Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beradaptasi
Mereka berlima mengobrol bersama di ruangan baru milik grup 3F di gedung pod, meski baru saja saling mengenal tapi mereka tampak akrab satu sama lain. Keesokan harinya Guru Hayeo mengajari mereka berlima cara menggunakan kekuatan pindah tempat serta mencoba kekuatan mereka, dibandingkan keempat temannya Gibela lebih cepat memahami dan menguasinya.
“Praktikkan !” tegas Guru Hayeo, mereka berempat terus mencoba berkali-kali pindah tempat dari lapangan ke ruangan 3F.
“Teman-teman semangat !” ucap Yeni.
“Gi apa kamu tidak bisa membantu kami ? aku sudah sangat lelah melakukannya,” Clara menghampiri Gibela yang duduk menonton bersama Dion dipinggir lapang demi menyampaikan keluahannya itu.
“Ada …”
“Benarkah ?” matanya berbinar.
Senyum jahil “Terus mencoba lagi lagi dan lagi sampai berhasil.”
“Yah ko gituh sih,” pergi dengan kekecewaan.
“Senior Dion biasanya mereka lewat sini yah ? setauku jalan ini bukan jalan yang bisa dilewati semua orang,” Gibela melihat berkali-kali murid lain gedung pod yang lewat sambil berbisik dan meliriknya.
“Mungkin mereka penasaran seperti apa wajah pemilik anugrah yang menggemparkan seluruh negeri ini.”
“Sepertinya mereka sudah selesai,” Gibela melihat keempat temannya berjalan mendekat.
“Akhirnya bisa juga,” Boy mengambil botol minum.
“Ini gak adil kenapa kamu bisa sesantai itu sih Gi ?”
“Tentunya jika tidak mungkin aku akan melewatkan tontonan seru.”
“Kalian bisa datang kesini kapan saja menggunakan kekuatan pindah tempat,” Guru Hayeo datang.
“Apa konsekuensinya jika tidak datang Guru ?” Gibela sudah membaca apa yang ada dipikiran Boy yang tidak mau datang lagi.
“Mungkin dijadikan makanan naga atau …” Dion menggoda Boy yang terlihat panic.
“Datanglah kesini diakhir pekan untuk berlatih, menguji kemampuan dan kekuatan yang kalian miliki !”
“Baik Guru.”
“Astaga kenapa Gibela mengatakan itu sih,” gerutu Boy.
“Kalau tidak kamu dalam bahaya,” senyum menyeramkan bagi Boy.
“Suaranya sangat kecil tapi Gibela bisa mendengarnya,” suara hati Yeni.
Diminggu selanjutnya mereka datang kembali ke gedung pod. Clara, Boy dan Rayhan lebih dulu datang dan memulai latihan bersama Dion. Guru Hayeo mengawasi dari kejauhan pelatihan mereka, disaat Guru Hayeo melangkah pergi untuk menghubungi Gibela dan Yeni yang tidak kunjung datang terdengar ledakan besar.
“Guru …” seorang wanita berlari menghentikannya.
“Ada apa ?”
“Lihatlah ulah murid baru itu mereka merusak property latihan yang paling berharga,” Guru Hayeo tidak menyangka kerusakan yang disebabkan mereka bertiga separah itu.
“Guru maaf terlambat !” Gibela tiba-tiba datang.
“Apa yang terjadi disana ?” Yeni melihat kodisi property latihan yang hancur.
“Sedang apa mereka ?” Gibela bergegas menghampiri ketiga temannya itu diikuti Yeni.
Awalnya Guru Hayeo berpikir Gibela akan menegur ketiga temannya itu tapi nyatanya dia malah ikut serta melemparkan kekuatan dan menambah kerusakan. Hal ini membuat penanggung jawab property gedung pod shok tidak percaya selama bertahun-tahun dia menjaga perlatan itu kini dihancurkan dengan mudah oleh kelima orang yang baru saja bergabung.
