ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 17
" Mom, apa kita akan langsung balik ke Amerika?"
Gael yang sedang tiduran di ranjang bertanya dengan lantang kepada Ayesha. Sat ini mereka sedang berada di sebuah hotel. Sebenarnya Ayesha punya sebuah apartemen kecil yang ia sewakan. Tapi dia belum menghubungi kembali si penyewa, terakhir apartemen itu masih di tempati setengah tahun yang lalu.
Dan sebenarnya pertanyaan Gael baru saja lumayan mengusik pikirannya. Kemarin saat mau kembali ke Indonesia dia sudah berpamitan selayaknya orang yang tidak akan menetap lama. Rasanya menjadi sedikit malu jika kembali cepat. Lagi pula dirinya belum juga mendapatkan pekerjaan baru selama di sana. Tabungannya mulai menipis, dimana dengan sisa tabungan itu akan sedikit sulit untuk hidup berdua hingga dia mendapat pekerjaan kembali.
" Nggak Gael, kita akan di sini untuk sementara waktu. Tapi mungkin nggak di kota ini, aah entahlah nanti Mommy pikirin dulu oke?"
Gael mengangguk saja, dia akan ikut apapun yang jadi keputusan Ayesha. melihat sang ibu tadi begitu sangat marah tentu Gael bisa meraba-raba apa yang dialami ibunya dulu. Terlebih tatapan mata ibu dan saudara tiri dari sang ibu, Gael jelas tahu bahwa mereka berdua tidak suka dengan kedatangannya dan ibunya.
Sebenarnya ini sedikit lucu bagi Gael, secara kasarnya ibunya juga merupakan putri dari keluarga Brahmana. Tapi tatapan kedua orang itu seperti menganggap ibunya adalah lalat pengganggu.
Gael menjadi penasaran dengan Tania dan Luna. Ia ingin mencari tahu lebih banyak soal mereka berdua. Jika memang mereka tidak bisa untuk diajak hidup bersama dengan baik, maka Gael merasa tidak segan membuat mereka agar tidak bisa mengganggu Ayesha.
" Mommy ku udah hidup susah selama ini, jadi waktunya membuat dia hidup dengan nyaman bukan?" Gael berucap dalam hati. Tangannya mulai bergerak diatas tablet miliknya, entah apa yang saat ini ada di kepala anak itu, tapi bisa dilihat Gael begitu antusias sekarang.
Sedangkan Ayesha, dia tengah berada di balkon hotel. Dirinya memegang ponselnya erat-erat. Begitu banyak panggilan dari Betrand dan juga Tania.
" Haaaah ... mau apa itu mak lampir nelpon? aaah iya paling mau nyuruh pergi kayak waktu itu."
Ayesha tersenyum kecut, sesekali dia pernah merasa bahwa hidup ini sangat tidak adil baginya. Bagaimana bisa seroang anak dari istri sah malah diperlakukan buruk, dan malah anak dari selingkuhan begitu dibela. Tentu saja bukan Betrand yang melakukan tapi orang-orang di luaran sana.,
" Apa sekarang jaman dimana para peniru, perusuh, perusak, perebut malah memiliki pamor baik? Sungguh ironi. Bangsaaat emang, jiancuuuuk."
Ayesha mengumpat pelan sambil melihat ke dalam kamar. Ia tidak ingi, Gael mendengar dirinya yang berbicara buruk seperti itu. Bagaimanapun dia seroang ibu yang ingin putranya mendengar hal yang baik-baik saja.
Akan tetapi sebenarnya Ayesha sudah sedikit menyesal. Perihal tadi ketika di rumah ayahnya, dia berteriak dengan kasar. Dia juga memperlihatkan kebencian kepada Betrand, dimana Gael yang merupakan anak cerdas pasti tahu isi hatinya.
Plak!
" Astaga, aku lupa!"
Sebuah tepukan keras Ayesha lakukan sendiri pada keningnya. Setelah mereview apa yang terjadi tadi, ia baru menyadari satu hal. Tentang Ryder dan keluarganya. " Gimana aku bisa lupa itu sih! bodo bodo bodo, kamu beneran bodoh Ayesha."
Ayesha bakalan kesana-kemari sambil menggigiti kuku-kuku jarinya. Rasa cemas mulai melandanya akibat pertemuan kembali Gael dan Ryder. Terlebih Ryder mengatakan secara gamblang bahwa Gael adalah putranya.
Ini merupakan ultimatum bagi Ayesha, dimana Ryder akan berusaha mencari tahu tentang bagaimana Gael bisa lahir di dunia ini.
" Waaah bener-bener deh," ucap Ayesha lesu. Sungguh rasanya dia sudah tidak ada tenaga untuk berpikir banyak malam ini. Tubuhnya terasa amat sangat lelah, jadi dia memutuskan untuk masuk dan tidur.
Ayesha melihat ke sisi lain tempat tidur, disana Gael sudah tertidur dengan pulas. Setidaknya itulah yang Ayesha pikirkan. Dan ia pun juga memilih untuk merebahkan tubuhnya untuk segera tidur.
Beberapa menit berlalu, Ayesha tampak sudah memejamkan mata. Nafas ibu satu anak itu mulai teratur menandakan bahwa dia tertidur pulas.
Sraaak
" Akhirnya tidur juga, good night Mom. Have a nice dream. Mommy udah ngalamin hari yang berat. Jadi istirahatlah."
Gael mencium kening Ayesha. Anak itu lalu turun dari ranjang dan pergi menuju ke balkon. Ia ingin duduk disana untuk melanjutkan apa yang sudah tadi ia kerjakan. Mengumpulkan informasi dan mencoba untuk membuat formula. Tentu saja semua itu demi tujuannya untuk melindungi sang ibu.
Bukan hal yang aneh jika berbicara perihal formula dengan Gael. Semua itu adalah hal yang lumrah. Sejak usianya 4 tahun Gael sudah terbiasa berada di laboratorium dengan Ayesha. Jadi dia sedikit banyak mengerti dan juga paham tentang larutan-larutan kimia. Ya, dia sangat familiar akan hal itu.
Dan di usianya yang ke-5 dia sudah mulai mencampur-campurnya, sehingga terkadang ada saja sebuah formula yang dihasilkan oleh anak sekecil itu. Tentu saja semua atas pengawasan Ayesha. Dari hal itu, Gael lebih suka berman di laboratorium ketimbang di luar bersama teman sebaya.
" Siapa itu?" gumam Gael lirih. Ketika dia tengah fokus dengan tabletnya, Gael merasa bahwa dirinya sedang diperhatikan. Dengan berpura-pura melihat pemandangan malam, Gael memastikan bahwa perasaan diawasi itu adalah benar. Dan benar saja, rupanya dia diawasi, atau mungkin Ayesha lah yang diawasi.
" Tck, ganggu bener deh. Mari kita lihat, kira-kira siapa tuannya."
Gael kembali masuk ke dalam kamar, dia menutup pintu yang mengarah ke balkon dan menguncinya. Tapi Gael bukannya mau kembali tidur, tapi dia memilih keluar kamar. Ya, Gael ingin memastikan suruhan siapa orang-orang itu.
Tap tap tap
Perlahan tapi pasti Gael menuju ke tempat orang yang mengawasinya berada. Memang tidak mencolok karena orang tersebut berperan seperti seorang office boy.
Tak
" Apa yang Anda lakukan di sini Tuan?"
" Ya?"
TBC
semangat kakak...
awal baca ini aku...karya yg bagus ko, kisahnya menarik
lanjut baca...