya datang dari kampung merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, kata orang di kota itu gajinya lumayan besar makanya saya pergi ke kota, sebenarnya saya belum tahu berapa gaji saya, tapi saya senang berada di kota, selain tempatnya bagus-bagus, gedungnya juga tinggi-tinggi.."
mendengar cerita panjang dari Kirana Davin segera menyela, kalau di teruskan bisa sampai besok Kirana terus bercerita.
"hei" Davin menepuk pundak Kirana yang dari tadi terus berbicara.
"hah" Kirana bengong.
"sudah sampai" ucap Davin memperlihatkan pintu lift yang terbuka dari tadi.
"oh maaf Davin, terima kasih sudah mengantarku, sampai jumpa lagi"Kirana terus berdiri di depan ini sambil terus berbicara padahal pintunya sudah tertutup.
"apa yang kau lakukan, cepat masuk...