“Cari orang untuk memperbaikinya !”
“Baik Guru,” semua orang yang tingal di gedung pod memanggilnya Guru baik itu mereka yang masih muda atau lebih tua darinya.
“Guru maaf !!” Dion bergegas menjelaskannya.
“Tidak masalah biarkan saja !”
“Aneh biasanya Guru tidak seperti ini,” selama bertahun-tahun Dion menyaksikan sendiri siapapun yang merusak property di gedung pod, lalai melaksanakan tugasnya, dan melakukan kesalahan lain pasti dihukum tanpa ampun.
“Yeniiii jangan lari kou !!” Yeni secara tidak sengaja menghancurkan alat eletrik yang sedang dibuat Clara.
Melihat Clara dan Yeni kejar-kejaran bukannya menghentikan mereka Gibela malah berhitung “Satu dua tiga,” saat itu Rayhan sedang mengelilingi lapangan menguji kecepatannya namun siapa sangka Clara tidak sempat menghindar dari jalan Rayhan dan gubrak mereka bertabrakan.
“Hahaha ….” Posisi jatuhnya Clara sangat lucu membuat semua orang tertawa.
“Momen langka nih harus diabadikan,” Yeni mengambil gambar.
“Yeni jangan lupa jadikan stiker,” ucap Gibela menahan tawanya.
Semua orang digedung pod hanya fokus dengan kerjaannya tidak ada waktu bagi mereka untuk bermain atau bercanda terlebih lagi sikap Guru Hayeo yang selalu tegas dan disiplin. Untuk pertama kalinya di gedung pod terdengar suara tawa dan bergema memenuhi seluruh tempat.
“Kekuatan mereka cepat berkembang dari perkiraanku.”
“Benar Guru kekuatan mereka sungguh luar biasa. Yeni sang pemilik kekuatan penyembuh, Clara sang pakluk listrik, Rayhan si cepat kilat, Boy orang terkuat seberat apun yang disentuhnya akan menjadi ringan dan …”
“Gibela harta karun dunia magis sang pemilik anugrah paling istimewa yang memiliki semua kekuatan,” Guru Hayeo menyambung kalimat Dion.
“Tanda kekuatan bintang yang berarti ribuan cahaya pelindung bulan.”
“Tanda kekuatan bulan bintang yang berarti bagian dari bintang dan bulan sebagai penerang dunia.”
“Astaga apa tubuhku berubah ?”
“Masih diposisi yang sama,” jawab Gibela ditambah sedikit senyuman.
“Lain kali perhatikan jalanmu !” ekspresi Clara terlihat kesal mendengar ucapan Rayhan.
“Untungnya tidak ada korban lain,” ucap Boy.
“Gawat kita dalam masalah,” Yeni menyadarinya kalau dari tadi Guru Hayeo, Dion dan penanggung jawab property melihat kearah mereka.
“Jangan khawatir aku akan melindungimu,” Boy maju di depan Gibela.
“Huok basi tau …” meski merasa sakit Clara menyingkirkan Boy menjauh dari Gibela.
“Mau kemana Gi ?”
“Menemui Guru …” berjalan.
“Hah ?”
“Kita yang membuat kekacawan ini maka kita juga yang harus bertanggung jawab,” Boy menyusul.
“Ray kamu baik-baik saja ?” Yeni khawatir melihat jalan Rayhan yang ngangkang.
“Itulah kalau usia muda tapi fisik tua,” ledek Clara.
“Apa katamu ????” menatap tajam.
Tanpa merasa bersalah Clara terus berjalan karena dia tau Rayhan tidak bisa mengejarnya untuk melampiaskan kekesalannya.
“Guru maaf sudah membuat kekacawan.”
“Ketua Gi asal kamu tau property itu …” Guru Hayeo menatapnya dan membuat penanggung jawab property tidak bisa berkata-kata lagi.
“Kalian istirahatlah ! serahkan semuanya padanya !”
