NovelToon NovelToon
Amarah Dewa Naga

Amarah Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Perperangan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Albertus Seran

novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Pintu Menuju Masa Depan

Hari mulai gelap saat mereka akhirnya mendekati gerbang besar Akademi Petualang. Menara yang menjulang tinggi di atas mereka bersinar dalam cahaya bulan yang lembut, seolah menyambut mereka dengan keagungan yang penuh rahasia. Lampu-lampu magis yang berwarna keemasan tergantung di sepanjang tembok batu hitam, menyinari jalan setapak menuju gerbang utama. Hati ketiganya berdebar, dipenuhi dengan rasa antusias dan kekhawatiran.

"Kita benar-benar sampai," bisik Lyria, suaranya penuh kekaguman. Matanya yang hijau cerah memandang menara yang tinggi dengan penuh rasa takjub. "Akademi... tempat impian kita dimulai."

Aric menyeringai, meskipun tubuhnya lelah dari perjalanan panjang. "Ya, dan aku yakin kita akan mencetak sejarah di sini," katanya, memompa semangat dirinya sendiri. "Kita akan menjadi petualang yang paling hebat, dan mereka semua akan mengenal nama kita."

Kael berdiri di samping Lyria, diam-diam mengamati kedua sahabatnya. Di dalam dirinya, ia merasakan kebanggaan bercampur dengan kecemasan. Akademi bukanlah tempat yang mudah. Setiap tahunnya, hanya sedikit yang berhasil lulus, dan banyak dari mereka yang gagal tidak hanya kehilangan mimpi mereka tetapi juga semangat mereka. Namun, Kael tahu ia tidak bisa mundur sekarang. Untuk Lyria dan Aric, ia harus terus maju.

"Baiklah," Kael berkata dengan nada datar namun penuh tekad. "Kita di sini untuk membuat mimpi kita menjadi kenyataan. Tapi pertama-tama, kita harus melewati gerbang itu." Ia melangkah ke depan, diikuti oleh Lyria dan Aric, menuju pintu kayu besar yang terukir dengan lambang naga berkepala dua—simbol kekuatan dan kebijaksanaan Akademi.

Di depan gerbang berdiri seorang penjaga tinggi dengan baju zirah hitam dan jubah merah tua. Helm yang ia kenakan menutupi wajahnya sepenuhnya, hanya menyisakan mata berkilauan seperti bara api yang mengintip dari celah sempit. Ia mengangkat tombaknya dan menatap mereka bertiga dengan penuh kewaspadaan.

"Nama dan tujuan kalian?" suaranya bergema rendah dan dalam, seperti guntur yang merayap di kejauhan.

Aric dengan percaya diri melangkah maju. "Kami adalah calon petualang," katanya, suaranya tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kami datang untuk mendaftar di Akademi, seperti yang tertulis dalam surat undangan kami."

Lyria merogoh tasnya dan mengeluarkan gulungan surat yang telah mereka terima dari Akademi beberapa bulan yang lalu. Ia menyerahkannya dengan tangan gemetar, tetapi matanya tetap memancarkan semangat.

Penjaga itu mengambil surat itu dan membacanya dengan cermat. Mata merahnya bergerak-gerak, memeriksa setiap huruf dan segel yang ada. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, ia mengangguk dan mengembalikan surat itu. "Kalian diterima," katanya dengan suara dingin. "Masuklah, dan bersiaplah untuk menghadapi ujian yang akan menentukan nasib kalian."

Pintu besar itu berderit saat terbuka perlahan, memperlihatkan halaman luas Akademi yang penuh dengan lampu-lampu yang bersinar terang. Ketiganya melangkah masuk, rasa kagum melingkupi mereka saat mereka melihat sekeliling. Di sekeliling halaman, bangunan-bangunan batu berdiri megah, masing-masing dihiasi dengan ukiran-ukiran yang menceritakan kisah para petualang legendaris.

