Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.
Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.
“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.
Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI
===
follow IG : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CLB - Mirip Dengan ....
Rumi berada di kamar Kaisar, meski diminta istirahat ia hanya memilih sofa sambil mengagumi kamar itu. Bahkan saat memasuki toilet Rumi sempat terkekeh karena mengingat ulah Kaisar menghubunginya menanyakan bagaimana membuat kran mengeluarkan air hangat.
Kalau dibandingkan, tempat tinggal Kaisar ini dengan kontrakannya kemarin seperti bumi dan langit.
Nuansa maskulin sangat terasa di kamar itu. Dominasi warna putih, abu dan hitam. Ada ruangan lain sepertinya wardrobe.
Rumi berbaring di sofa kamar, rasanya nyaman. Ia membuka ponsel dan menyadari ada panggilan tidak terjawab dari Mela itu pun tadi pagi.
“Mau apa telpon, ujung-ujungnya Cuma pamer,” gumam Rumi dan masih fokus dengan ponsel.
Kaisar masih berada di ruang tengah sibuk dengan ponsel dan tablet, mengawasi pekerjaan yang selama ini ditinggalkan bahkan sempat menghubungi dua sahabatnya menyampaikan kalau dia sudah kembali.
Entah obrolan macam apa yang akan terjadi diantara mereka kalau tahu dia sudah menikah. Petugas apartemen sudah ada yang datang membawakan koper-koper dan tas miliknya juga Rumi.
“Rum,” panggil Kaisar saat memasuki kamar. “Loh, kenapa di sofa?”
“Nggak apa pak, di sini juga nyaman,” jawab Rumi. Menyadari pria itu menyeret koper, Rumi langsung beranjak hendak membantu.
“Udah, aku aja. Kamu siap-siap, setelah ini kita keluar.”
***
Kaisar mengekor Rumi berpindah dari satu rak ke rak yang lain, tapi tidak ada satu pakaian pun yang diambil. Sempat menggaruk pelipisnya apa Rumi tidak suka dengan toko tersebut.
Ia akan membuat penampilan Rumi lebih baik, cantik sudah pasti. Lebih manis, elegan dan semakin menggemaskan. Membayangkan itu Kaisar bahkan tersenyum.
“Loh nggak jadi?” tanya Kaisar saat Rumi sudah menarik salah satu dress, tapi diletakan lagi padahal ia melihat dress itu sangat cocok ditubuhnya.
Perlahan Rumi menghampiri. “Cocok pak, di sini nggak ada yang gak bagus.”
“Lalu?” tanya Kaisar heran, cocok tapi tak ada yang dipilih.
“Harganya Pak, kemahalan,” ucap Rumi lirih.
“Astaga,” gumam Kaisar. “Kamu pilih aku yang bayar,” sahut Kaisar lalu memanggil salah satu pramuniaga.
“Bawa ke kasir, yang ini, ini ,juga yang sebelah sana.” Kaisar menunjuk semua pakaian yang tadi disentuh Rumi. “Untuk ukuran istri saya, cepat ya!” titah Kaisar lalu menarik tangan Rumi mengajak menunggu di kasir.
“Pak, nggak salah. Kenapa malah dibeli semua.”
“Tunggu kamu kelamaan, aku sudah lapar.” Sempat merasa aneh karena Rumi tidak terlihat seperti perempuan pada umumnya yang senang berbelanja. Apalagi mendengar akan dibayarkan sudah pasti kalap, ini masih saja mempertimbangkan masalah harga.
Bukan hanya pakaian, Kaisar juga menunjuk beberapa alas kaki. Sepatu, wedges, heels, flatshoes dan sandal biasa. Lengkap pula dengan beberapa jenis tas. Setelah beres dengan urusan membayar, Kaisar minta semua barangnya diantar tentu saja ada tambahan biaya pengiriman dan tidak masalah bagi pria itu.
“Ayo.” Tujuan mereka berikutnya adalah restoran yang berada di mall yang sama.
“Kalau nanti kamu mau belanja atau main ya kesini aja. Gedung ini masih milik Iniland Property, hanya saja pengelolaan mall yang dipegang perusahaan lain,” jelas Kaisar.
Rumi hanya mengangguk dan mendengarkan saat Kaisar menjelaskan ia boleh keluar dari apartemen saat dirinya bekerja.
“Nanti kita lihat fasilitas apartemen yang bisa kamu gunakan.” Berharap Rumi tidak akan bosan selama tinggal dengannya, apalagi sebelumnya bekerja.
Hidangan sudah tersedia, Kaisar dan Rumi fokus dengan makan malam mereka. Kaisar menjelaskan kerabatnya yang berada di Jakarta
“Hanya ada Om Johan dengan istri dan ketiga anaknya, dia presdir Iniland Property. Tempat aku dan kamu bekerja. Tapi perusahaan itu milik Ibu Mihika, besok kita akan bertemu mereka.”
Pantas saja, ternyata Pak Kaisar bukan hanya punya jabatan bagus, tapi bagian dari orang hebat di perusahaan, batin Rumi.
“Nggak usah takut, mereka baik kok,” jelas Kaisar saat melihat raut wajah Rumi berubah tegang.
“Masih ada yang dibeli?”
“Nggak ada, sudah cukup,” sahut Rumi.
“Kita pulang ya, udah malam.”
Nyatanya Kaisar sempat mengajak Rumi ke toko kosmetik dan parfum. Untuk yang ini bukan hanya membeli keperluan Rumi, tapi juga untuk dirinya.
“Langsung pulang pak, saya udah capek,” keluh Rumi.
Kaisar terkekeh lalu merangkul bahu istrinya. “Siap, boss.”
Ada seseorang memperhatikan pasangan itu keluar dari toko Parfum.
“Ayo, ini udah malam. Aku capek dan kamu lagi hamil,” ujar Ardi karena Mela malah diam.
“Itu, mirip dengan ….” Mela tidak melanjutkan ucapannya, khawatir malah membuat Ardi penasaran kalau dia mengatakan melihat gadis mirip Rumi. Kalau dipikir tidak mungkin juga karena tidak mungkin Rumi ada di Jakarta.
Tapi kalau Rumi, dia sama siapa, batin Mela masih penasaran.
\=\=\=\=\=\=
siap kejang2 ya Mel, tahu kenyataan siapa Rumi 🤣🤣
rmhtangga Ardi semakin hari semakin berantakan.. Mela tu istri gk sedar diri
gagal total...sabar ya Kai...
klo ardi yg demo q yg maju
klo kaisar yg demo q ikut othor makan kuaci smbil liat kaisar ngomel kagak jelas smp klimpungan mikirin tu pedang 🤣🤣🤣