“Aku …” penanggung jawab property tidak habis pikir siapa yang membuat kekacawan dan siapa yang membereskannya.
Mereka berlima kembali keruang 3F begitupun Guru Hayeo dan Dion tersisa penanggung jawab property sendirian disana. Ruang 3F terdapat 4 ruangan diantaranya 1 ruang kamar tidur dengan 5 tempat tidur berjejer rapih dan satu lemari besar 5 pintu untuk masing-masing orang menyimpan barangnya, 2 kamar mandi (1 untuk wanita dan 1 untuk pria), dan 1 ruang bersantai atau tempat mereka berkumpul.
“Gi akhir tahun kali ini apa kita ada libur ?”
“Kemungkinan ada,” Gibela dan Yeni duduk di tempat bersantai.
“Sungguh ?”
“Semoga saja,” kata-kata Gibela membuat harapan Yeni hilang.
“Disetiap perusahaan pastinya ada libur akhir tahun kan ?” Clara datang membawa keripik singkong.
“Kebanyakan perusahaan memang seperti itu tapi ada sebagian tidak seperti perusahaan tempatku bekerja,” Gibela menutup buku novel.
“Benarkah ?”
“Apalagi di tempat wisata yang harus bekerja ekstra saat libur tiba.”
“Benar juga kalau mereka libur siapa yang mengurus wisatanya.”
“Nah itu kamu tau.”
“Oh iya di perusahaan kalian ada kalender kerja ?”
“Ada,” Gibela dan Yeni bersamaan menjawabnya.
“Sayangnya selalu tidak sesuai,” mood Yeni berubah.
“Perusahaan kami sedikit berbeda Cla.”
“Apa yang kalian bicarakan ?” Boy baru keluar dari kamar mandi mendengar percakapan mereka datang ikut bergabung.
“Libur akhir tahun,” jawab Clara.
“Bukannya masih ada dua bulan lagi ketahun baru ?”
“Persiapan merencanakan liburan itu penting,” Rayhan duduk disamping Clara sambil memakan keripiknya.
“Jadi kalian sudah memiliki tujuan untuk berlibur ?” tanya Boy.
“Belum,” jawab Yeni sedikit cemberut.
“Biasanya berlibur dimana ?” lagi lagi Rayhan mengambil keripik Clara.
“Hey ini keripikku,” segera menyembunyikannya.
“Emnn ….”
“Banyak tempat yang sudah aku kunjungi,” jawab santai Gibela.
“Menarik,” Rayhan ngangguk-ngangguk.
“Sebutkan Gi kemana saja !” meski usia Gibela lebih tinggi Clara tetap memanggil namanya.
“Mimpi,” senyum datar.
“Hah ?”
“Bener-bener deh,” Rayhan tersenyum.
“Ada yang ingin kamu tuju di hari libur nanti ?” tanya Boy memancing Gibela agar dia bisa mengajaknya kesana saat liburan akhir tahun tiba.
“Gak ada.”
“Tenang Gi seorang teman yang kaya akan membawamu berkeliling menghabiskan masa liburmu nanti kemanapun itu yang belum pernah kamu kunjungi,” Boy berbicara pada Gibela tapi matanya mengarah pada Clara yang sedang fokus dengan ponselnya.
Clara adalah seorang anak terkaya di Indonesia, kedua orang tuanya memiliki banyak perusahan didalam maupun diluar negeri.
“Oh iya kalian seorang mahasiswa juga ?”
sebelumnya Rayhan melihat buku kuliah di lemari Gibela dan Yeni.
“Mahasiswa jurusan manajemen semester 6.”
“Dan kamu Gi ?”
“Jurusan Teknik semester akhir.”
“Senior nih ?”
“Universitas mana ?”
“Universitas Terbuka Bandung.”
“Siapa sangka ternyata kalian seorang mahasiswa kaya kami juga,” Boy hendak mengambil kripik Clara namun Clara segera menepis tangannya.