"Ini... luar biasa," bisik Lyria, matanya tak berhenti berkeliling. "Kita benar-benar ada di sini."

Aric mengangguk penuh semangat, meskipun ia berusaha menyembunyikan kekagumannya. "Ayo, kita harus mencari tahu di mana kita seharusnya mendaftar untuk ujian pertama," katanya. "Aku tidak sabar untuk memulai."

Mereka mulai berjalan melintasi halaman, tetapi langkah Kael melambat. Ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi mereka, sesuatu yang bersembunyi di balik bayang-bayang bangunan besar itu. Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, seperti firasat yang aneh.

"Kael, kau baik-baik saja?" tanya Lyria, memperhatikan ekspresinya yang tegang. Ia berhenti dan menatapnya dengan khawatir.

Kael tersentak dari lamunannya dan tersenyum kaku. "Ya, aku hanya... sedikit gugup," katanya, berusaha terdengar meyakinkan. "Ini semua terasa sangat nyata, dan aku hanya ingin memastikan kita siap."

Lyria meraih tangannya, memberikan dorongan lembut yang membuat Kael merasakan kehangatan. "Kita akan melaluinya bersama," kata Lyria. "Apa pun yang terjadi, kita akan saling mendukung. Kau tahu itu, kan?"

Kael mengangguk, meskipun rasa takut di hatinya tidak benar-benar hilang. Ia tahu bahwa di dunia ini, segala sesuatu bisa berubah dengan cepat, dan janji yang diucapkan bisa saja hancur oleh kenyataan yang kejam. Tapi ia ingin percaya, setidaknya untuk sekarang.

"Ayo, kalian berdua," panggil Aric dari depan, yang sudah berlari mendekati salah satu bangunan besar di tengah halaman. "Aku menemukan aula pendaftaran. Cepat, sebelum kita terlambat!"

Lyria tertawa kecil, menarik Kael agar bergerak lebih cepat. Mereka berlari mengejar Aric, melewati patung-patung yang menjulang tinggi dan taman-taman yang dipenuhi bunga-bunga eksotis. Aula pendaftaran berada di tengah Akademi, sebuah bangunan besar dengan pintu kaca berwarna-warni yang memancarkan cahaya pelangi saat terkena sinar lampu magis.

Mereka melangkah masuk, dan di dalam aula, suasana ramai dan penuh semangat. Ratusan calon petualang dari berbagai penjuru berkumpul, mengenakan baju dari segala macam gaya dan warna. Mereka berbicara, tertawa, dan beberapa tampak sangat serius, mempersiapkan diri untuk ujian yang akan datang.

"Kita bukan satu-satunya yang ingin menjadi petualang hebat," bisik Aric, matanya menyipit saat ia melihat para pesaing mereka. "Tapi aku yakin, kita akan menonjol di antara mereka."

Kael menelan ludah, merasakan tekanan semakin kuat. Ia tahu bahwa mereka tidak hanya harus bersaing dengan orang-orang ini, tetapi mereka juga harus membuktikan diri di hadapan para instruktur Akademi yang terkenal keras. "Kita harus memberikan yang terbaik," katanya, meskipun kata-kata itu lebih seperti peringatan untuk dirinya sendiri.

Lyria meraih tangan mereka berdua, menggenggam erat. "Kita sudah sampai sejauh ini," katanya, senyum kecil menguatkan mereka. "Sekarang, mari kita hadapi ujian ini. Bersama."

Kael merasa semangatnya kembali bangkit, meskipun bayangan firasat buruk masih mengintai di sudut hatinya. Ia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan panjang mereka—perjalanan yang akan menguji keberanian, kekuatan, dan persahabatan mereka. Tapi, untuk saat ini, ia memilih untuk percaya bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang datang.

1
eedan
mantap jayaa
eedan
mantaap Thor..
eedan
kereeen
nalxyt
Tidak ada yang kurang.
Tít láo
Siap ngeselin tapi lucu.
MindlessKilling
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!