Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Tiri
Langsung kubuka saja halaman buku berikutnya tanpa menunda waktu sama sekali, kini aku sudah bisa membaca semua huruf dengan jelas, yang sudah pasti akan sangat membantuku untuk mempelajari segala hal tentang dunia ini.
[Narandra, Tahun 100, bulan 1.]
Ada sebuah tulisan kecil yang tertulis di atas halaman, sepertinya sengaja ditulis untuk pengingat Brian, sementara sisa tulisan lainnya berupa angka yang berurutan dengan paragraf yang tersusun rapi.
[Nomor 1: Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah Elena, sekolah yang selama ini aku dambakan karena lulusannya sudah pasti bisa bekerja di kekaisaran Narandra. Aku sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena terlalu bersemangat, juga tak sabar ingin bertemu dengan teman-teman baru. Namun, sial sekali aku malah bertemu dengan orang yang paling aku benci di hari pertama sekolahku, tak pernah kusangka ternyata Darrius juga bisa diterima di sekolah ini padahal dia anak nakal dan suka membuly orang lain.]
[Nomor 2: Sama seperti dugaanku sebelumnya, Darrius langsung membuat masalah padaku di depan banyak orang, dia selalu saja menggunakan ejekan yang sama untuk menghinaku sehingga aku benar-benar merasa malu. Lagi pula, apa salahnya kalau aku memiliki rambut merah? Menurutku rambut ini sangat unik dan langka.]
Aku spontan menyentuh rambutku setelah membaca paragraf barusan, kupikir rambut merah ini sangat keren dan uni, apalagi bisa menyala di dalam tempat yang tidak begitu terang.
[Nomor 3: Sungguh sial sekali hari ini. Aku kalah duel sihir melawan Darrius dalam sebuah test untuk menentukan masuk kelas unggulan, bajingan itu menggunakan cara licik untuk mengalahkan aku dengan memasukan racun pelumpuh pada minumanku.]
[Nomor 4: aku mau tak mau masuk ke kelas biasa gara-gara gagal masuk test kelas unggulan, dan rasanya sangat tidak nyaman sekali karena kebanyakan orang di sini berasal dari keluarga bangsawan jahat. Mereka hanya sekelompok anak-anak nakal yang kerjaannya selalu membuly seperti Darrius, bahkan beberapa dari mereka masih bawahan Darrius.]
[Nomor 5: Kondisiku makin memburuk saja di dalam kelas ini, aku jadi orang yang selalu dikucilkan dan bully oleh semua teman sekelasku, tak ada satupun dari mereka yang mau mengobrol atau berteman denganku, mereka takut gara-gara aku memiliki rambut berwarna merah. Katanya rambut ini kutukan dari iblis abi yang pernah menyerang kerajaan Narandra 50 tahun yang lalu.]
[Nomor 6: Sialan! Darrius hanya pecundang sialan! Dia tak berani bertarung satu lawan satu dan bisanya bawa pasukan. Aku kalah hari ini bukan berati aku lemah, tapi karena aku kecolongan saja. Meski begitu, aku tak kecewa sama sekali, sebab aku berhasil mendapatkan perhatian dari bunga sekolah alias Aluna, hehehe.]
Aku berhenti sejenak untuk mengambil napas, tak kusangka buku harian Brian ini isinya tentang perjuangan Brian dalam menghadapi masalah pembulian di sekolahnya sekaligus perjuangan untuk mendapatkan hati bunga sekolah.
Wajar sih Brian bisa memiliki pikiran seperti itu, karena aku merasa sosok pemuda ini memiliki penampilan yang sangat pantas dan bisa menarik perhatian wanita mana pun.
Kalau saja Brian tinggal di duniaku sebelumnya, dia mungkin sudah jadi playboy kelas kakap, wanita sudah pasti akan berdatangan sendiri dan mengantri untuk diisi rahimnya dengan cairan cinta.
Tak berlebihan aku memuji Brian seperti itu, sebab anak ini benar-benar sempurna dalam segi penampilan. Hanya saja aku bingung dengan alasan Brian yang selalu menjadi objek bully di sekolah, mungkin saja karena ia terlalu tampan hingga Darrius membencinya, atau karena ada hal lain? Entahlah, aku coba lanjut baca saja sampai halaman terakhir, siapa tahu aku bisa menemukan jawabannya.
Kemudian, aku lanjut membaca kembali buku harian Brian dengan cermat, tak ada satu paragraf yang aku lewati agar tidak ada informasi yang terlewat.
Air mataku menetes tanpa sadar sepanjang aku membaca buku tebal itu, curhatan Brian ternyata hanya diisi dengan penderitaan dan masalah pembulian.
[Nomor 365: Ibuku meninggal hari ini gara-gara penyakit aneh yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Padahal hari ini tepat setahun aku bersekolah dan ada festival sangat penting yang harus dihadiri oleh orang tua, tapi aku terpaksa melewatkan festival itu karena harus mengadakan pemakaman ibuku.]