“Universita Terbuka sangat bagus cabangnya sudah dimana-mana tidak kalah dengan Universitas Terbuka Indonesia tempat kami kuliah,” puji Rayhan.
“Biaya kuliah kalian bayar sendiri ?”
“Pastinya kan mereka sambil kerja gak kaya kita yang masih ditanggung orang tua.”
‘Trit trit trit’ bunyi alarm di ruangan 3F “Sudah waktunya makan siang !” Rayhan berdiri.
“Nanti sore jadi gak ?”
“Hah ada apa sore nanti ?” Clara mematikan ponselnya.
“Rapat dengan dewan pemilik anugrah.”
“Kapan kamu tau ?”
“Dua tahun yang lalu,” pergi lebih dulu ke ruang makan di gedung pod.
“Hah kita kan belum ada disini ?”
“Gibela cepet banget jalannya ?” mereka ikut menyusul keruang makan.
“Ramai sekali,” ucap Yeni melihat semua bangku terisi penuh.
“Kemarin Senior Dion bilang tidak banyak yang makan di sini karena kebanyakannya dibawa keruangan masing-masing tapi dilihat-lihat tidak seperti itu,” Clara berjalan.
“Dimana Gibela ?” Boy mencarinya kesetiap sisi.
“Itu dia,” Yeni bergegas.
“Untungnya kamu datang lebih dulu Gi kalau tidak mungkin kita gak dapat meja,” Rayhan duduk disamping Gibela.
“Hemn …”
“Seseorang baru saja mendapat anugrah, kekuatan yang dimiliki sangat stabil belum lagi paras yang cantik pastinya membuat mereka penasaran,” Rayhan mengambil the manis yang sudah tersedia di meja.
“Tentu saja siapapun yang melihatnya pasti jatuh cinta,” tangan Boy membentuk hati tepat didadanya dan matanya menatap Gibela.
“Kapan kamu berubah sih Boy,” Clara terbiasa menyaksikan sikap Boy yang seperti itu.
“Berusahalah sebisamu sampai menjadi sia-sia,” ledek Yeni membuat matanya membulat.
“Makanannya sudah dipesan ?”
“Sudah tinggal ambil,” jawab Gibela santai.
“Clara bantu aku mengambilnya !”
“Okey.”
“Pertemuannya dimulai jam berapa ?” tanya Yeni.
“Pukul 4 sore.”
“Masih banyak waktu yang tersisi apa yang akan kita lakukan selanjutnya ?”
“Makanaan datang ….”
“Banyak banget ??”
“Katanya karena kita baru bergabung mereka memberikannya sebagai hadiah selamat datang,” Clara menyimpan satu persatu piring ke meja.
“Selesai makan kita pergi kunjungi Guru,” Gibela mengambil piring miliknya.
“Okey.”
“Ehh Gi apa yang sedang kamu lakukan ?” melihat Gibela memisahkan bawang dari makanannya.
“Aku tidak suka bawang,” Gibela menyimpannya dipinggir piring.
“Tau gitu aku minta mereka tidak memasukan bawang ke masakannya.”
“Tidak nanti rasanya gak enak.”
“Lah jadi ?” Gibela hanya tersenyum.
“Gibela lebih suka aromanya bukan rasanya,” sela Rayhan.
“Kamu suka apa aja Gi ?”
“Semua kecuali batu, tanah, kayu dan besi,” mendengar jawaban Gibela Boy menjadi cemberut tidak puas.
“Dibandingkan aku dia lebih bisa makan apa aja selagi itu aman dan bisa dimakan, apalagi sayuran mentah. Ada yang lebih aneh lagi buah-buahan seperti alpukat, jambu air, manga disatukan dengan nasi.”
“Apa kamu serius Yen ?”
“Tanyakan saja padanya.”
“Gibela …”
“Menurutku makan buah-buahan dicampur nasi menambah napsu makan, jadi rasa yang tadinya terlalu gurih bisa di netralisir buah-buahan tersebut.”
“Tapi gak gitu juga Gi.”
