Untuk menyembunyikan aib kakaknya. Alora terjebak hubungan dengan cowok misterius yang dijuluki si buruk rupa di sekolahnya
Siapa sangka dari hubungan tidak terduga itu timbul benih cinta, yakin cowok tersebut buruk rupa? Tetapi kenapa Alora sampai menyukainya, bahkan memberi cinta utuh untuknya, atau ada alasan dibalik julukan buruk rupa itu?
Cerita ini mengandung adegan sedikit kelewatan ya? haha.. menceritakan kenakalan remaja yang pernah hidup di negara luar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Di Toko Buku
Hari ini hari minggu. Alora bingung untuk mengerjakan apa di rumah. Ia sedang duduk anteng di kamarnya setelah sarapan tadi. Sebelum mengenal Sean, Alora berpikir untuk mencari pekerjaan ketika libur sekolah untuk sekedar membantu kakak nya mencari uang saku untuknya. Tetapi kini ia tidak memerlukan itu lagi. Uang nya sudah cukup banyak, bahkan mendekati 100 juta.
Itu semua ulah Sean yang selalu mengirimnya dengan cara tiba-tiba, jika ditanya Alora pasti jawaban nya selalu sama. Senang mengirim uang, entah itu hanya ke Alora saja atau mungkin orang di sekitarnya juga.
"Sekaya apa dia?" gumam Alora tanpa sadar memikirkan Sean.
Hubungan keduanya masih seperti itu saja. Dibilang semakin serius tidak, dibilang renggang juga tidak. Sean masih sering mengajak Alora pulang ke rumahnya. Sesekali ia juga berkunjung ke rumah Alora, dengan catatan ketika ada ayahnya atau Aluna di rumah. Sejauh ini Sean tidak melanggar. Ia datang ke rumah Alora disaat ada orang di rumah selain gadis itu.
Ia melirik ponselnya yang terlihat sepi. Biasanya akan ada banyak pesan dari Sean, entah itu tanya-tanya hal random atau sekedar spam saja. Teman-teman nya juga tidak ada yang mengajaknya pergi. Karina katanya tetap bekerja di hari minggu ini, ia sengaja mengambil lembur malah. Jesi sedang menemani orang tua James yang kebetulan datang ke Indonesia. Dan Haikal berkunjung ke rumah neneknya entah untuk apa. Hanya Alora saja yang tidak memiliki kegiatan di minggu ini.
Jika ada Sean mungkin Alora tidak akan merasa menganggur seperti ini, tetapi cowok itu sedari kemarin sore belum mengabarinya.
"Ck, ngapain mikirin dia sih? Mending gue jalan-jalan ke depan," gumamnya.
Alora segera bersiap untuk sekedar menikmati hari liburnya. Ia mengetuk pintu kakaknya untuk berpamitan.
"Kak, gue pergi bentar ya?" ujar Alora.
"Kemana Ra? Sama Sean?" tanya Aluna.
Alora berdecak. Kenapa ia harus pergi sama Sean? Sendiri kan juga bisa. Alora punya kaki dan mata, ia juga bisa menggunakan motor. Tidak perlu orang lain untuk sekedar jalan-jalan saja.
"Sendiri, bentar doang kok," balas Alora setengah berteriak.
Gadis itu segera pergi sebelum Aluna membuka pintu kamarnya. Ia menyalakan motornya dan mulai berjalan entah dengan tujuan kemana.
Niatnya memang untuk menikmati hari liburnya saja yang terasa membosankan, tetapi pergi tanpa tujuan seperti ini ternyata juga membuat Alora bosan.
"Anjir lah, nggak produktif banget gue," gumamnya kesal.
Di tengah perjalanan, Alora mulai memikirkan tempat mana yang harus didatangi olehnya. Hingga senyumnya terbit tatkala mengingat tempat yang cocok ia datangi untuk mengurangi rasa bosan nya.
Ia mulai melajukan motornya ke suatu tempat. Dimana tertulis sebuah toko buku di depan sebelah atas. Setelah memarkirkan motor. Alora masuk dan mulai melihat-lihat.
Ada cukup banyak pengunjung hari ini. Mungkin karena hari minggu jadi tidak sesepi hari biasa ketika Alora lewat.
Setelah mendapat 2 buku yang diambilnya. Alora masih mencari buku lain. Ia belum merasa puas hanya dengan 2 buku di tangan nya. Jangan lupakan, uang Alora sekarang cukup banyak, ia tidak akan takut habis hanya dengan membeli buku.