[Nomor 366: Aku sangat marah kepada ayahku ketika ia harus pergi bertugas ke perbatasan untuk berperang melawan ras manusia setengah serigala. Aku tak menyangka ayah begitu tega meninggalkan aku sendirian di kastil sebesar ini. Apa dia tak takut aku akan diserang bandit ketika memutuskan pergi ke medan perang?]
Aku terkejut usai membaca dua paragraf barusan, terutama saat tahu ada manusia setengah serigala dan peperangan di dunia ini. Seketika aku pun paham betul bahwa aku benar-benar telah hidup kembali di dunia lain.
Aku lanjut membaca buku harian Brian hingga nomor 730 atau hari di mana Brian sudah menulis buku harian selama dua tahun, yang artinya Brian juga sudah sekolah selama dua tahun di sekolah Elena.
[Nomor 730: Aku akhirnya bisa membuktikan kekuatanku kepada semua orang di sekolah dengan berhasil mengalahkan Darrius dalam sebuah duel resmi. Darrius kalah telak berkat jurus pamungkas yang baru saja aku kuasai seminggu yang lalu. Hanya saja kemenanganku terasa kurang lengkap karena orang tuaku tidak melihatnya. Ibuku sudah meninggal tahun lalu dan ayahku masih belum pulang dari medan perang. Katanya sih mau pulang besok, tapi aku tidak terlalu yakin.]
[Nomor 731: Ayahku ternyata benar-benar pulang hari ini dengan membawa kemenangan, aksi heroiknya selama di medan perang berhasil mendapatkan penghargaan dan hadiah yang sangat banyak dari Baginda Ratu. Hanya saja aku tidak terlalu senang atas kemenangan ayahku, karena dia juga membawa seorang istri baru atau ibu tiri bagiku.]
Aku menarik napas dalam-dalam sejenak, agak terharu juga atas kemenangan Brian dari Darrius, terlebih kemenangan ayahnya dari bangsa manusia setengah serigala. Namun, aku langsung mengerutkan kening saat membaca keluhan Brian atas ibu tiri itu, karena kupikir wajar saja bila ayahnya menikah lagi untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
[Nomor 913: Enam bulan berlalu semenjak ayah membawa pulang Mama Laura ke kastil ini, dan malapetaka pun muncul di dalam keluargaku tepat pada hari ini. Baginda Ratu tiba-tiba menjatuhkan hukuman sangat berat kepada keluarga Argus atas kasus tudingan pengkhianatan kepada kerajaan Narandra. Hal tersebut bisa terjadi karena Baginda Ratu mendapatkan laporan tentang asal usul Mama Laura, yang tak lain masih bagian dari ras manusia setengah serigala. Keluarga Argus pun harus diasingkan dari kerajaan Narandra dengan pindah ke wilayah perbatasan, serta harus membayar denda 1000 koin emas.]
[Nomor 920 : Keluarga Argus akhirnya tiba di wilayah perbatasan setelah menempuh perjalanan memakai kereta kuda selama satu minggu. Wilayah ini sangat kotor dan jarang sekali ada penduduk, hanya ada 30 kepala keluarga yang tinggal di sini, dan kebayakan dari mereka sudah lanjut usia. Aku, ayah, Mama Laura dan beberapa pelayan setia tinggal di sebuah kastil tua yang tampak seperti kastil hantu bila dilihat dari luar.]
Aku spontan melihat ke sekeliling kamar usai membacanya, "Oh jadi ini kastil tua yang dimaksud Brian, pantas saja aku merasa ngeri ketika mau pergi keluar tadi. Hmm, serem juga sih kalau begini caranya," gumamku.
[Nomor 921 : Aku masuk ke sekolah baru hari ini sebagai siswa pindahan, perjalanan ke sekolah baruku terasa jauh sekali karena harus lewat lautan selama satu jam dan lanjut memakai kuda selama dua jam. Tapi rasa lelahku langsung hilang ketika sudah memasuki kelas, karena di sana aku bisa bertemu banyak sekali ras manusia setengah hewan. Untung saja mereka menyambutku dengan baik dan mau berteman tanpa peduli aku dari ras manusia. Astaga, nyaman sekali rasanya ketika bisa sekolah tanpa ada orang yang menindasku.]
[Nomor 951: Oh Dewa Agung, kenapa nasib buruk datang lagi padaku? Ayahku tiba-tiba terkena penyakit aneh seperti yang pernah di alami ibuku waktu itu, bahkan penyakit aneh ayahku sudah pada stadium akhir dan divonis mati dalam semingu. Padahal aku sudah mulai menikmati kehidupan di wilayah perbatasan ini, tapi kenapa aku harus menderita lagi?]
[Nomor 958: Pemakaman ayahku berlangsung hari ini, aku menangis sejadi-jadinya karena tak kuasa menahan rasa sedih di dalam hatiku. Kini aku benar-benar yatim piatu, hanya memiliki Mama Laura seorang.]