“Nasi tambah nanas ?” Rayhan penasaran.
“Lebih enak nasi goreng ditambah nanas.”
“Aku jadi penasaran seperti apa rasanya.”
“Lain kali aku buatkan untuk kalian tapi pastikan untuk memakannya,” mendengar ucapan Gibela Clara menelan air liur tidak bisa membayangkan rasa anehnya seperti apa.
“Joom !” Yeni bangkit.
“Kemana ?”
“Katanya mau menemui Guru.”
“Oh iya,” mereka membereskan bekas makannya lalu pergi.
Gibela memimpin jalan menuju ruang kerja Guru Hayeo, setiap melewati barisan meja makan terdengar murid laki-laki berkata ‘Ternyata gosip yang beredar itu benar kalau Ketua dari 3F sangat cantik,’ dan ucapan mereka terdengar Gibela.
“Gi mau kemana ?” di depan kantin tiba-tiba Gibela berhenti.
“Mengambil beberapa camilan.”
“Kita kan baru selesai makan.”
“Begitulah Clara jika cewek yang makan banyak tapi berat badannya tidak bertambah.”
“Iya sih bagus, tapi emangnya dia belum kenyang ?”
“Ayoo !!” Gibela membawa 3 makanan ringan ditangannya.
“Selain suka makan, dia itu cerewet, pelupa lagi.”
“Kan aku juga manusia memiliki sipat asli yang sama kaya kalian,” Yeni tidak menyangka ucapannya terdengar.
“Guru kami datang !” Gibela mengetuk pintu.
“Masuklah !”
“Senior Dion sepertinya sangat sibuk,” saat Gibela datang Senior Dion tidak meliriknya.
“Eh Ketua Gi, maaf saya terlalu fokus menyiapkan untuk rapat nanti.”
“Guru …” Gibela hendak berbicara dipotong Dion.
“Maaf Guru Ketua Gi saya ada urusan mendadak,” pergi tergesa-gesa meninggalkan kerjaannya.
“Kenapa dia ?” Boy mengerutkan kening.
“Hiraukan saja dia, apa yang ingin kamu katakan tadi Gi ?”
“Ada yang ingin aku tanyakan Guru soal kekuatan kami….” tiba-tiba Dion datang berbisik pada Guru Hayeo.
“Kalian tunggu disini,” pergi meninggalkan mereka berlima diruangan.
“Kita datang untuk ditinggalkan ?”
“Ada yang aneh dilihat dari expresi Guru saat mendengarkan Senior Dion seperti terjadi masalah serius,” Rayhan menafsirkan.
Sebenarnya Gibela mengetahui masalahnya karena dia bisa mendengar apa yang dikatakan Senior Dion tapi dia tidak hanya diam seakan tidak tau apa-apa.
“Kenapa Guru lama sekali,” keluh Clara.
“Kita sudah menunggu selama dua jam lebih disini,” sambung Boy.
“Ada yang datang.”
“Siapa ? kami tidak mendengar apapun.”
“Salam Ketua Gi, kalian sudah di tunggu di ruang rapat !”
“Pukul berapa sekarang ? astaga sudah lewat 10 menit,” Clara melihat waktu di jam tangannya.
“Bagaimana dengan Guru ?”
“Beliau akan menyusul nanti.”
“Baik terima kasih,” ucap Rayhan.
Kemarin malam ada penyusup memasuki gedung pod, salah satu penjaga ditemukan tewan di halaman belakang gedung. Guru Hayeo memerintahkan tim penyidik untuk menyelidiki kasusnya, saat Dion sedang fokus membuat catatan untuk rapat dia baru teringat tugas dari Gurunya untuk selalu memantau penyelidikan.
“Dari lukanya bisa dilihat ini merupakan serangan kekuatan hitam,” Dion dan Guru Hayeo berada di tempat penelitian.
“Kalian sudah dapat informasinya ?”
