Jika seseorang telah jatuh cinta, bisa membuat orang tersebut lupa diri, dan tidak perduli akan kekurangan orang yang ia cintai. Bahkan terkadang, tidak perduli, apakah orang yang ia cintai itu membalas cintanya atau tidak.
Aleena Catherine mencintai Alan Anderson, sejak mereka duduk di sekolah menengah pertama, hingga akhirnya mereka menikah.
Tapi, tiga tahun usia pernikahan mereka, Aleena di ceraikan Alan. Ternyata Alan tidak mencintai Aleena.
Setelah menceraikan Aleena, Alan melemparkan Aleena kepada pria miskin, bernama Alfred Stewart.
Aleena tidak menyangka, ternyata ia memiliki kisah dengan Alfred, yang tidak pernah Aleena sadari, sewaktu ia duduk di bangku sekolah menengah pertama dulu.
Pernikahan Aleena dengan Alfred yang di anggap semua orang, pria miskin dan pria sampah, menjadi pernikahan yang tidak terduga bagi Aleena.
Aleena di manjakan bak ratu, dan menjadi Nyonya Stewart, yang sangat mendominasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17.
Ke dua pria yang memegang alat pemukul itu mendekat, untuk memberi perhitungan kepada Alfred.
Melihat ke dua pria itu datang mendekat, Alfred dengan cepat, melangkah menghampiri ke dua pria tersebut.
Tiba-tiba, kaki Alfred dengan kencang menendang rusuk salah satu pria itu, sebelum pria tersebut memukulkan alat pemukul yang ia pegang, hingga tubuh pria itu terjatuh ke tanah.
Bukk!!
Brakk!!
"Akh!!" pria itu menjerit kesakitan.
Semua terkejut melihat aksi Alfred menumbangkan pria yang memegang alat pemukul tersebut.
Pria lainnya, yang memegang alat pemukul, dengan cepat mengayunkan alat pemukul yang ia pegang ke arah Alfred.
Dengan cepat tangan Alfred mencengkram lengan pria itu, sebelum ia memukulkan nya kepada Alfred.
Lalu kakinya dengan kencang melayang menendang perut pria itu, dan dengan cepat menarik alat pemukul tersebut dari tangan pria itu.
Lalu pemukul itu Alfred arahkan untuk memukul pria itu, yang sontak berteriak ketakutan.
"Aow! tidak! jangan! ma.. maaf Tuan.. kami hanya menjalankan perintah saja...!" pria dengan cepat meminta maaf sembari menjatuhkan lututnya ke tanah.
Yang lain juga jadi ikut ketakutan, melihat Alfred ternyata bukan pria sembarangan, mereka ikut menjatuhkan diri ke tanah.
"Maaf Tuan... kami.. kami di suruh Bos saja, untuk memukul siapa yang tidak ingin membayar hutang!" sahut yang lainnya ketakutan.
Alfred berdiri di depan mereka dengan pandangan tajam, "Yang berhutang tidak lagi tinggal di sini! kalian cari saja dia kalau mau menagih hutang, rumah ini bukan miliknya, kembalikan surat-surat asli kepemilikan milik Ayah mertuaku, CEPAT!!" bentak Alfred dengan kencang.
"I.. iya, Tuan... kami akan berikan!" salah satu pria sangar itu, memberikan surat asli kepemilikan rumah dan tanah milik Robert.
Dengan tangan gemetar ia mengulurkan surat tersebut, dan dengan cepat di ambil Alfred, yang sontak membuat pria penagih hutang itu terkejut.
Penagih hutang itu kembali menundukkan wajahnya ketakutan, setelah surat di ambil Alfred.
"Pergi!! jangan pernah datang lagi ke mari!!" ujar Alfred dengan kencang.
"Ba.. baik Tuan, kami pergi, dan tidak akan datang lagi, permisi!" sahut pria itu, lalu dengan cepat bangkit dari berlututnya.
Yang lain melakukan hal yang sama, dan mereka pun berlari ketakutan, tanpa berani menoleh lagi ke belakang.
Robert dan Aleena, sedari tadi hanya bisa terbengong saja, melihat aksi Alfred yang memukau.
Mereka berdiri diam, saling memegang tangan ketakutan, saat tadi melihat Alfred menghajar penagih hutang tersebut.
Alfred berbalik memandang Robert dan Aleena, yang terlihat bengong memandangnya.
"Apakah aku mengejutkan mu, Aleena?" tanya Alfred lembut.
"Oh.. eh.. i.. itu.. " Aleena jadi gugup di tanya Alfred.
Alfred memberikan surat rumah Ayah mertuanya tersebut, "Pa.. ini suratnya!"
"Oh.. i.. iya menantuku, terimakasih!" Robert sama seperti Aleena, jadi gugup menghadapi Alfred.
"Menurutku, lebih baik rumah ini di jual saja, Aleena dan Papa ikut saja denganku, karena aku khawatir... saat aku nanti tidak berada di rumah, mereka akan datang mengganggu lagi, karena tidak menemukan Nyonya Lucy!" kata Alfred dengan hati-hati, agar Aleena dan Robert mengerti akan perkataannya.
"Tapi... kami pasti akan jadi beban, tinggal di rumahmu" sahut Aleena dengan nada tidak yakin.
"Kamu sekarang sudah menjadi istriku, aku sebagai suami harus bertanggung jawab padamu, kamu mau membebani aku bagaimanapun, aku harus terima, karena sekarang aku telah menjadi tulang punggung mu, suamimu!" mata Alfred terlihat penuh harap menatap Aleena, agar Aleena mau tinggal di rumahnya.
Mendengar apa yang di katakan Alfred, hati Aleena sangat terharu, memang seperti inilah suami yang seharusnya.
Bertanggung jawab kepada istrinya, menjadi suami yang baik, dan sadar akan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga.
"Bagaimana kalau aku tinggal saja di sini, aku tidak akan menjadi beban di keluarga putriku, aku masih bisa mencari nafkah, aku masih sehat!" kata Robert menolak ikut untuk tinggal di rumah Alfred.
"Tidak, Pa! kamu harus ikut dengan kami, Papaku tidak punya teman di rumah, dia pasti senang bertemu dengan besannya, dan tidak akan kesepian lagi kalau Papa mertua tinggal bersama kami!" Alfred meyakinkan Robert untuk ikut bersamanya.
Robert diam sejenak, untuk memikirkan tawaran Alfred. Ia renungkan beberapa detik.
Mungkin dengan kami bersama satu rumah, bisa saling membantu soal ekonomi, dan aku tidak jauh lagi dengan putriku! baiklah! aku akan ikut saja tinggal di rumah menantuku! pikir Robert setelah merenung.
Sementara Aleena juga berpikir, semoga ia bisa menjadi istri, yang mengendalikan keuangan mereka dengan baik.
Walau Alfred miskin, ia akan membuat keluarga mereka, tidak berkekurangan soal makan dan uang.
Ia akan menjadi bendahara, yang pandai mengelola keuangan keluarga mereka.
Bersambung.....