Aku berhenti membaca sejenak untuk mengusap air mataku, entah ini air mata punya Brian atau memang punyaku sendiri, yang pasti air mata itu mengalir cukup banyak.
Aku pun membandingkan nasib Brian dengan nasibku yang ternyata tak jauh berbeda, kita sama-sama kehilangan orang tua dan selalu dihampiiri penderitaan, terlebih kita sama-sama mati pada akhirnya.
Setelah emosiku cukup stabil, kulanjutkan membaca buku harian Brian dengan perasaan sangat berkecamuk. Lama juga kubaca buku tebal ini, mungkin sudah beberapa jam karena aku samar-samar merasakan cahaya masuk dari jendela kamar.
Tinggal lima nomor yang tersisa pada buku tebal itu, aku pun semakin penasaran dan ingin segera menuntaskan bacaanku, terutama aku sangat penasaran dengan keanehan yang terjadi pada Ibu tiri Brian selama sebulan ke belakang.
[Nomor 1091 : Mama Laura datang lagi ke dalam kamarku tadi malam, aku benar-benar ketakutan dengan gelagat aneh yang selalu ditunjukan Mama Laura baru-baru ini. Terkadang aku mendengar suara lolongan keras seperti serigala, tapi aku tidak bisa menemukan sosok apapun dari asal suara itu.]
[Nomor 1092 : Malam ini juga terjadi hal yang sama, bahkan suara lolongan itu semakin keras saja. Sebelumnya aku sudah menanyakan kebenarannya kepada beberapa pelayan, cuman aku tidak bisa menemukan jawaban apapun.]
[Nomor 1093 : Hancur sudah hidupku sekarang, semuanya benar-benar hancur hingga tak akan pernah bisa kuperbaiki lagi. Aku tak pernah menyangka kalau wujud asli Mama Laura ternyata manusia setengah rubah, dan Mama Laura menyetubuhiku dalam wujud itu. Aku anak yang sangat berdosa karena tidak bisa menahan hasrat Mama Laura.]
[Nomor 1094 : Meski Mama Laura bilang itu kebutuhannya sebagai wanita setengah rubah, dan dia bisa mengamuk bila tidak segera disalurkan. Namun aku tetap tak terima ketika Mama Laura menjadikanku sebagai pelampiasan hasratnya. Jujur saja aku merasa sangat berdosa kepada mendiang ayahku, juga aku merasa telah kehilangan semua harga diriku sebagai seorang Pria. Aku tak sanggup lagi, lebih baik aku mati saja.]
[Nomor 1095 : Aku sudah memutuskan sepenuh hati setelah berpikir seharian penuh, tepat nanti malam aku akan mengakhiri hidupku agar bisa bertemu kembali dengan ayah dan ibuku. Lagi pula, aku sudah tidak punya apapun di dunia ini, sisa-sisa harapanku benar-benar telah hancur sejak Mama Laura menyetubuhiku. Jadi, selamat tinggal dunia jahat ini ....]
Buku harian Brian selesai pada nomor 1095, yang artinya Brian sudah menulis selama tiga tahun penuh.
"Gila sih ini, si Brian niat banget nulis buku harian sampai tiga tahun. Tapi, yang lebih gila lagi tentang kematiannya, masa gara-gara tubuhnya dijamah Ibu tiri sendiri dia langsung mutusin bunuh diri? Lagian apa masalahnya, mereka tidak terikat darah dan juga karena kebutuhan mendesak, jadi kupikir wajar saja bila mereka memiliki hubungan seperti itu," gumamku sembari menutup buku tebal itu.
Brian seharusnya meminum racun itu sejak kemarin malam, dan nyawanya baru hilang tadi malam. Dia sempat bertahan selama satu hari sebelum akhirnya benar-benar pergi dari dunia ini.
"Kalau Brian mati karena racun, lantas kenapa tubuhku tidak merasakannya sekarang? Mungkinkah kondisi tubuh ini langsung disembuhkan begitu jiwaku masuk ke dalamnya? Entahlah, mungkin hanya Dewa sendiri yang mengetahuinya."
"Huaaah, aku sepertinya harus bisa membiasakan diri tinggal di dunia ini, tapi aku ingin tidur dulu karena mataku sudah tak bisa diajak kompromi lagi."
Aku pun bergegas kembali ke atas ranjang setelah meregangkan tubuhku, membaca buku harian Brian ternyata membuatku sangat lelah.
Cekiiiit!
Namun, suara pintu terbuka menghentikan langkahku saat ini, yang membuatku spontan menoleh ke arah pintu tersebut.
Dan mataku terbelalak saat melihat sosok wanita cantik yang kini sedang berlari ke arahku dengan air mata berderai, dia langsung memelukku begitu saja tanpa permisi sama sekali.
"Maafkan mama, Brian. Mama sungguh menyesal karena sudah melakukan hal sehina itu padamu. Mama mohon jangan pergi dari hidup Mama, karena hanya kamu satu-satunya orang yang Mama miliki," ucap wanita cantik itu alias ibu tiri Brian, Laura si manusia setengah rubah.
...