Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marry
Berusaha mencerna perkataannya Hana pun melihat pria setengah baya disampingnya ini.
"Aku pasti salah dengar, aku tidak mungkin menikahi cucu anda" geleng pelan Hana.
"Kenapa tidak? Aku butuh orang sepertimu untuk menikah dengan cucuku" terangnya lagi.
"Kak Jey sudah ku anggap kakak ku sendiri, bagaimana bisa aku--"
Tok tok tok
Seseorang mengetuk jendela mobil, yang terlihat hanya setengah badan nya saja, bahkan tubuhnya membelakangi jendela mobil.
Hana langsung menoleh ke jendela, ia juga tidak tahu siapa yang mengetuk nya.
"Aku belum bilang siapa, tapi orang itu sudah datang, dia menyadari dengan cepat" ujar Simon sambil melihat jendela mobil.
"Siapa?" Tanya Hana wajahnya sambil mendekat ke jendela.
Tepat saat Hana sedang mendekat wajahnya, pria diluar pun menunduk dan wajahnya pun terlihat, itu Leon dengan tatapan tajam dengan mata sipitnya.
Jendela tidak terlihat jika dari luar namun sangat jelas dari dalam, Hana mengerjapkan matanya, maksud nya pria ini yang akan menikah dengannya.
"Kenapa harus aku??" Tanya Hana yang menoleh ke Simon.
Belum menjawab Simon menyuruh supir membuka kunci mobil dengan memberikan sinyal menatapnya.
Tentu Leon langsung membuka pintu mobil.
"Keluarlah" lembut Leon suaranya pada Hana.
Hana patuh pun keluar dari mobil, dan Leon pun masuk ke dalam mobil.
Sebenarnya Leon tadi sudah sampai gedung, ia melihat Hana yang berjalan, namun Leon melihat dan mengenali mobil tersebut.
Sebelum menghampiri nya, Leon dihentikan oleh Jey yang tiba-tiba datang. Dengan tatapan tajamnya pada Leon.
"Aku pastikan akan menghalangi mu, dia bukan lah barang" ucap Jey pada Leon.
"Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba berbicara yang tidak masuk akal" jawab nya.
"Kakek akan menjodohkan mu dengan Hana, aku tidak akan diam, dan Hana akan mendapat imbalan setelah menikah dengan mu, kau pikir Hana akan menyetujui nya?" Ujar Jey dengan tangan nya terkepal kuat.
"Aahh.. Aku tidak perduli, lagi pula dia sudah ada ditangan ku" Leon menoleh ke arah mobil dimana Hana masuk lalu berjalan menuju Mobil tersebut meninggalkan Jey yang menahan amarah nya.
Malam itu saat Jey di ruangan kakeknya.
Flashback On
Saat itu Jey sungguh menentang keputusan kakeknya, ia tidak ingin melukai Hana bahwa Leon mafia yang banyak berurusan dengan orang berbahaya.
"Aku sudah memutuskan, jangan mengganggu, tetaplah diam pada posisi mu" peringat kakeknya pada Jey.
"Tidak, aku tidak menyetujuinya, berhenti mengganggu cucumu" pungkas Jey yang juga memperingati kakeknya.
"Jika tidak mau.. Aku akan mencabut jabatan mu dan berhenti mengurus perusahaan" ancaman itu keluar begitu saja dari kakek nya.
Jey berdiri dengan tatapan tajam.
"Silahkan saja" santai Jey dengan nada serius sebelum meninggalkan ruangan.
Flashback Off
Didalam mobil Leon yang duduk disamping kakeknya dengan wajah serius.
"Sejak kapan kakek dapat izin ikut campur dalam hidup ku?" Tanya Leon dengan santai.
"Ini hanya bisnis" singkat kakeknya.
"Bisnis? Anda melakukan nya lagi, keluarga bukanlah bisnis seperti yang anda lakukan pada ibuku" tutur Leon.
"Jangan lagi.. Campuri urusanku, anda paling tahu saat aku marah" lanjut Leon sebelum pergi dari dalam mobil.
...
Hana sedang bekerja seperti biasanya, dan sibuk dengan membawa berkas ia sedang berada di ruang tim perencanaan.
Leon yang baru datang, matanya melihat Hana yang sedang mengobrol dengan karyawan lain yang pastinya karyawan pria, ia bahkan tersenyum sambil tertawa.
Mata Leon menatap dengan mata sipitnya, meski terhalang oleh kaca serta hordeng transparan, bahkan Tatapan nya seakan bisa melubangi kaca tersebut.
Yang merasa kesal Leon berbalik masuk ke ruang James, dengan menghela nafasnya.