Tepat ketika Alora akan mengambil buku di pojok paling atas. Tangan nya tidak sampai ia berusaha untuk mengambil dengan berjinjit kakinya, namun usahanya tetap sia-sia saja.
Tidak ingin menyerah, Alora berniat untuk menaiki rak buku paling bawah, namun belum sempat dilakukan, seseorang tiba-tiba sudah mengambil buku yang diinginkan nya dan menyodorkan padanya.
Alora terdiam, ia mendongak dan mendapati cowok yang cukup ia kenal berdiri tidak jauh darinya. Jarak keduanya cukup dekat karena cowok itu membantunya mengambilkan buku.
"Pendek," lirihnya masih dapat didengar Alora.
Gadis itu mendelik, ia mengerucutkan bibirnya tidak terima dengan tangan mengambil buku dari cowok itu.
"Gue nggak pendek ya? Kurang tinggi aja," balasnya.
Cowok tersebut tersenyum tipis, lalu pergi setelah buku di tangan nya sudah diambil Alora.
"Makasih kak Levian," ujar Alora dengan lantang.
Levian mendengar, namun ia tidak berniat membalas. Hanya menoleh sebentar sebelum akhirnya kembali berjalan.
"Gila, dingin banget. Temen Sean nggak ada yang normal kayanya," gumam Alora.
Mengingat teman-teman Sean dengan berbagai jenis, ada yang terkenal playboy, dingin, tukang tebar pesona, dan si buruk rupa yang ternyata tampan. Alora menggeleng, merasa aneh tiba-tiba mengingat Sean dengan sekumpulan teman-teman anehnya.
Alora mulai ikut mengantri di kasir. Hanya ada 2 kasir di toko buku tersebut. Memang tidak terlalu besar tapi sangat lah ramai pengunjung karena hari minggu, banyak anak muda yang hobi membaca sudah pasti akan berkunjung.
"Totalnya 425 ribu ya ka?" ujar kasir itu.
Alora sempat melongo. Ia hanya mengambil 3 buku dan totalnya hampir setengah juta. Baginya itu sangat lah mahal, biasanya jika ia berkunjung bersama dengan teman-teman nya, Alora hanya akan mengambil satu buku dan itu pun Jesi yang sering membayarnya, ketika Alora menanyakan harga Jesi selalu menjawab tidak penting. Namun jika Alora tetap ngeyel, Jesi akan menjawab yang membuat Alora seketika diam. 'nanti ginjal lo kecubit' begitu lah jawaban Jesi.
Tetapi untuk sekarang ia tetap akan membeli dan membayarnya, uang Alora sudah cukup banyak, tidak akan menjadi masalah berkurang untuk membeli buku yang disukainya.
Wajah Alora mulai panik, dompet yang ia bawa entah kemana tiba-tiba tidak ada di tasnya.
"Sebentar ya kak," ujarnya tetap mencari-cari dompet kecil miliknya.
"Ini," suara seseorang yang dikenalinya kembali terdengar.
Alora menatap Levian yang memberikan uang lembaran berwarna merah kepada kasir di depan nya.
"Nggak usah kak, aku nggak mau ngrepotin-"
"Udah gue bayar," ujar Levian berlalu meninggalkan Alora yang diam mematung di tempatnya.
Tidak Sean tidak Levian, sama-sama melakukan sesuatu secara tiba-tiba, bedanya Sean melakukan nya dengan kejahilan, sementara Levian dengan kebaikan cowok itu.
"Makasih," ujar Alora kepada kasir saat buku miliknya sudah terbungkus.
Ia langsung keluar dari toko buku. Berniat untuk mengejar Levian dan mengucapkan rasa terimakasihnya atau berniat mengganti uangnya besok ketika di sekolah, tetapi mobil milik Levian terlihat baru saja pergi meninggalkan parkiran toko.
Alora kembali pulang. Sesampainya di depan rumah. Keningnya mengernyit, ia menatap mobil mewah di depan nya yang sangat ia kenali. Mobil mustang hitam yang terpakir di depan rumah sederhananya terlihat sangat mencolok sekali.
Langkahnya pelan memasuki rumah, dengan jantung yang sudah meletup-letup, sampai akhirnya mulutnya kembali ternganga melihat tubuh tegap yang terlihat sibuk bersama dengan kakaknya di dapur.
"Sean?" kaget Alora.
kepo nih kita Ara 🧐🧐
jagain Alora dari para ular berbisa itu.
yg bs lawan omongan Cantika sm Aurora yg salah itu ya cuma Sean aja.
up up kk