“Semua penjaga sebelumnya tidak menemukan orang asing masuk,” ucap salah satu murid senior yang bertugas menjadi penyidik.
“Tapi kami menemukan jalur hutan di terobos masuk, tidak ada orang yang melihat siapa orangnya hanya ada jejak sepatu disana.”
“Siapa orang ini ? berani menerobos ke wilayahku dan menyerang salah satu orangku.”
“Guru aku sudah mencari tahu tapi orang itu sangat sulit diterawang. Kekuatan yang dimilikinya nampaknya cukup kuat sehingga tim penyelidik kita kewalahan mencari bukti,” jelas Dion.
“Segera perbaiki jalur pelindung yang rusak, telusuri semua jalur pelindung jangan sampai hal ini terjadi lagi !” melangkah pergi.
“Baik Guru.”
“Kerahkan semua petuga untuk menjaga ketat semua area yang sebelumnya tidak pernah terjangkau !” perintah Dion.
Guru Hayeo dan Dion segera bergegas menuju ruang rapat “Dion sudah disiapkan ?”
“Sudah Guru.”
“Guru menurutku kasus ini sanggat ganjal, selain dari jalur pelindung yang diterobos. Kita tidak bisa merasakan jenis kekuatan orang itu yang dipakai untuk membunuh.”
“Dunia Magic sangat luas, berbagai macam kekuatan ada di dalamnya baik itu jahat maupun baik. Dari semua informasi yang kita dapatkan aku takut golongan iblis dibalik penyerangan ini karena hanya golongan iblis yang bisa memanipulasi kejadian semacam ini.”
“Tapi bukannya golongan iblis sudah lama tidak ikut campur.”
“Meski begitu kita tidak tau niat sebenarnya pelaku membunuh.”
“Hal ini pertama kalinya terjadi di gedung pod apa mungkin merupakan gebrakan pengambilan wilayah atau kekuasaan ?”
“Jika niat mereka untuk mengambil gedung pod kamu dan aku adalah sasaran utamanya. Selain itu dia tidak akan seceroboh itu meninggalkan korban bergeletak.”
“Pembunuhan ini seperti ketidak sengajaan.”
“Jadi maksud Guru orang itu tidak berniat membunuh.”
“Benar.”
“Apa Gibela dan yang lainnya sudah kesana ?” tambahnya.
“Sudah dari 10 menit yang lalu Guru.”
“Baiklah ayo pergi !”
“Dari sekian buku yang aku baca belum pernah menemukan hal aneh macam itu.”
“Kamu bisa mendapatkannya hanya dengan satu buku itu saja Dion.”
“Buku apa itu Guru ?”
“Aku sudah lama mencarinya, buku itu hilang entah kemana.”
“Silau sekali,” Dion menutupi matanya yang terkena pantulan cahaya.
“Pantulan cahayanya berasal dari perpustakan,” mempercepat jalan.
“Guru tunggu aku !” mengejarnya.
“Guru ada yang bisa dibantu ?” tanya seorang perempuan petugas perpustakan.
“Ada apa disebelah sana ?” menunjuk ruang gelap.
“Ruangan itu tersimpan beberapa buku yang sudah dipakai Guru, kami berencana membereskannya.”
“Apa disana ada cermin ?”
“Tidak ada Senior Dion.”
Guru Hayeo memasuki ruangan itu bersama Dion sedangkan petugas perpustakaan kembali berjaga. Ruangan itu tampak lusuh dan berantakan, buku-buku ditumpuk dimana-mana, kotak-kotak besar terlihat berjejer diantara buku-buku itu.
“Ohok oho debunya banyak sekali aku baru tau ada tempat ini di perpustakaan,” membuka salah satu buku.
“Pantulan cahaya itu berasal dari ruangan ini seharusnya ada di bagian atas,” terlihat cahaya matahari masuk melalui lubang udara.
“Dimana benda itu ?” mencari keseluruh ruangan.
“Seharusnya …” menelusuri cahaya yang masuk.