"Ada apa?" Tanya James melihat Leon yang berdiri dekat jendela besar disisi ruangannya.
Tidak menjawab Leon mengambil remote hordeng yang otomatis kaca dekat meja Hana pun tertutup.
"Aku pinjam ruangan mu, keluar panggil Hana kemari" perintah Leon.
James hanya menurut dan pergi keluar untuk memanggil Hana.
"Oh, direktur, apa yang anda perlukan?" Tanya Hana yang menyapa dengan beberapa berkas ditangannya.
James mengambil berkas tersebut dari tangan Hana, lalu menatap nya.
"Pergilah ke ruangan ku, dia menunggu" ujar James.
"Aku?" Tanya Hana siapa yang menunggunya, saat ia berjalan didepan pintu, ia sudah sadar kalau itu pasti Leon.
Tok tok
Hana pun masuk dalam ruangan, dan menutup pintunya perlahan, matanya juga melihat kaca nya yang ditutup, ia menelan ludahnya susah payah, kepalanya menoleh ke arah Leon yang sedang berdiri membelakangi pandangannya sedang ke jendela besar yang menatap gedung sebrang serta kedua tangan nya ia lipat di dadanya.
"Anda memanggil ku?" Tanya Hana hati-hati.
Leon berbalik dan melihat Hana yang tak jauh darinya berdiri, bukannya menjawab Leon malah melihat Hana dari atas sampai bawah, rok hitam sepaha serta balutan blouse merah maroon yang sangat pass ditubuhnya.
"Kau sangat berani memakai baju ini" ujar Leon yang melihat Hana.
"Apa yang salah? Banyak wanita yang memakai ini" pungkas Hana yang melihat pakaian nya.
"Apa salah nya?" Ulang Leon yang melihat Hana dengan mata sipitnya.
Hana masih diam tidak mengerti, Leon menghela nafasnya lalu menatap Hana.
"Jadi.. Kau jawab apa pada pria tua itu?" Tanya Leon to the point bahkan menyebut kakeknya sendiri seperti orang asing.
"Pria tua?- bagaimana bisa kau panggil kakekmu begitu" ujar Hana.
Leon tak menjawab melainkan menunggu jawaban Hana.
"Meski diberi uang pun aku tidak mau" jawab Hana.
"Kau menolak ku? Apa yang kurang dari ku?" Tutur Leon yang melangkah mendekati Hana.
"Tidak ada, karena itu anda terlalu sempurna" pungkas Hana sambil menatap Leon.
Jarak mereka hanya kurang dari beberapa centi, Hana pun melangkah mundur namun kakinya terhenti karena belakangnya tepat ada sofa.
"Kenapa berpikir begitu?" Tanya Leon yang makin mendekati Hana.
"Itu--"
Buk
Hana terduduk di atas senderan sofa, tangannya memegang senderan sofa untuk menahan agar tubuhnya tidak jatuh, lalu Kepala Hana mendongak untuk melihat Leon.
"Aku?. Kejadian wanita menamparku dikantor, berita nya sudah menyebar, orang kantor membicarakan hubungan kita, tentu aku menegaskan tidak ada hubungan apapun" jelas Hana yang masih berbicara dengan mendongak.
Leon menghela nafasnya masih belum dapat jawaban yang ia inginkan.
"Jadi alasanmu apa sebenarnya?" Tanya Leon.
"Dia menawarkan ku apapun asalkan aku menikah denganmu" terang Hana dengan mata bulatnya.
"Apapun" ulang Leon kata tersebut dengan menaikkan satu alisnya.
Diam sejenak menatap Hana yang terdiam.
"Jangan lagi, bertemu dengan pria tua itu, mengerti" ucap Leon menegaskan perkataannya.
...
Di jam yang sama ditempat berbeda, Simon kakek Leon yang berada di ruangannya ia tersenyum saat melihat foto ditangannya. Itu adalah Leon dengan Hana yang difoto diam-diam.
"Apa rencana anda selanjutnya?" Tanya sekertaris nya yang selalu disampingnya.
"Apa lagi, sepertinya aku tidak perlu memberikan dorongan apapun, tadi kau melihatnya, kurasa Leon menyukai gadis ini, tapi tidak mau mengakuinya" oceh Simon pada sekertaris nya.
"Bagaimana dengan tawaran anda? Apa masih ingin diberikan pada Hana?" Tanya Sekertaris nya.
"Tentu saja, aku harus tetap mengawasinya. Sepertinya aku harus pura-pura tidak tahu, sampai pada jadwal main nya" jawab Simon yang sudah lagi menyusun rencananya untuk Hana serta cucunya Leon.