Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Ikatan Diatas Kertas.
Hari demi hari terus berganti, tak terasa sudah dua minggu lamanya Arumi tinggal di rumah keluarga Alvarendra. Kesehatan Tuan Abian pun kian membaik, bahkan hampir setiap pagi Tuan Abian mengajak Arumi berjalan kaki mengelilingi komplek. Arumi juga selalu memastikan kakeknya itu makan dan meminum obatnya secara teratur.
Berbeda dengan Tuan Abian yang sudah bisa sepenuhnya menerima kehadiran Arumi, Tante Sherly masih bersikap dingin pada gadis itu. Sherly masih belum sepenuhnya percaya dengan hubungan Bara dan Arumi yang menurutnya terlalu mendadak itu.
Tuan Abian menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Arumi saat mereka sudah sampai didepan gerbang rumah.
"Kapan-kapan kakek ingin bertemu dengan keluarga kamu. Ajaklah mereka untuk makan malam bersama, kita ini kan sudah menjadi satu keluarga, biar kami bisa saling mengenal,"
Arumi menelan salivanya kasar, dia tidak bisa menjawab iya dan tidak bisa juga untuk menolak, Arumi hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan kakek Abian. Keluarganya memang tidak akan keberatan jika diundang untuk makan malam, terutama mama dan kakaknya yang tidak mungkin menolak, tapi Arumi yang keberatan dalam hal ini. Arumi tidak ingin mama dan kakak tirinya itu membuat masalah, apalagi jika mereka melihat istana megah keluarga Alvarendra ini.
"Tapi sebelum bertemu dengan keluargamu, kakek ingin kamu dan Bara pergi berbulan madu terlebih dahulu," tambah Tuan Abian.
"Apa Kek, bulan madu?" tanya Arumi memastikan lagi, takutnya tadi dia salah dengar.
Tuan Abian menganggukkan kepala, "Ya, bulan madu. Kakek sudah menyiapkan semuanya untuk kalian,"
"Ta-tapi Kek..."
"Tidak ada tapi-tapian, ini keputusan kakek, kalian akan pergi berbulan madu besok!" keputusan Tuan Abian sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.
"I-iya Kek." Arumi tidak bisa membantah lagi, terpaksa dia harus mengiyakan ucapan kakek Abian.
Setelah mengantarkan kakek Abian masuk kedalam kamarnya, Arumi membuka pintu kamar Bara, nampak Bara yang masih tertidur pulas di atas kasur empuknya. Kebetulan ini adalah hari libur, jadi Bara bisa bermalas-malasan lebih lama diatas ranjangnya sambil memeluk bantal guling.
Arumi berjalan ke sisi ranjang, "Mas bangun Mas."
Arumi mencoba membangunkan Bara tanpa menyentuhnya, namun tidak ada reaksi dari Bara. Pria itu masih terlelap dan mungkin sedang mengarungi mimpi-mimpi indahnya dipagi yang sudah cerah ini.
"Mas... Aku pengen ngomong bentar," sekali lagi Arumi mencoba membangunkan Bara, namun Bara masih tetap menutup matanya rapat-rapat.
Arumi menghela nafasnya panjang, dia membungkukkan sedikit badannya sambil satu tangannya menyentuh lengan Bara, belum sempat dia bersuara, Bara sudah lebih dulu membuka matanya hingga tatapan mata mereka saling bertemu dengan jarak yang cukup dekat. Keduanya sempat terpaku sejenak, membuat sesuatu didalam sana berdetak lebih cepat.
"Ada apa?" tanya Bara dengan suara sedikit serak karena baru bangun dari tidurnya, sudah dua minggu ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, lebih tepatnya sejak dia harus berbagi ranjang dengan Arumi.
Buru-buru Arumi menarik tangannya dan kembali berdiri dengan tegak. "Aku mau ngomong,"
"Hmm ngomong aja, aku dengerin,"
Arumi sempat terdiam sebentar sebelum kembali berbicara, "Kakek menyuruh kita untuk pergi berbulan madu besok,"
Bara membuka matanya lebar-lebar mendengar ucapan Arumi barusan. Dia mengangkat sedikit kepalanya dan menatap Arumi dengan lekat.
"Bulan madu?" tanyanya dengan kening mengernyit.
Arumi menganggukkan kepalanya, "Kakek bilang sudah menyiapkan semuanya, kita tinggal pergi besok,"
Bara membalikkan tubuhnya terlentang, dia menghela nafas berat sambil satu tangannya memegangi keningnya. Kakeknya memang memiliki kebiasaan suka memaksa.
"Biar nanti aku yang bicara sama kakek. Sudah tidak usah terlalu dipikirkan." Bara menutup matanya kembali, dia masih sangat mengantuk.
"Mas, kok tidur lagi sih," protes Arumi.
"Aku masih ngantuk, kamu mau sarapan tinggal sarapan saja, tidak perlu menungguku," ucap Bara tanpa berniat membuka kembali matanya.
Lagi-lagi Arumi menghela nafas panjang, "Tapi aku maunya ditemenin, Mas! Pokoknya habis aku mandi Mas harus sudah bangun."
"Hhmm,"
Hanya jawaban singkat itu yang Bara berikan sebagai tanda setuju. Padahal dia tidak menjamin jika dia akan terbangun saat istrinya itu sudah selesai mandi nanti. Hampir setiap hari Bara baru bisa tertidur setiap jam tiga dini hari, karena dia harus menidurkan sesuatu dulu dibawah sana sebelum memejamkan matanya. Entah mengapa, setiap melihat tubuh Arumi menggeliat diatas ranjang, miliknya dibawah sana langsung menjulang tinggi setinggi Monas.
_
_
_
Setelah makan siang, Bara menemui kakeknya diruangan kerjanya untuk membicarakan tentang rencana bulan madu yang sudah disiapkan oleh kakeknya itu.
"Bara tidak bisa pergi Kek, pekerjaan Bara banyak dikantor," ucap Bara. Saat ini dia sudah duduk di sofa berhadapan dengan kakeknya.
"Asistenmu yang akan menghandle semua pekerjaanmu untuk sementara waktu, jadi kamu bisa menikmati bulan madu dengan istrimu," ucap kakek Abian.
"Tapi kek, bulan madunya bisa kapan-kapan, lagipula kami kan baru menikah selama dua minggu, jadi masih banyak waktu untuk membicarakan rencana bulan madu. Biar Bara selesaikan beberapa pekerjaan Bara dulu dikantor, setelah itu Bara akan merencanakan bulan madu dengan Arumi."
Bara terus mencoba untuk membujuk kakeknya, namun Tuan Abian sudah kekeuh dengan keinginannya.
"Keputusan kakek sudah bulat, mau tidak mau besok kamu akan tetap pergi dengan istri kamu ke tempat yang sudah kakek siapkan! Biar kalian bisa cepat punya anak!" tegas Tuan Abian.
Bara hanya bisa mendengus kesal mendengar permintaan kakeknya yang menurutnya terlalu menuntut itu. Disentuh saja belum apalagi punya anak, yang ada Bara yang akan dibuat bergadang setiap malam kalau dia sampai pergi berbulan madu berdua dengan Arumi nanti. Permintaan kakeknya benar-benar menguji iman sekali.
"Hufftt... Dasar kakek gendeng!"
...🌼🌼🌼...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...