“Kamu menemukan sesuatu ?”
“Hehe gak Guru,” disaat seperti itu Dion sempat-sempatnya bercanda.
“Kita cari nanti lagi, mereka pasti sudah menungggu lama !”
“Aduhhh …”
“Ada apa ?”
“Tersandung Guru.”
“Perhatikan langkahmu disini berantakan jika tidak hati-hati kamu bisa terjatuh.”
“Ehh apa ini ?” terlihat bayangan dirinya dari sebuah cermin.
“Kenapa ada cermin disini ?”
“Guru …” mengambil cermin itu dan mendapatkan sesuatu.
“Kotak itu sepertinya barang yang kita cari,” menunjuk kotak perak yang sudah berdebu tersimpan di atas rak paling pojok.
“Tidak Guru biar aku yang mengambilnya,” Guru Hayeo hendak menaiki rak bukunya.
“Hati-hati Dion !!”
“Eeehhhh …” kehilangan keseimbangan dan terjatuh ‘brug’.
“Dion,” Guru Hayeo bergegas membantunya berdiri.
Dion hampir saja mengambil kotak perak ituh namun dia malah terjatuh duluan tapi berselah sari saat dirinya berdiri kota itu terjatuh tepat di kepalanya.
“Perhatikan langkahmu disini banyak buku yang berserakan jika tidak kamu bisa terjatuh,” disaat Dion berdiri tiba-tiba kotak itu menimpa dirinya.
“Sudah jatuh tertimpa tangga pula,” exspresi kesal dan sakit.
“Kotak ini apa isinya ?” tambahnya penasaran.
“Sebaiknya kita segera pergi mungkin mereka sudah menunggu,” Dion berjalan tidak normal.
“Senior anda kenapa ?”
“Ada sedikit kecelakaan.”
“Tolong simpan kotak ini di ruang kerjaku !”
“Baik Guru.”
“Apa kamu yakin baik-baik saja.”
“Iya Guru.”
Sebelum ikut bergabung di aula Gibela merasakan aura yang aneh di sekitarnya.
“Aura ini ?”
Yeni melihat Gibela berhenti langsung menarik tangannya “Ayo Gi !!”
“Disekitar sini ada seseorang yang bersembunyi dan sepertinya dia mengawasiku,” Gibela bisa merasakannya.
“Ada apa Gi ?”
“Tidak ada …”
“Hanya terdengar kicauan burung, tetesan air, pergerakan binatang –binatang kecil, tidak ada suara apapun lagi …” memfokuskan indra pendengarannya.
“Giii …”
“Hemnn ….”
“Ada apa denganmu dari tadi diam terus kaya yang kenapa gitu ?”
“Bukan masalah apa-apa ko,” disela perbincangan mereka Boy membuka pintu aula lalu meminta Gibela masuk lebih dulu.
Semua orang yang berada disana kaget melihat lima orang yang belum pernah melihat mereka kecuali satu orang.
“Siapa mereka kenapa bisa ada disini ?”
“Mungkin mereka diundang Guru Hayeo.”
“Sepertinya begitu,” semua dewan mulai membicarakan mereka yang baru saja tiba.
“Salam Ketua Gi perkenalkan nama saya Salim,” menghampiri Gibela.
“Salam Senior Salim.”
“Ternyata pemilik anugrah dua tanda kekuatan itu.”
“Kemana Guru Hayeo kenapa belum terlihat ?”
“Silahkan sebelah sini Ketua Gi !” menggeser kursi.
“Kalian bisa duduk disini,” menunjuk kursi disamping Gibela.
“Terima kasih Senior.”
Diaula terdapat meja panjang dengan 30 kursi disamping kiri kanan dan satu kursi di tengah. Kursi tengah adalah tempat duduk orang yang memiliki jabatan tinggi biasanya di pakai Guru Hayeo sedangkan disampingnya kiri tempat Dion dan kanan selalu kosong sampai hari baru terisi oleh Gibela.