Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Tubuhku Bukan Miliknya Lagi.
Ayun tersenyum canggung saat mengatakan jika dia sama sekali tidak berniat untuk bunuh diri, sementara Nindi dan suaminya saling pandang karena telah salah sangka.
"Syukurlah, Ayun. Aku tadi sudah sangat takut saat melihatmu turun dari atas jembatan itu," ucap Nindi sambil menunjuk ke arah jembatan.
Ayun tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya. "Insyallah tidak akan terjadi hal seperti itu, Nin. Kalau pun aku ingin bunuh diri, aku pasti akan melompat dari jembatan. Bukannya turun ke bawah."
Betul juga. Nindi dan suaminya merutuki kebod*ohan mereka saat mendengar ucapan Ayun. Sangking paniknya, mereka sampai tidak bisa berpikir dengan baik dan benar.
"Kau benar, Ayun. Aku tadi sangat panik, makanya enggak berpikir sampai ke sana," ucap Nindi dengan senyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih.
"Tidak apa-apa, justru apa yang kau lakukan itu sangat baik. Aku sangat berterima kasih sekali," balas Ayun sambil tersenyum cerah.
Kemudian Ayun bergegas pamit untuk kembali ke rumahnya sebelum hari semakin siang. Untuk sekali lagi dia kembali mengucapkan terima kasih pada Nindi dan juga suami wanita itu.
"Bagaimana kalau kami antar saja, Yun? Sekalian biar tahu di mana rumahmu."
Ayun langsung menolaknya, jelas dia merasa tidak enak dan segan dengan tawaran yang Nindi dan suaminya berikan.
"Enggak apa-apa, udah ayo naik!"
Ayun tidak bisa lagi menolak ajakan Nindi yang terkesan memaksa, dia segera masuk ke dalam mobil dan duduk di barisan kursi kedua.
"Ka-kalau gitu, terima kasih atas tumpangannya, Nindi." Ayun merasa tidak enak hati.
Nindi mengangguk lalu menyuruh suaminya untuk beranjak pergi, sementara suaminya hanya diam sambil menghela napas kasar.
Sepanjang perjalanan, Nindi dan Ayun asyik bercerita panjang lebar tentang keluarga mereka masing-masing. Sementara laki-laki itu hanya menjadi pendengar budiman. Sesekali dia melirik ke arah sang istri yang tertawa lepas bersama dengan wanita itu.
"Aku tidak ingat kapan terakhir kali melihatmu tertawa seperti itu, Nindi. Apa segitu sukanya, kau dengan wanita itu?" Sekilas laki-laki itu melirik ke arah Ayun melalui kaca spion dalam, kemudian kembali melihat ke jalanan saat tidak sengaja bersitatap mata.
"Aku harus menyelidiki wanita itu. Jangan sampai dia memanfaatkan kebaikan istriku seperti yang sudah-sudah." Laki-laki itu lalu kembali fokus untuk melajukan mobilnya.
Beberapa saat kemudian, mereka semua sudah sampai di tempat tujuan. Ayun segera turun dari mobil dan menghampiri Nindi yang menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Ayo masuk ke dalam rumah dulu, Nin," tawar Ayun yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Nindi.
"Lain kali aja yah Yun, kami harus segera pergi," tolak Nindi secara halus.
"Baiklah, nanti-"
"Ayun!"
Ayun tersentak kaget saat mendengar panggilan seseorang, begitu juga dengan Nindi dan suaminya yang masih berada di dalam mobil.
"Dari mana saja kau?" tanya Evan sambil berjalan keluar dari dalam rumah. Dia menatap Ayun dengan tajam dan juga kesal.
"Anu, aku tadi habis dari jalan-jalan," jawab Ayun. Dia lalu kembali berbalik untuk melihat Nindi.
Nindi menatap Evan dengan tajam dan tidak suka. Bagaimana mungkin laki-laki itu langsung membentak Ayun begitu saja? Apalagi saat ini ada orang lain di antara mereka.
"Sekali lagi terima kasih, nanti aku akan menghubungimu," ucap Ayun membuat Nindi terkesiap.
"Ka-kalau gitu kami pamit dulu, assalamu'alaikum."
Ayun segera menjawab salam Nindi, lalu wanita itu dan suaminya beranjak pergi dari tempat itu. Dia terus menatap kepergian Nindi dengan tersenyum simpul.
Setelah mobil Nindi sudah tidak terlihat, Ayun lalu berbalik dam hendak masuk ke dalam rumah. Namun, Evan berdiri tepat di depan pintu rumah itu membuat langkahnya terhalang.
"Sebenarnya kau dari mana, Ayun? Apa kau tidak tau, kalau dari tadi aku memcarimu?" tanya Evan dengan kesal. Dia sudah lelah mencari wanita itu ke sekitar rumah, tetapi tetap tidak bisa menemukannya.
"Sudah ku bilang kalau aku habis jalan-jalan," jawab Ayun dengan datar dan dingin. Dia lalu menabrak lengan Evan membuat laki-laki itu tersentak kaget, dan berlalu masuk ke dalam rumah.
Evan mengepalkan kedua tangannya dan berusaha untuk menenangkan diri. Dia lalu beranjak masuk untuk mengejar langkah sang istri.
Ayun berjalan cepat untuk masuk ke dalam kamar, dia lalu membuka hijab dan juga pakaian yang di kenakan karena kotor terkena tanah di jembatan tadi.
"Ayun-" Evan tidak dapat melanjutkan ucapannya saat melihat wanita itu hanya memakai bra dan segitiga bermuda saja, sementara Ayun langsung menyambar pakaiannya kembali saat melihat keberadaan Evan.
"Ke-kenapa kau tutupi? Aku kan suamimu, aku sudah melihatnya selama bertahun-tahun," ucap Evan sambil menelan salivenya dengan kasar. Dia tidak ingat kapan terakhir kali berhubungan ranjang dengan Ayun, hingga hasratnya langsung memuncak.
Tanpa menjawab ucapan Evan, Ayun berbalik dan berjalan cepat ke dalam kamar mandi sambil tetap memegangi baju yang menempel di tubuhnya. Dia lalu mengunci pintu kamar mandi itu agar hal serupa tidak terjadi lagi.
"Ya Allah." Ayun menyandarkan tubuhnya ke pintu. Air mata kembali menetes merasakan pahitnya perasaan yang sedang dia rasakan.
"Maafkan aku, ya Allah. Aku tidak bermasud untuk menolak suamiku, karena dia berhak melihat atau melakukan apa yang dia inginkan terhadap tubuhku. Tapi hatiku sangat sakit, dan aku tidak rela jika dia melihat atau bahkan menyentuhku."
Ayun terduduk di atas lantai dengan luka yang kian menganga. Istri mana yang tidak sakit hati jika harus menutup tubuhnya rapat-rapat dari suami sendiri? Bukan karena dia tidak mau, tetapi keadaanlah yang memaksanya seperti itu.
Perselingkuhan antara Evan dengan wanita lain jelas menggores sisi kewanit*aan Ayun. Jelas mereka saling berhubungan, apalagi sudah ada bukti hadirnya anak di antara mereka.
Mengingat akan hal itu, membuat Ayun enggan untuk kembali berhubungan dengan laki-laki itu.
"Maaf, Mas. Aku merasa kau tidak pantas lagi untuk menikmati tubuhku."
•
•
•
Tbc.